CHAPTER - 02

Tok... Tok... Tok...

"Boleh daddy masuk?" tanya Kendra dari balik pintu kamar putrinya.

Tak ada yang berubah dari kamar Lily sejak Amanda mempersiapkannya, Lily tak ingin merubah apa pun yang sudah ibunya buatkan untuknya, ia hanya mengganti tempat tidur dan menaruh foto ibunya di kamarnya.

Lily buru-buru menyeka air matanya dengan jemarinya. "Iya, dad." ia mempersilhkan daddynya masuk.

Kendra melangkah, lalu di tempat tidur Lily, "Mommy tidak bermaksud melarangmu berpacaran dengan Gavin, dia hanya khawatir nilai-nilaimu merosot." Ia membelai kepala Lily dengan lembut, setiap kali melihat Lily bersedih, Kendra seperti melihat Amanda ketika bersedih. Dan itu membuat Kendra teringat akan janjinya pada Amanda akan selalu menjaga dan membuat Lily bahagia.

"Harusnya kamu jadikan ini sebagai motivasi untuk membuktikan, bahwa hubunganmu dengan Gavin membawa kalian ke arah yang lebih baik," ucap Kendra. "Jangan sedih lagi ya, nak. Nanti daddy akan bicara pada mommy, daddy yakin jika kamu mampu meningkatkan prestasimu di sekolah, mommy akan membolehkanmu berpacaran dengan Gavin."

Lily memangaguk. "Terima kasih ya, dad," ia memeluk daddynya dengan hangat.

Kendra mengelus tangan Lily yang melingkar di pinggangnya, "Boleh daddy minta sesuatu padamu?"

Lily mengangguk.

"Jangan ciuman dulu ya, sama Gavin," pintanya. "Dulu, waktu daddy dan mommy berpacaran, kami tidak pernah berciuman dan tidak melakukan hal yang lebih dari sekedar berpegangan tangan. Jaga marwahmu ya, nak."

Lily kembali mengangguk. "Baik, daddy," ucapnya dengan penuh keyakinan, rasanya tidak akan sulit karena dari kecil ia sudah bermain bersama Gavin, Gavin tak pernah macam-macam kepadanya. "Apa dulu daddy juga berpacaran dengan mommy Amanda?" tanya Lily penasaran, ia jarang sekali mendengar daddynya menceritakan tentang mommy kandungnya.

Kendra terdiam sesaat, kemudian menggeleng. "Daddy dan mommy Manda tidak pernah berpacaran. Kami menikah kurang dari satu bulan setelah kami berkenalan," ia menepuk bantal meminta putrinya untuk beristirahat. "Sudah malam, ayo tidur. Nanti besok kesiangan loh!!"

Lily menghembuskan napasnya, sebenarnya ingin sekali ia mendengar kelanjutan cerita kisah asmara daddy dan mommy kandungnya, tapi seperti biasa daddynya selalu langsung mengakhirinya dan terlihat enggan untuk membahas ibu kandungnya.

"Nice dream sweety," Kendra mengecup kening putrinya kemudian menarik selimut hingga ke dadanya.

"Nice dream, dad," ucap Lily ketika Kendra sudah mematikan lampu kamarnya, kemudian Kendra keluar dari kamar Lily.

Kendra terkejut saat melihat Fay berdiri di depan kamar Lily, Fay hanya menghebuskan napas beratnya, lalu ia melangkah menuju kamarnya di ikuti oleh Kendra di belakangnya.

Begitu masuk ke kamar, Fay melipat tangannya dan menatap Kendra dengan tatapan tajam. "Ken, kamu itu sadar enggak sih kalau Lily itu sekarang sudah remaja?"

Rasanya Kendra sudah terlalu lelah terus menerus berdebat mengenai Lily. "Apa lagi sih Fay?"

"Sudah saatnya kamu menjaga jarang dengan Lily. Dia bukan balita lagi, dia sudah akil baligh. Kamu dan dia tidak pantas berpelukan, dan bahkan menciumnya."

Kendra menunduk, sebenarnya ia sudah menyadari hal itu sejak Lily duduk di bangku sekolah menengah pertamanya, namun rasa sayang yang ia memiliki kepada Lily benar-benar tulus layaknya seorang ayah kandung kepada anaknya, seperti dirinya sayang kepada Tara, ia tak sanggup jika harus menjaga jarak dengan Lily terlebih ketika Lily tengah bersedih seperti tadi.

Lagi pula Kendra tak punya alasan yang akan ia katakan kepada Lily, mengapa dirinya menjaga jarak dengannya, ia tak ingin mengatakan jika Lily bukanlah anak kandungnya.

"Dia putriku!!" Kendra berlalu meninggalkan Fay, ia memilih untuk beristirahat di kamar putra bungsunya.

Pagi harinya, Gavin datang menjemput Lily di unit apartemenynya. Kedatangan Gavin seperti biasanya di sambut hangat oleh Kendra. "Hai, Vin. Sudah sarapan?" tanya Kendra dari dapur, ia tengah membuat french toast untuk anak-anaknya.

Kebetulan Fay sudah berangkat ke rumah sakit sejak jam 05.30 pagi tadi, sehingga dirinya-lah yang membuat sarapan untuk kedua buah hatinya.

"Sudah, uncle," jawab Gavin. "Lilynya belum turun, uncle?" ia memandang ke arah tangga lantai dua tempat dimana kamar Lily berada.

Belum sempat Kendra menjawab pertanyaan Gavin, ia sudah mendengar suara putrinya. "Morning dad," ia berlari menghampiri Kendra di dapur. "Aku sarapan di jalan ya dad, takut telat." ia memasukan french toast buatan daddynya ke tempat makan.

"Loh masih jam 06.15 sayang," ucap Kendra heran.

"Aku buru-buru, takut kejebak macet, mau ada ulangan harian matematika juga." Lily menaruh kotak bekalnya di dalam tasnya. "Pergi dulu ya, dad. Assalamualaikum." Lily mengecup pipi daddynya kemudian ia bergegas pergi dari dapur. Saat melewati meja makan, ia menarik Tara. "Ayo, berangkat.."

"Aku belum selesai, kak..."

Tak menghiraukan ucapan Tara, Lily tetap menarik Tara keluar dari apartement. Gavin hanya tertawa melihat kegalakan kekasihnya, ia mengikuti Lily dari belakang.

Di perjalanan menuju sekolah, Gavin bertanya kepada Lily mengapa dia meminta dirinya menjemput lebih awal dari biasanya.

"Aku mau ke makam mommy sebentar, boleh ya Vin."

Gavin mengelus tangan Lily dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya tetap memegang kemudi. "Boleh dong sayang, lagi pula masih satu arah menuju sekolah kita."

"Loh, kok cuma Gavin yang di kasih tahu. Kenapa kakak tidak memberi tahuku juga kalau kita akan berangkat lebih awal, aku kan jadi tidak sempat menghabiskan sarapanku!!" protesnya.

Lily membuka tasnya dan mengambil kotak bekal, kemudian ia memberikannya kepada Tara. "Maaf aku lupa!!"

Awalnya Lily ingin ke kamar Tara setelah ia mengambil minum di dapur, namun karena ia mendengar perdebatan orangtuanya mengenai hubungannya dengan Gavin, ia lupa jika ingin ke kamar Tara.

"Kau habiskan saja, aku tidak lapar!!" ucap Lily, kemudian ia meminta Gavin menepikan kendaraannya di depan toko bunga.

"Biar aku saja yang beli," ucap Gavin, ia membuka sabuk pengaman kemudian turun dari mobilnya.

Tak enak karena merepotkan Gavin, Lily pun ikut turun menyusul Gavin masuk ke toko bunga. "Banyak sekali bunga yang kamu beli?" ia melihat Gavin bukan hanya membeli bunga tabur namun juga, buket bunga mawar putih.

"Ini buatmu sayang," ia memberikan kepada Lily.

Lily tersenyum. "Terima kasih ya sayang," ucapnya malu-malu sembari mencium aroma bunga yang di berikan Gavin untuknya.

"Tadi kamu ngomong apa?" Gavin meminta Lily untuk mengulang ucapan sayangnya.

Wajah Lily merah padam. "Udah yuk, nanti kita telat loh!!" ia mengalihkan pembicaraan.

Gavin tertawa melihat kekasihnya nampak salah tingkah. "Ayo, katakan sekali lagi, aku ingin mendengarnya," desak Gavin. "Ayo katakan lagi."

Lily kesal karena Gavin terus mendesaknya. "Gaviiiinn..."

"Ya sudah yuk, kita jalan lagi," ia meraih tangan Lily, kemudian menggandengnya masuk ke mobilnya.

Terpopuler

Comments

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖

maaf ya Fay bukan mau ngehujat kamu tpi kok merasa kamu itu rada" ngak suka sama Lily nya ya, walau apa yg kamu kata kan sama Kendra itu ada benar nya juga sih

2023-02-23

5

⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻

⏤͟͟͞Rᵇᵃˢᵉ αииα 🅑αbу ՇɧeeՐՏ🍻

lily bukan anak kandung kendra ya ternyata..

2023-02-17

2

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤

fay bener ken walau pun kamu menyayangi lily bagai anak kandung tapi diantara kalian tidak ada ikatan darah... sebaiknya kmu bisa bersikap juga biar Fay ngerti

2023-02-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!