LILY

LILY

CHAPTER - 01

Malam itu Lily nampak sangat cantik dengan balutan flowly dress ala Korea, yang terbuat dari kain berbahan tule yang kemudian diberi sentuhan berupa brokat dan ruffle di atasnya. Tambahan penggunaan hijab dengan warna senada membuatnya tampil anggun, di acara ulang tahun Gavin yang ke 17 yang di rayakan di sebuah restoran mewah di kawasan Jakarta selatan.

"Anak gadis Mommy cantik sekali," Luna mengulurkan tangannya, memeluk dan mengecup kedua pipi Lily, ia menoleh sekitar mencari keberadaan Fay. "Mommymu di mana Sayang?" tanyanya. Sedari tadi Luna hanya melihat Lily datang bersama Kendra dan Erlangga Pradipta Bumantara, atau yang biasa di sapa Tara.

Ya, Tara merupakan anak kandung Kendra dan Fay, yang kini usianya masih 15 tahun, namun karena prestasinya yang sangat mengagumkan, ia berhasil naik tingkat sebanyak dua kali, sehingga kini Tara bisa satu kelas dengan Lily dan Gavin.

"Mommy masih di jalan, mungkin sebentar lagi sampai," jawab Lily.

"Pasti Mommymu baru pulang dari rumah sakit," Luna mencoba menebaknya.

Lily tersenyum sembari mengangguk. "Iya, hari ini Mommy ada jadwal jaga di ICU," ucap Lily dengan bangga, ia begitu mengagumi dan bangga terhadap ibu sambungnya itu.

Setelah lulus dan mengambil sertifikasi profesi dokter, Fay melanjutkan pendidikan spesialis saraf. Kini ia bertugas di rumah sakit swasta di Jakarta, di tengah kesibukannya yang padat, ia berusaha untuk tetap meluangkan waktunya bersama keluarga kecilnya, meski terkadang ia sering datang terlambat.

"Oh ya sudah kalau begitu." Luna mempersilahkan Kendra dan kedua anak-anaknya untuk duduk dan menikmati makanan yang sudah di pesan. "Makan yang banyak ya Sayang," bisik Luna kepada Lily, ia mengelus bahu Lily dengan lembut.

Selama acara makan malam, Gavin tak hentinya tersenyum memandangi wajah cantik Lily yang duduk di hadapannya. Ia kemudian menoleh ke arah ke kedua orang tuanya. "Dad, hadiah ulang tahunku mana?" tanyanya dengan tidak sabar, layaknya anak kecil usia 5 tahun yang menagih janji hadiah dari orangtuanya.

Luna mengeluarkan kotak hadiah yang sudah ia siapkan untuk putra tunggalnya. "Untung Mommy bawa, tadinya Mommy mau kasih di rumah saja," goda Luna sembari tertawa. Ia mengulurkan kotak tersebut kepada putranya.

Dengan rasa bahagia Gavin langsung membuka kotak hadiah yang berisi KTP, SIM dan juga kunci mobil yang sudah satu minggu yang lalu ia tunggu.

Sebenarnya ulang tahun Gavin jatuh pada minggu lalu, namun ia baru merayakan hari pertambahan usianya itu ketika daddynya pulang. Maklum, sebagai seorang yang bekerja di laut, Brandon tidak bisa pulang setiap hari, namun setiap hari ia rutin menghubungi istri dan anaknya untuk mengetahui kondisi mereka.

"Selamat ya, Vin. Sekarang kamu sudah punya KTP dan sudah boleh mengemudi," ucap Kendra.

Gavin tersenyum sumringah. "Thank you, uncle. Mulai besok aku ke sekolah bawa mobil sendiri," ia melirik ke arah Lily. "Berangkat sama aku ya, Ly."

Lily hanya terdiam, ia tahu jika daddynya tidak akan mengizinkan dirinya jalan dengan pria tanpa di dampingi oleh Tara.

"Ya sama loe juga, Tar. Kita seperti biasa berangkat bertiga, hanya saja kita sudah tidak pakai supir," lanjut Gavin.

Tara hanya mengangguk sembari mengacungkan jari jempolnya, kemudian ia kembali menikmati hidangan makan malamnya.

Fay baru tiba di restoran saat mereka selesai makan. "Selamat ulang tahun ya Gavin," ia mengulurkan paper bag berisi hadiah untuk Gavin.

"Thanks, Aunty."

Fay kemudian menghampiri Luna. "Maaf ya aku terlambat," ia memeluk dan mencium pipi Luna.

Luna membalas pelukan hangat Fay. "Tidak apa-apa, Fay. Aku pesankan makanan kesukaanmu ya," ia mempersilahkan Fay untuk duduk kemudian memanggil pelayan.

Baru saja Fay duduk di samping suaminya, Gavin beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan menghampiri Lily, dan kemudian berlutut sembari mengulurkan sebuah kotak beludru di hadapannya. "Ly, dihadapan kedua orang tua kita. Aku ingin mengungkapkan perasaan yang sudah lama sekali aku pendam, selama ini aku menahannya karena mommy dan daddyku melarangku berpacaran sebelum usiaku genap 17 tahun," ia melirik ke arah orangtuanya.

Luna melotot seolah, ia protes mengapa mengatakan larangan itu kepada Lily.

"Tapi sekarang aku sudah tidak bisa lagi memendamnya, aku ingin kau tahu bahwa aku begitu menyayangi dan mencintaimu. Kamu mau kan jadi pacarku?" Gavin menatap Lily dengan tatapan penuh harap.

Lily memalingkan wajah menghadap daddynya, untuk meminta persetujuan darinya. Mata berbinar penuh harap seperti Gavin menatapnya, sehingga Kendra tak mampu menolak permintaan putri sulungnya, ia pun mengangguk, memperbolehkan Lily berpacaran dengan Gavin.

Mendapat persetujuan dari daddynya, Lily pun mengangguk menerima Gavin sebagai ke kasih hatinya.

Gavin tersenyum bahagia, baginya Lily adalah kado terindah di hari ulang tahunnya. Ia bergegas menyematkan gelang manis yang sudah ia siapkan jauh-jauh hari, di pergelangan tangan Lily. "Thank you baby, kamu adalah hadiah terbaik yang pernah aku miliki," ia mengecup tangan Lily.

Melihat tangan putrinya di cium oleh Gavin sontak saja Kendra langsung berdeham. "Jadikan hubungan ini, sebagai semangat kalian untuk berprestasi lebih baik lagi," ucap Kendra. "Kalau nilai kalian sampai turun atau hubungan kalian menggagu sekolah, kalian harus putus."

"Siap, uncle." Gavin kembali ke tempat duduknya, sambil terus memandangi Lily.

"Dan satu hal lagi," Kendra menatap Gavin dengan tatapan tajamnya. "Kalian harus tahu batasannya!!"

"Baik, uncle. Aku akan menjaga Lily dengan baik."

Berbeda halnya dengan Kendra yang menyetujui hubungan Gavin dan Lily, Fay justru menentang hubungan mereka, hal itu ia ungkapkan saat mereka tiba di kediaman mereka dan saat Lily dan Tara sudah masuk ke kamarnya masing-masing.

"Kamu ini apa - apan sih Ken. Lily itu masih kecil, belum saatnya ia mengenal cinta-cintaan, kalau nanti nilainya semakin merosot bagaimana? Kamukan tahu kan, kalau nilai-nilai Lily tak cukup bagus untuk ujian nasionalnya tahun depan," protes Fay, ia mengambil segelas air putih untuk meredakan emosinya.

Kendra menghela nafas beratnya. "Aku tahu, nilai-nilai Lily tidak sebaik Tara. Tapi aku harap dengan adanya hubungannya bersama Gavin, membuatnya semakin semangat belajar. Toh dulu kita juga tetap bisa berprestasi, meski kita pacaran."

Fay menaruh gelasnya di atas meja makan, ia menatap Kendra dengan tatapan tajam. "Pergaulan zaman sekarang dengan zaman kita dulu sangat jauh berbeda, Ken!!" bantahnya. "Lagi pula, sebelum kita berpacaran, nilai-nilai kita sudah bagus, sementara Lily??? Aku capek Ken, tiap kali bagi rapot wali kelasnya menegurku karena nilai-nila Lily yang..."

Di tengah perdebatannya bersama istrinya, Kendra merotasikan matanya ke arah pintu dapur, ia melihat sosok Lily berlari menjauh dari dapur. Kendra menduga jika Lily mendengar semua pembicaraanya dengan Fay. "Lily... Lily tunggu, nak!!" Kendra beranjak dari tempat duduknya. "Mulai semester depan, aku yang akan mengambil rapot Lily," ucap Kendra kepada istrinya, ia kemudian berlari mengejar putrinya.

Terpopuler

Comments

Dea Dea

Dea Dea

v hiu iodgxzg

2023-02-28

3

triana 13

triana 13

mampir kak

2023-02-25

3

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

maaf ya thor Irma baru bca..... 🙏🙏🙏

2023-02-23

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!