Mendengar adiknya sudah lahir kembar Enrico dan Enzio begitu gembira, kedua anak berumur 8 tahun itu langsung berbondong-bodong untuk kembali kerumah sakit.
"Ayo Opa, kami tidak sabar melihat baby." Enzio menarik tangan Opa Marvin, pria yang tidak lagi muda itu sedikit berjalan cepat untuk menyeimbangi langkah Enzio yang begitu tergesa-gesa.
"Zio, kalau cepat-cepat nanti Opa akan jatuh." Ucap Opa Marvin.
Brugh
"Opaaa..!!" Enrico yang berada dibelakang keduanya terkejut saat sang Opa benar-benar jatuh dengan lutut bersimpuh.
"Opaa.." Enzio sendiri terkejut dengan mulut megagga melihat opanya jatuh.
"Zio, tu ne peux pas ralentir!" hardik Enrico yang menatap adiknya tajam.
(apa kau tidak bisa pelan!)
"Opa, Pardon." Enzio menuduk meminta maaf, dan Enzio membantu Opa Marvin untuk berdiri.
"Sudah tidak apa, Opa tidak apa-apa." Marvin mengusap kepala Enzio yang begitu merasa bersalah, apalagi mendapat tatapan tajam dari Enrico, membuat Enzio langung bungkam seketika.
Marvin hanya tersenyum, ketika beberapa orang melihat kearah mereka tadi. Karena mereka sedang berada di lorong rumah sakit yang kebetulan cukup banyak orang.
"Kalian bertengkar, Zio tidak sengaja Enric." Ucap Opa Marvin sambil merangkul kedua cucunya kiri dan kanan.
"Tapi dia selalu ceroboh Opa, bagaimana nanti bisa menjaga baby." Enrico yang masih kesal bicara dengan nada ketus.
Sedangkan Enzio masih merasa bersalah hanya diam tanpa bisa membalas.
"Kalian ini saudara, dan kalian berdua akan menjaga princes Opa. Ingat sesama saudara tidak boleh bermusuhan kalian harus selalu berdamai."
Ucapan Opa Marvin membuat Enrico mendengus kesal, tidak hanya sekali dua kali Enzio melakukan kecerobohan. Dan itu sering terjadi disekolah, Enzio yang selalu melakukan hal yang tidak pernah dipikirkan itu akan berbahaya atau tidak, atau akan merugikan orang lain atau tidak. Contohnya saat Enzio melepar sebuah bola yang mana sudah diperingatkan Enrico jika nanti akan terkena kaca. Tapi Enzio yang tidak peduli mengabaikan ucapkan sang kakak, dan berakhir Enzio yang harus kena hukuman di sekolah, dan Enrico lah yang ikut terseret masalah.
Ceklek
"Mommy..!!"
Keduanya langsung berlari mendekati ranjang pasien yang terlihat Hawa sedang menyusui si kecil.
Mario yang melihat kedatangan putranya langsung berdiri dari duduknya di tepi ranjang.
"Sayang jangan berisik, princes sedang tidur." Tegur Mario saat kedua putranya menghambur mendekati Hawa.
"Halo kakak Twins, aku sudah lahir." Hawa menirukan suara anak kecil ketika Twins mendekat dan tersenyum melihat adik mereka.
"Mommy, El seperti Mommy." Ucap Enrico yang begitu antusias melihat adik perempuannya.
"El? siapa El?" Tanya Hawa yang sudah menutup kancing bajunya setelah selesai menyusui si kecil.
"El, Elga Mommy, kami memberinya nama Elga." Enzio yang menjawab sambil tersenyum bahagia.
"Elga? Elga Maurer." Mario mendekati ke empat cintanya.
"Nama yang bagus, Opa suka." Marvin ikut mendekat. "Selamat nak, selamat atas kelahiran putri mu." Opa Marvin mengusap kepala Hawa.
"Terima kasih Dad." Hawa balas tersenyum.
"Sini, Opa mau gendong." Marvin megambil Elga dari dekapan Hawa, lucu memiliki kulit putih hidung kecil seperti Hawa.
"Opa, En mau gendong." Enrico ingin mengendong adik kecilnya.
"Belum bisa sayang, masih terlalu kecil. Ayo kita duduk di sana." Opa Marvin mengajak kedua cucunya untuk duduk disofa sambil memangku Elga, sedangkan twins berada di kanan dan kiri Marvin.
Keduanya begitu senang melihat wajah mungil sang adik, jari-jari mereka gemas untuk tidak menyentuh pipi mulus Elga.
"By.."
Mario yang tersenyum menatap putra-putranya menoleh kepada Hawa.
"Kenapa hm."
"Mau di peluk." Ucap Hawa dengan suara manja.
Mario hanya tersenyum dan merentangkan kedua tangannya untuk memeluk sang Istri.
Hawa menghela napas kasar dalam pelukan Mario. "Kenapa? apa yang kamu rasakan?" Tanya Mario yang mendengar Hawa menghela napas kasar.
"Aku bahagia." Hawa melonggarkan pelukannya.
Keduanya saling menatap dengan tangan Mario yang menggenggam tangan Hawa.
"Aku juga, bahkan sangat bahagia." Mario menyelipkan rambut Hawa dibelakang telinga.
"Kalau melihat Elga rasanya aku ingin punya anak perempuan lagi."
"Auwss, sayang kok di cubit." Mario mengaduh saat perutnya terasa sakit di cubit Hawa.
"Rasa sakitnya masih terasa, jaitanya belum kering. Kamu sudah memikirkan bikin anak lagi." Kesal Hawa menatap Mario tajam.
"Hey, aku hanya ingin punya anak lagi apa aku salah." Mario berucap. "Ah ya, aku lupa jika harus puasa selama dua bulan."
Bugh
Hawa memukul lengan Mario. "Kamu selalu berpikir mesum."
"Bukan mesum, tapi kebiasaan yang harus sejenak di tinggalkan. Ahh rasanya aku seperti kehilangan mood booster." Mario mengusap wajahnya lemas, mengingat dirinya harus puasa kurang lebih dua bulan demi kesembuhan sang istri.
"Dih, sok memelas." Ledek Hawa yang melihat suaminya frustasi.
Dengan sengaja Hawa membuka dua kancing bajunya paling atas, wanita tiga anak yang masih 25 tahun itu begitu suka mengerjai Mario.
"By, aku haus." Kata Hawa setelah melakukan rencananya.
"Hm," Mario mengambil minuman di atas nakas, pria itu menyodorkan gelas untuk Hawa.
"Ah, terima kasih." Hawa menerimanya, dan menenggak minuman didalam gelas itu hingga membuat Mario benar-benar menelan ludah.
Bagaimana tidak jika Hawa meminum air sampai meleber tumpah dan turuh dileher sampai dadanya yang sedikit tersingkap, sehingga memperlihatkan gundukkan kenyal dan padat yang dua hari sudah tidak Mario nikmati.
Glek
Mario menelan ludah susah payah, jakunnya naik turu turun dengan bibir sedikit terbuka.
"Ah, leganya." Tanpa rasa bersalah Hawa malah seperti mengeluarkan suara *******.
Dan itu semakin membuat gairah Mario terpancing.
"Ck, wanita penggoda." Dengus Mario yang sadar akan kelakuan sang Istri.
Hawa yang mendengarnya hanya mengulum senyum.
"By, bantu aku untuk memompa asi."
Ya Tuhan cobaan apalagi ini Mario, setelah ini pasti kau akan berakhir di kamar mandi.
.
.
Setelah empat hari dirumah sakit kini Hawa beserta bayinya sudah diperbolehkan pulang. Mario mengendong Elga putrinya dan Hawa yang menggandeng lengan Mario.
Keduanya di sambut meriah saat membuka pintu, siapa sangka jika Mama dan papanya juga ikut menyambutnya pulang.
"Cucu Oma." Ayana begitu senang mendapati cucu perempuan, dirinya yang tidak sabar untuk langsung terbang saat mendengar cucu perempuannya sudah lahir.
"Selamat sayang, princes papa kembali lahir." Nathan juga tidak bisa menutupi rasa bahagianya, putri kecilnya seperti terkahir kembali ketika melihat wajah cucu perempuannya, persis seperti Hawa saat lahir.
"Iya pah." Hawa ikut bahagia melihat kekurangan bahagia.
"Opa Nathan, apa adik mirip seperti Mommy?" Tanya Enzio pada Opa Nathan.
"Iya sayang, Elga mirip seperti Mommy mu saat bayi." Jawab Nathan yang bergantian mengendong Elga.
"Berarti sejak Mommy segini papa sudah menyukainya." Tanya Enzio lagi.
"Heh, kata siapa?!" Mario yang menjadi tersangka tidak terima jika menyukai Hawa sejak bayi.
Sedangkan orang-orang di sana yang mendengarnya menahan senyum.
"Kata Mommy, Mommy bilang papa menyukai Mommy sejak kecil."
Tepat sasaran, Mario menatap Hawa yang tertawa. Sedangkan yang lain menertawakan kepolosan Enzio.
"Tapi tidak sejak bayi sayang." Lirih Mario yang merasa malu.
.
.
LIKE, KOMENTAR JANGAN LUPA SAYANG 😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sandisalbiah
dan sejarah akan berulang pd Elga, Mario...!!
2024-02-11
0
Lutfie Wachad
Bahagianya keluarga Mario dan Hawa dengan kehadiran Elga si princess adik Enrico dan Enzio 😊
2023-11-23
0
Ririe Handay
🤭🤭🤭
2023-02-24
0