Seperti yang sudah Lily duga, saat makan malam ia akan di marahin habis-habisan oleh orangtuanya. "Mommy itu harus bagaimana lagi sih sama kamu?" wajah Fay terlihat sangat lelah. Hari ini ia baru saja menyelesaikan operasi bedah otak terhadap pasien tumor otak, selesai operasi ia mendapatkan kabar dari wali kelas anaknya jika Lily ketahuan mencontek.
"Apa ini tujuanmu berpacaran dengan Gavin?" Fay melipat tangannya, menatap Lily dengan tatapan yang tajam, sementara Lily hanya menunduk karena apa pun alasan yang ia lontarkan akan percuma, mommynya tidak akan mempercayainya terlebih ia tidak ingin menambah keruh suasana untuk itulah Lily memilih untuk diam.
Meski ia tahu jika putrinya memang bersalah, namun rasa iba yang terlalu dalam kembali menyelimuti hati Kendra "Fay, cukup!!"
"Dari dulu kamu itu terlalu manjaain Lily, jadinya dia seperti ini!! Aku hanya minta padanya minimal standar nilai untuk lulus saja, tidak lebih dari itu." Fay kembali beralih menatap Lily. "Tapi kenapa sih hanya untuk itu saja kamu harus mencontek? Kalau kamu memang butuh tambahan belajar, harusnya kamu ngomong sama mommy, mommy bisa cariin kamu guru les, atau kamu belajarlah dengan adikmu."
"FAY CUKUP!!!" bentak Kendra. "Lily, Tara kalian masuklah ke kamar!!" pinta Kendra.
"Okay dad," Tara mengelap mulutnya dengan serbet, kemudian ia beranjak meninggalkan ruang makan.
Sementara Lily terdiam untuk beberapa saat. "Please jangan bertengkar lagi, aku janji akan lebih giat belajar. Maafin aku mom, dad," ia beranjak dari tempat duduknya dan kembali ke kamarnya.
Fay hanya terdiam setelah mendapat bentakan dari suaminya, hatinya begitu sakit. Ia tak menyangka Kendra mampu membentak dirinya, setelah apa yang selama ini ia lakukan untuk keluarga kecilnya terutama untuk Lily. Terlebih Kendra membentaknya di depan anak-anaknya.
"Fay, maafin aku sayang..." Kendra mencoba mengelus kepala istrinya, namun Fay menghindar. "Aku tidak bermaksud membentakmu, maafkan aku sayang."
"Kau mempercayakan urusan pendidikan anak-anak kepadaku tapi kalau kamunya sendiri tidak tegas, dan terus menentang apa yang aku lakukan kepada anak-anak terutama pada Lily, semua jadi percuma, Ken."
Sejak anak-anaknya mulai memasuki dunia sekolah, Kendra mempercayakan urusan pendidikan anak-anaknya kepada istrinya, karena melihat latar belakang pendidikan yang telah di tempuh Fay, Kendra berharap anak-anaknya bisa mengikuti jejaknya istrinya. Dalam hal ini Kendra tidak menuntut anak-anaknya menjadi seorang dokter seperti Fay, namun paling tidak bisa sesukses istrinya.
"Bukan aku yang tidak tegas, tapi kamu yang lupa, kalau Lily itu berbeda," ucap Kendra. "Lily lahir dengan struktur otak yang berbeda, ada sistem saraf yang terganggu. Tapi kamu selalu paksakan dia sekolah di standar yang tinggi, dan sekarang kamu lihat sendiri hasilnya seperti apa?"
"Aku sudah cek semuanya, Lily juga sudah menjalani terapi. Aku memasukannya ke sekolah itu hanya agar dia memiliki pola pikir yang luas, toh aku tidak menargetkan nilai tinggi seperti yang aku lakukan kepada Tara, cukup nilai standar kelulusan saja."
Kendra terdiam cukup lama, sampai akhirnya ia menyadari satu hal, dirinya dan Fay sebenarnya sama-sama menginginkan yang terbaik untuk Lily namun cara mereka mendidik Lily, masih banyak yang harus di evaluasi kembali. "Fay, aku betul-betul minta maaf padamu sayang," ia merengkuh Fay kedalam pelukannya. "Aku tahu kamu sudah berusaha keras memberikan yang terbaik untuk Lily, maafkan aku sayang."
Fay menangis dalam pelukan Kendra, ia menggelengkan kepalanya. "Tidak Ken, sejujurnya aku sangat egois padanya. Aku memaksakan Lily untuk sekolah di sana bersama Tara dan Gavin karena aku tidak ingin ada orang yang menilaiku tidak adil terhadap Lily. Hiks..." tangis Fay kian pecah. "Bahkan saat mereka tahu Lily tak pernah mendapatkan peringkat di sekolah, mereka seolah-olah mengira jika aku kurang memperhatikan Lily. Huhu...."
Kendra memahami apa yang istrinya rasakan, menjadi orangtua sambung memang tidaklah mudah. Kendra merangkum wajah istrinya dan mengusap air matanya. "Kita berlum terlambat, masih ada satu tahun lagi sampai Lily lulus nanti. Kita evaluasi sama-sama ya, kita diskusi bersama Lily."
Fay mengangguk setuju. "Iya, Ken."
"Sekali lagi maafin aku ya sayang," Kendra mengelus punggung Fay dengan lembut sembari mengecup puncak kepalanya.
Sementara itu di dalam kamar, Lily tampak sedih memegang kumpulan kertas contekan yang selalu Gavin berikan setiap kali mereka ulangan. Lily meraih foto ibundanya, kemudian mengelus wajahnya dengan lembut. "Mom, sebenarnya aku tidak pernah mencotek jawaban yang berikan oleh Gavin. Aku menerimanya hanya untuk menghargainya dan untuk mengkoreksi jawabanku setelah selesai ulangan. Aku bentul-betul tidak pernah melihat jawaban itu pada saat ulangan berlangsung hiks...." ingin sekali rasanya ia mengatakan hal tadi kepada kedua orangtuanya namun ia tak mau mereka berbalik memarahi Tara.
Lily memeluk foto ibundanya dengan erat. "Aku rindu mommy...." ucapnya lirih.
Di tengah kesedihannya, tiba-tiba saja pintu kamarnya di buka oleh Tara, perlahan Tara mendekat ke arah Lily, kemudian mengulurkan sebuah buku catatan. "Kau tak perlu menerima contekan dari orang lain lagi, aku akan selalu membuatkanmu catatan agar kau lebih mudah dalam belajar."
Lily sama sekali tak bergeming, ia tetap berada di posisi duduknya sambil memeluk foto almarhumah ibundanya.
"Maaf, aku hanya ingin kau tidak bergantung dengan orang lain." Tara menaruh buku tersebut di atas meja belajar kakaknya, kemudian ia kembali melangkah keluar dari kamar Lily.
Saat Tara hendak menutup pintu kamar, Lily memanggilnya. "Dek, apa kamu pernah melihatku membuka contekan yang Gavin berikan saat ulangan?"
Tara terdiam, sebenarnya ia tak pernah melihatnya, ia hanya melihat Gavin memberikan kertas contekan kepada kakanya.
"Meski aku tak sepintar dirimu, aku tidak pernah menggunakan cara curang demi mendapatkan nilai yang bagus. Semua contekan yang Gavin berikan aku kumpulkan, aku tempel dan aku jadikan buku catatan karena bisanya soal dari ulangan harian akan muncul saat ulangan semester. Selain itu, jawaban-jawaban yang Gavin berikan kepadaku, aku gunakan untuk mengkoreksi jawaban soal dari ulangan yang telah aku kerjakan agar aku tahu di mana salahku dalam mengerjakan soal tadi."
Lily tersenyum kepada adiknya yang masih terdiam di ambang pintu kamarnya. "Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan mengatakan apa pun kepada mommy dan daddy," Lily beranjak dari tempat duduknya, ia melangkah masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖
sabar ya Fay pasti ada jalan nya buat membuat Lily Jadi yg terbaik di mata kalian
2023-02-23
4
⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻
kasian lily ya..semoga kamu bisa mengimbangi temen2mu ly
2023-02-18
2
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
ternyata sikap lily menanda kan dia emang sudah dewasaaa... semangat yaa lily
2023-02-17
3