Ice Cream
Hidup Ryan Alfarizi seperti remaja pada umumnya, dia bersekolah untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun. Nilai tidak buruk, wajah pun terbilang tampan. Dia tidak sombong, besar kepala, apa lagi sok hebat. Keseharian Ryan yang rajin membantu orang tua, rajin belajar, rajin bersih-bersih, rajin menabung, rajin memberi, rajin tersenyum, rajin mandi pula sungguh menjadi pribadi anak baik-baik.
Tidak ada yang salah dalam hidup untuk Ryan jalani, dia harus bekerja lebih keras dari murid lain di masa belajar sebagai seorang murid SMA kelas 2 semester genap.
Keluarganya terbilang miskin, kurang mampu, masalah klise perihal ekonomi atau apalah itu. Dimana pendapatan lebih sedikit dari pengeluaran. Sedangkan sang ibu menjadi single parents dengan biaya kehidupan serba mahal di kota Jakarta. bekerja sebagai buruh pabrik plastik bergaji di bawah standar UMR penetapan pemerintah.
Tapi masalah yang berputar di tengah-tengah kehidupan keluarga Ryan, tidak lebih sekedar hutang di warung, melunasinya ketika hari gajian datang. Tagihan listrik nunggak hampir diputus barulah dia bayar, atau minta korting iuran Agustusan padahal masih bulan Maret.
Tidak berharap apa pun untuk menjamin kehidupan yang Ryan miliki, bahkan jika itu adalah bantuan sosial dari pemerintah, masalah di dalam hidup keluarganya tidak akan berubah.
Bagi Ryan, seorang anak lelaki SMA yang sehat jasmani dan rohani, Ryan bekerja demi membantu perekonomian keluarga, meski itu tidak banyak, niat Ryan hanya ingin meringankan beban ibunya setelah menghabiskan usia untuk hidup yang tidak baik-baik saja.
Namun hidup ini sudah menjadi busuk... miskin memang bukanlah sebuah takdir, tapi mereka yang kaya memiliki kekuasaan selalu saja merendahkan orang miskin. Dan begitu pula yang miskin, masih menikmati kemiskinan mereka dengan berfoya-foya meski sirine listrik sudah bersuara nyaring.
Itulah sebabnya, kemiskinan sulit di berantas karena mereka senang menjadi miskin, tanpa mau berusaha mengubah nasib. Sedangkan ketika harga mulai naik karena inflasi ekonomi, para orang miskin berkoar-koar menyalahkan ketidakbecusan pemerintah. Sungguh sebuah ironi.
Hingga di siang itu....
Lagu 'Indonesia Pusaka' mulai terdengar ketika waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Suara wanita timbul tenggelam berkumandang melalui speaker kelas dan begitu merdu di telinga siswa, karena itu adalah tanda jika jam pelajaran telah selesai.
Namun setiap siswa di sekolah saling berbisik untuk membicarakan berita panas yang baru saja terjadi....
"Hei... Apa Lo tahu Ryan anak kelas IPS, dia itu memukuli Sano dan kawan-kawannya sampai masuk rumah sakit."
"Ya gua denger tuh, tapi bukannya Sano yang cari masalah, dia mau berbuat yang tidak-tidak sama ceweknya Ryan."
"Cewek sok kalem, padahal dia sendiri yang mau ikut sama Sano. Dasar latcur."
"Gua cuma kasihan sama Ryan, padahal gua kenal kalo Ryan itu orang baik."
"Tapi mau gimana lagi, keluarga Sano benar-benar berkuasa."
Seperti yang dikatakan dalam obrolan para siswa di dalam kelas mereka, karena di dalam ruang kepala sekolah....
Ryan berdiri tegak mematung dalam diam, suasana hari itu membuatnya marah, dia tidak bisa melawan, atau mencoba membela diri. Ketika semua wajah menatap dengan mata kebencian, semua kesalahan pula ditunjukan kepadanya.
Kemiskinan menjadi biang keladi untuk sebuah kesalahan yang tidak Ryan lakukan. Para orang kaya selalu berkuasa dan melemparkan semua kemarahan mereka.
Nasib buruk ada di hadapannya sekarang, cobaan apa yang belum dia cobain saat ini, pahit hidup dia jalani dan Ryan telan tanpa air minum. Masalah yang nyangkut di tenggorokan, kini keluar bersama sisa makan malam dan sarapan pagi hanya lewat begitu saja.
"Lihatlah ini, apa yang sudah kau ajarkan kepada anakmu itu wanita latcur, dia menghajar anakku sampai pingsan di rumah sakit, harusnya dia kami laporkan saja ke polisi." Ancam satu orang dengan keras.
Ryan menatapnya dengan mata tajam, kepada lelaki buntal berkacamata, jas dan dasi, memperlihatkan bahwa dia adalah orang punya kuasa dan jabatan. Bahkan mungkin perut itu hanya terisi uang-uang hasil korupsi, atau lemak jenuh pembawa kolesterol dan penyakit jantung.
Satu tamparan di terima Ryan dengan keras, tubuhnya jatuh dan kepala membentur di lantai. Dari semua orang yang menunjukan kemarahan kepada Ryan, hanya satu orang itu, dia bisa melihat tangisan menetes di wajah.
Suara sang ibu menjawab dengan isak tangis tertahan..."Aku mohon jangan lakukan itu tuan, Ryan anakku satu-satunya, aku mohon maafkan kesalahan anakku."
Ryan melihat bagimana sang ibu berlutut meminta maaf untuk semua penghinaan yang harusnya tidak dia terima. Berdiri tegak Ryan mencoba membela harga diri yang dipandang rendah oleh mereka semua di dalam ruangan ini.
"Ibu jangan merendahkan dirimu di depan orang-orang ini, aku tidak salah, Sano dan anak-anak yang lain mencoba memper*kosa Isna, aku hanya membela..." Tegas ucapan Ryan yang tidak mau menganggap dirinya salah.
"Jangan banyak bicara bocah si*alan, apa kau pikir perkataan mu itu bisa menjadi bukti." Lelaki buntal tidak memberi kesempatan Ryan bicara.
Ryan masih ingat, alasan kenapa dia harus menghajar Sano saat itu, bahkan lima anak lain yang berusaha ikut berkontribusi hingga masuk rumah sakit.
"Ya... Isna, dia bisa mengatakan kebenarannya." Jawab Ryan untuk meluruskan kesalahannya.
Tidak lama untuk menunggu harapan Ryan hancur, ketika seorang gadis cantik yang datang dari balik pintu itu menunjukan wajah rumit.
Kata demi kata dia ucapkan, Ryan mendengar kebohongan yang keluar dari mulut Isna.... "Ryan dia hanya melampiaskan emosi dan menghajar Sano."
Ryan tidak mau percaya, tapi kenyataanya, Isna memutar balikkan fakta, Ryan di khianati bahkan oleh kekasih yang dia cintai.
"Hahaha... Ini bohong kan ?, Kau kenapa mengatakan itu." Berteriak keras Ryan dengan semua emosi yang sudah tidak bisa dia tahan lagi.
Wajah semua orang tersenyum, Ryan merasa hatinya hancur dan terinjak-injak oleh penghinaan yang begitu menyakitkan.
Inilah nyata untuk Ryan, ketika dia melihat ada tetes air mata yang mengalir di wajah Isna...."Aku mengerti, sekarang... Ya aku sangat mengerti !!!, Kalian memaksanya mengatakan bahwa akulah yang salah."
"Kau bicara apa bocah, inilah kenyataannya, kau salah, dan kau harus membayarnya."
Ryan tidak tahan lagi, semua wajah menjijikkan itu di tunjukan, tertawa terbahak-bahak seperti sedang melihat acara lawak, karena dia dan ibunya hanya orang miskin, tanpa bisa melawan mereka.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaa." Tanpa perlu menahan diri, satu pukulan dia hantamkan ke wajah lelaki buntal yang tertawa terbahak-bahak.
Perasaan Ryan sekarang jauh lebih menyakitkan dari pada melihat Isna dipaksa oleh Sano. Harga dirinya di injak-injak, ibunya harus menangis untuk kesalahan yang tidak dia lakukan.
Ryan pun segera ditahan oleh orang-orang yang menuruti perintah pak tua itu, mencoba melepaskan diri tapi Ryan jelas kalah.
"Kau berani melakukan ini kepadaku, harusnya anak berandalan sepertimu di penjara, tapi aku masih memiliki hati... Aku ingin kau di keluarkan dari sekolah dan pergi tanpa pernah menunjukan diri."
Itu terbilang ringan, ya karena Ryan tahu, jika dia mencoba membawa polisi, anaknya pun akan kena masalah, karena kejadian yang sebenarnya adalah kesalahan anak mereka.
Tapi pada akhirnya Ryan dan ibunya lah harus menerima akibat untuk kesalahan yang tidak dia perbuat. Membela diri hanya menjadi omong kosong, harga diri tidak menjamin apa pun, Ryan marah, dia berakhir sebagai pecundang, bahkan di dalam hidup ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
⑅♥⃝🌻JessicaC⑅🐺⋆⋆⃝
thor kenapa karya nya kok dihapus
2023-02-10
2