Lily mengintip dari balik pintu kamar mandi, begitu melihat Tara sudah pergi dari kamarnya, barulah ia kembali ke kamarnya. Lily mengambil koper yang ia letakan di atas lemari, kemudian memasukan beberapa pakaian yang akan ia bawa ke Jogja keesokan harinya.
Di tengah kesibukannya mengemasi barang-barangnya, ada satu panggilan video call masuk dari utinya. Lily meraih kaca kecil di atas meja belajarnya, memastikan wajah sembabnya tak terlihat, barulah ia mengangkat panggilan utinya.
"Assalamualaikum, uti..." sapanya dengan riang.
Ajeng tersenyum melihat senyum manis cucu bule kesayangannya. "Walaikumsalam," jawabnya. "Nduk, besok kalian jadi pulang ke Jogja kan?"
Lily mengarahkan kamera handphonenya ke arah koper dan pakaian-pakaiannya yang tengah ia rapihkan. "Jadi dong uti," jawab Lily, ia kembali mengarahkan kameranya ke wajahnya. "Aku kan sudah janji dengan uti mau membantu merapihkan taman belakang rumah uti."
"Lebih dari sekedar taman belakang, nduk. Uti sudah rindu sekali denganmu dan Tara, Uti juga sudah siapkan kue bawang kesukaanmu."
Mendengar utinya membuatkan kue kesukaannya mata Lily langsung berbinar-binar. "Wah benarkah? Aku mau satu toples buat di bawa ke Jakarta ya uti."
"Iyo, uti sudah siapkan tiga toples buatmu sendiri dan satu buat temanmu Gavin."
Gavin.
Lily terdiam mendengar nama Gavin, ia tak tahu setelah kejadian tadi apakah hubungannya dengan Gavin akan berlanjut atau berhenti, yang jelas ia sudah tidak ingin melihat mommy dan daddynya bertengkar lagi karenanya, sehingga ia sudah harus mempersiapkan diri untuk melepas Gavin.
"Loh kok bengong, nduk?"
Lily tersadar dari lamunannya, ia kembali menatap eyangnya. "Iya uti, nanti aku sampaikan. Oh iya kakung mana? Kok tidak kelihatan?" Lily langsung mengalihkan topik, membahas Gavin membuat hatinya sedih, ia tak ingin utinya tahu jika kini dirinya dan Gavin sedang ada masalah.
"Lagi keluar sama unclemu, sebentar."
Lily mengangguk. "Oh iya uti, kemarin aku sudah beli beberapa bibit anggrek bulan untuk taman belakang rumah uti. Besok pagi aku akan bawa ke Jogja."
"Benarkah? Terima kasih ya, nduk. Bunga-bunga di taman memang sudah banyak yang mati, perlu di perbaruhi lagi, tapi sayangnya tangan uti dan kakung kurang cocok untuk bercocok tanam."
"Tenang uti nanti aku rapihkan kembali."
Sejak kecil, Lily memang sudah memiliki hobby berkebun. Namun karena ia tinggal di apartement, ia tak memiliki lahan yang cukup untuk menyalurkan hobbynya tersebut. Lily hanya bisa menanam dengan menggunakan pot-pot kecil di balkon kamarnya, sehingga Lily selalu bersemangat setiap kali pulang ke Jogja, ia bisa berkebun sepuasnya di taman belakang milik utinya.
Ajeng membebaskan Lily menanam apa pun yang dia mau, sehingga Lily menyulap kebun utinya yang semula gersang kini banyak di tumbuhi bunga-bunga cantik.
"Terima kasih ya, nduk," Ajeng melihat jam di dinding kamarnya. "Sudah malam, kamu istirahat sana agar besok tidak capek."
"Iya uti tinggal masukin skin care saja kok," ucap Lily, ia berjalan menuju meja riasnya sembari melambaikan tangannya. "Bye uti, Assalamualaikum."
"Walaikumsalam," jawab Ajeng dari seberang telepon.
Saat Lily masih melambaikan tangannya ke arah handphonenya, pintu kamarnya terbuka. Kendra dan Fay masuk ke kamar putrinya, "Habis video call sama uti ya?" tanya Kendra.
Lily menyimpan handphonenya di saku, ia membawa semua skin care dan make upnya dari meja rias menuju tempat tidur untuk ia masukkan ke kopernya. "Iya dad, tadi uti tanya apakah kita jadi ke Jogja."
"Mommy lihat, uti sering menghubungimu," Fay melirik ke arah Kendra, terkadang ada timbul kecemburuan terhadap perlakuan ibu mertuanya yang lebih dekat dengan Lily ketimbang Tara, namun Fay memakluminya karena Lily merupakan cucu perempuan satu-satunya di keluarga Kendra.
Lily memasukan kotak make upnya, kemudian menutup kopernya. "Hanya membahas tentang kebun," ia duduk di antara mommy dan daddynya di tempat tidur. "Mom, dad. Aku janji tidak akan mencontek lagi," Lily memandangi kedua orang tuanya secara bergantian. "Aku akan berusaha keras agar nilai-nilaiku lebih baik," janjinya dengan sepenuh hati, kemudian ia menunduk. "Aku juga akan memutuskan hubunganku dengan Gavin," ucapnya lemah menahan tangisnya.
Fay menghembuskan napas beratnya. "Sebenarnya mommy tidak ingin melakukan ini kepadamu," ucapnya sembari menatap Lily yang masih menunduk. "Tapi ini semua demi kebaikanmu, mulai besok mommy dan daddy akan menemanimu belajar, kami akan memantaumu secara langsung agar nilai-nilaimu membaik, setelah itu kita diskusikan di mana dan jurusan apa yang tepat untukmu melanjutkan pendidikanmu, semuanya harus di pikirkan dari sekarang agar kamu memiliki tujuan yang jelas saat lulus sekolah nanti."
Lily mengangguk pasrah, "Baik mom,"
Kendra mengelus lengan putrinya dengan lembut. "Ya sudah kamu istirahatlah," ia beranjak dari tempat duduknya kemudian keluar dari kamar Lily bersama Fay.
Sementara itu di tempat berbeda, Gavin pun sedang di sidang oleh kedua orangtuanya. "Jadi kamu ketahuan memberikan contekan kepada Lily?" tanya Brandon dari seberang telepon, ia mengintrogasi putranya lewat sambungan video call, sementara istrinya duduk di sebelah putranya.
"Iya dad," jawab Gavin dengan hati-hati, ia takut daddynya marah besar kepadanya.
Brandon menggelengkan kepalanya. "Kenapa kamu ceroboh banget sih! Harusnya kamu lihat kanan kiri dulu dong, pastikan tidak ada yang melihat baru kamu kasih!"
Gavin terkejut karena ternyata daddynya sama sekali tak memarahinya. "Ya aku tahu sih jika Tara melihatnya, tapi aku tidak berpikir jika Tara akan mengadukan kakaknya sendiri."
"Tara?" tanya Luna.
Mendengar jika Tara yang melaporkan Lily kepada guru matematikanya membuat Luna berpikir apakah Tara sudah mengetahui jika mereka bukan saudara sebapak? Atau mungkin Tara tahu bahwa ibu kandung Lily pernah menjadi orang ketiga dalam hubungan kedua orangtuanya.
Luna membekap mulutnya. "Tidak mungkin, ini tidak mungkin terjadi."
"Mommy kenapa?" tanya Gavin heran melihat ekspresi ketakutan mommynya. "Mommy takut aku tidak naik kelas gara-gara ulangan harian tadi? Tenang mom, kan ada daddy," ucapnya sembari tertawa.
"Enak saja kamu bawa-bawa daddy," Brandon menatap putranya dengan tatapan tajam. "Daddy tidak akan pernah membantumu dalam hal ini, jadi kamu usaha sendir!! Belajar yang benar!!" ucap dengan tegas.
"Sudah-sudah, kamu tidur sana," usir Luna kepada putranya. "Nanti hari senin kamu ajak Lily belajar di sini, mommy akan carikan guru privat terbaik untuknya."
"Benaran mom?" tanyanya memastikan.
"Iya.. Ya sudah sana tidur!!"
"Thank you mom," Gavin mengecup pipi Luna, kemudian beralih ke handphone mommynya. "Bye dad," ia melambaikan tangannya sebelum pergi menuju kamarnya.
Setelah memastikan putranya masuk kamar, Luna merubah ke panggilan telepon, ia mencurahkan kegelisahan pikirannya mengenai Lily. "Jika memang Kendra dan keluarganya sudah tidak mau menerima Lily, aku mau kok merawat gadis itu," ucap Luna. "Mungkin Fay bisa memaafkan Amanda tapi bagaimana dengan Tara? putra kandung mereka belum tentu. Aku tidak mau Tara menyakiti Lily yang tak tahu apa-apa," wajah Luna berubah menjadi sedih membayangkan perasaan Lily yang baru saja di laporkan oleh adiknya sendiri, ia tak bisa membayangkan apa yang akan di lakukan Tara kepada Lily kedepannya.
"Jangan berpikir yang berlebihan, mereka itu kan masih anak-anak. Lebih baik kamu istirahat, ini sudah malam."
"Tapi babe..."
"Percayalah, aku juga tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti gadis itu."
Luna mengangguk, perasaannya jauh lebih tenang setelah bercerita dengan suaminya. "Tapi aku belum ngantuk, aku masih rindu denganmu padahal baru tadi pagi kamu pergi, rasanya berat sekali menunggu enam bulan."
"Sabar ya, akan ada saatnya kita berkumpul setiap hari, setelah kontrak kerjaku selesai."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖
berusaha lah lebih giat lgi belajar nya ya Lily
2023-02-23
2
⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻
semoga aja nanti tara tidak berbuat jahat sama lily ya
2023-02-18
2
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
lily kamu jangan menyerah aku sih yes dengan apa yang kamu lakukan dengan menyimpan tugas yg d ui berikan oleh Gavin dan kamu harus berusaha bisaa
2023-02-17
1