CHAPTER - 03

Di depan pusara ibundanya, Lily berdoa dengan khusyuk. Setelah berdoa tak lupa ia bercerita jika dirinya dan Gavin sekarang sudah resmi berpacaran. Hampir setiap kali berziarah ke makam ibundanya, Lily selalu bercerita mengenai apa yang terjadi dalam harinya.

Gavin yang berdiri di belakang tubuh Lily tersenyum saat mendengar Lily menceritakan tentang dirinya. 'Aku akan menjaga dan menyayangi Lily dengan sepenuh hatiku,' batin Gavin.

Sementara Tara memilih untuk menunggu di mobil sembari membaca buku, baginya lebih baik menunggu di mobil agar kakaknya bisa fokus berdoa dan lebih leluasa untuk bercerita kepada ibundanya.

"Mom hari ini aku ada ulangan harian matematika, doakan aku ya agar aku bisa menjawab semua soalnya," Lily mengelus dan mengecup nisan ibundanya. "Aku ke sekolah dulu ya mom, setelah pulang dari Jogja, aku akan datang lagi, bye mom."

Lily menaruh bunga lily di samping foto ibundanya kemudian ia beranjak dari makam ibundanya dan mengajak Gavin untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju sekolah.

"Byy, besok kamu mau ke Jogja?" tanya Gavin sembari mengemudikan kendaraannya.

Lily mengangguk, "Ada acara anniversary eyang di Jogja, kami sekeluarga pulang kampung," ia menangkap raut kesedihan pada wajah kekasihnya. "Kamu enggak usah sedih gitu dong, aku cuma dua hari saja kok. Bukankah kita sering berpisah saat liburan?"

"Aku enggak sedih, byy. Aku cuma... Entahlah..." Gavin sendiri tak tahu mengapa kali ini rasanya begitu berat. 'Mungkin karena baru jadian, jadinya aku merasa rindu dengan Lily,' batinnya.

Lily memegang tangan Gavin. "Kamu tidak perlu khawatir, kita kan bisa telepon atau video call."

Gavin tersenyum sembari menganggukan kepalanya, ia menepikan kendaraannya di parkiran sekolah tepat saat bel masuk berbunyi. Mereka bertiga bergegas ke ruang kelas karena ulangan harian matematika, berada di jam pertama.

Saat ulangan harian berlangsung, Gavin dan Tara nampak terlihat enjoy, mereka berdua bisa dengan mudahnya menjawab semua soalan. Sementara Lily, meski ia sudah belajar sebelumnya, ia masih merasakan kesulitan dalam mengerjakan soal.

Di dua puluh menit terakhir sebelum ulangan berakhir, Gavin nampak memperatikan guru matematika yang tengah mewasi mereka, begitu guru itu lengah, dengan cepat Gavin menoleh ke arah Lily yang duduk tepat di belakangnya, dan menyelipkan sebuah kertas kecil, di antara lembar soal Lily. "Ayo cepat kerjakan!!" bisik Gavin.

Tara yang tak sengaja melihat kejadian itu pun langsung melaporkan kakaknya ke guru matematikanya. Lily hanya bisa pasrah saat lembar jawabannya di ambil oleh gurunya, dan tanpa berkata apa pun Lily langsung keluar kelas ketika gurunya menyuruhnya keluar.

Sementara Gavin nampak terlihat marah dan tidak terima melihat guru matematikanya menyuruh Lily keluar, ia pun merobek lembar jawaban miliknya dan langsung bergegas menyusul Lily, sembari berjalan keluar kelas, ia menatap Tara dengan tatapan membunuh.

Gavin berlari menyusuri koridor kelas untuk mengejar Lily. "Lily tunggu!!"

Lily menoleh kebelakang, ia terkejut melihat Gavin menyusulnya. "Gavin, kamu ngapain keluar kelas?" tanya Lily saat Gavin sudah berdiri di hadapannya.

"A-aku tidak mau ikut ulangan jika kau tidak ikut," ucapnya ragu-ragu.

"Gavin, nanti kamu bisa di marahin mommy kamu." Lily membalik tubuh Gavin ke arah kelasnya. "Pokoknya kamu harus balik lagi ke kelas, kamu selesaikan ulanganmu."

"Percuma Ly, sudah tidak bisa." Gavin kembali menoleh ke arah Lily. "Kertas soal dan jawabannya sudah aku robek."

Seketika tubuh Lily menjadi lemas, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Kita dalam masalah besar, Vin."

Gavin menarik tangan Lily, menuju kantin sekolah. "Sudahlah tidak usah dipikirin, aku punya solusi yang bagus. Lebih baik kita makan, dari pagi tadi kamu belum sarapan."

"Tapi,Vin..."

"Percaya sama aku, semuanya akan baik-baik saja," Gavin terus menggandeng tangan Lily menuju kantin.

Di kantin Gavin memesan roti bakar coklat dan dua jus alpukat kesukaan Lily, baru kemudian Gavin menghampiri Lily yang sudah terlebih dahulu duduk. "Maafin aku ya sayang, gara-gara aku, kamu jadi terkena masalah. Harusnya tadi aku lebih hati-hati agar tidak ketahuan."

Lily tersenyum masam. "Ini bukan salahmu, Vin. Ini salahku yang terlahir bodoh," ia sudah pasrah jika nilainya semakin merosot dan bahkan orangtuanya akan menyuruhnya putus dengan Gavin.

"Enggak, Ly. Kamu sama sekali tidak bodoh, kamu sungguh mengagumkan di bidang seni, aku sangat bangga padamu sayang."

Beberapa kali saat masih duduk di sekolah menengah pertama, lukisan karya Lily memenangkan perlombaan, namun sayangnya hobby itu kurang di apresiasi oleh Fay dan Kendra mengingat nilai-nilai akademis Lily sangat memprihatinkan, Lily nyaris tidak naik kelas karena sibuk dengan lukisannya. Fay juga memberikan pandangan jika prospek di bidang seni kurang menguntungkan untuk kedepannya, sehingga Fay meminta Lily untuk mencoba bidang lainnya.

"Kamu tidak perlu cemas, Ly." Gavin merogoh sakunya, ia mengambil handphone untuk menghubungi daddynya. "Aku akan jelasin semuanya ke daddy sebelum Bu Rini mengadu ke wali kelas kita dan kemudian menghubungi orangtua kita. Aku akan meminta daddyku untuk menghubungi kepala sekolah, agar wali kelas kita tak menghubungi orangtuamu."Gavin yakin sekali jika daddynya akan membantunya.

"Jangan, Vin!!" cegah Lily.

Gavin menahan jarinya untuk memencet nomor daddynya. "Kenapa?"

"Sudahlah aku tidak ingin menambah masalah," Lily tak ingin Gavin menggunakan kekuasaannya untuk membantunya, terlebih ia merasa jika kejadian ini memang salahnya. "Bertanggung jawablah dengan apa yang sudah kita lakukan!!"

"Tapi, Ly..."

"Please, Vin. Kali ini saja..."

Gavin mengangguk dan menyimpan kembali handphonenya di saku, keduanya menikmati sarapan mereka. Hingga tak terasa bel istirahat pun berbunyi. Dari kejauhan Gavin melihat Tara bersama teman-temannya berjalan mendekat ke arah mejanya.

Dengan tidak sabar, Gavin langsung menghampiri Tara dan menarik kerah bajunya. "Maksud loe apa, ngaduin kakak loe sendiri? Tega ya loe sama kakak loe sendiri."

Melihat Gavin menyerang adiknya, dengan reflek Lily melerainnya. "Vin, udah Vin..." Ia menarik tangan Gavin lepas dari kerah pakaian adiknya, Lily semakin panik karena mereka bertiga menjadi pusat perhatian, ia takut ada guru yang lewat dan masalah akan semakin rumit.

Gvin semakin kencang menarik kerah pakaian Tara. "Enggak bisa Ly, dia udah jahat sama kamu.."

"Vin please, lepasin Tara!!" teriak Lily, "Dia adikku, Vin." Buliran-buliran bening mulai jatuh di pipinya.

Melihat Lily menangis, Gavin pun melepaskan cengkramannya dari pakaian Tara. Tara terbatuk dan segera merapihkan kembali pakaiannya. "Makanya kalau mau bisa jawab soal itu belajar. Jangan nyontek terus!" ucap Tara, sembari berlalu melewati Lily dan Gavin.

Ingin sekali rasanya Gavin menarik Tara kembali, namun Lily melarangnya, Lily terus memegangi tangan Gavin.

Terpopuler

Comments

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

Tara benar ly klau kmu itu harus lebih rajin belajar bukan nyontek

2023-02-23

3

⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻

⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻

hadeeehh lily main contekan ya..bisa gawat ti kalo ketauan momy nya...

2023-02-17

2

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

sebenar tara sudah bener sih jangan selalu kasih contekan karena lambat laun yang di kasih contekan akan terus berharap dan makin malas belajar

2023-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!