Rubah Cantik Kesayangan Tuan Muda
"Apakah semuanya sudah siap ?"
"Apa kau yakin akan melakukan ini ?"
"Kenapa tidak ? aku sudah menunggu selama 16 tahun untuk moment hari ini."
"Tapi dia akan membencimu."
"Sejak awal dia sudah membenciku, entah saat aku menjadi nona muda keluarga Adhitama maupun ketika aku menjadi Eve, dia sama sekali tidak pernah menganggap ku."
"Tapi —"
"Tidak ada tapi, lakukan sesuai rencana."
Malam ini adalah peringatan hari jadi perusahaan Darmawangsa yang ke 50. Semua tamu undangan yang datang adalah tokoh-tokoh besar kota Utara, termasuk keluarga Adhitama.
Bukan rahasia lagi bahwa putra tunggal tuan Dharmawangsa memiliki hubungan yang baik dengan cucu keluarga Adhitama, sebelumnya juga sempat beredar kabar bahwa kedua keluarga ini sempat memiliki perjanjian pernikahan. Namun setelah Nyonya Rahayu mengalami kecelakaan, kabar tersebut memudar seiring berjalannya waktu.
Saat ini Barra yang merupakan pewaris Dharmawangsa Grup, dikabarkan tengah menjalin hubungan dengan putri tuan Mahendra yang juga merupakan cucu pertama keluarga Adhitama, sayangnya ada beberapa rumor yang mengatakan bahwa ia adalah cucu dari luar.
Kabar tentang aliansi kedua perusahaan ini pun sudah lama tersebar di luaran sana. Meskipun Nyonya Rahayu sudah lama meninggal dalam kecelakaan, namun hingga saat ini putri nya yang juga menghilang tidak lama setelahnya masih belum ditemukan. Hal ini memicu kemungkinan bahwa putri nya masih hidup dan bisa menjadi ancaman bagi tuan Mahendra, karena itulah Tuan Mahendra mendesak putri nya untuk segera bertunangan dengan Barra, Namun hingga saat ini hal tersebut belum diindahkan oleh keluarga Dharmawangsa.
"Pak Barra, acara sudah akan dimulai. Tuan besar menunggu anda di aula utama."
"Aku mengerti." Barra memejamkan mata sebentar, entah kenapa ia merasa akan ada hal besar yang terjadi malam ini.
"Nona Arabella memberi tahu bahwa ia mungkin akan terlambat," ujar Luke yang merupakan asisten sekaligus orang kepercayaan Barra.
"Biarkan saja."
Barra dan Bella memang sudah dekat sejak kecil terutama setelah putri nyonya Rahayu menghilang, bahkan mereka sudah menjalin hubungan selama lebih dari 5 tahun. Meski begitu Barra tidak memiliki keinginan untuk menjalin hubungan lebih lanjut dengan nya.
Barra memasuki Aula pesta dan semua tamu undangan menatap kagum ke arahnya, aura dan ketampanan nya membuat para gadis yang datang terpesona.
Saat semua orang terpana dengan pesona Barra, tiba-tiba seorang gadis cantik muncul dari arah belakang dan menggandeng lengannya. Kecantikan dan pesona nya membuat iri para gadis yang hadir.
"Bukankah selama ini tuan Barra selalu dekat dengan putri tuan Mahendra, siapa gadis ini ?"
"Mungkin hubungan mereka tidak seistimewa kelihatannya."
"Apakah ini drama tentang orang ke tiga ? aku penasaran dengan respon Arabella, mengingat temperamennya."
Beberapa tamu saling berbisik mempertanyakan identitas gadis yang datang bersama Barra.
Sementara disisi lain ada orang yang tengah menahan emosinya.
Sedangkan orang yang menjadi pusat perhatian tampak sangat tenang.
"Sepertinya pak Barra tidak begitu terkejut dengan kedatangan ku."
"Bagaimana mungkin, aku bahkan tidak pernah membayangkan bisa didampingi pewaris Adhitama Grup yang terhormat."
"Anda terlalu memuji, aku hanyalah anak yatim piatu yang terlupakan. Mana pantas dibandingkan dengan tuan muda Dharmawangsa yang terhormat."
"Kau sendiri mengatakan tidak pantas tapi masih berani menampakkan diri."
"Meski tidak pantas juga harus memantaskan diri."
Setelah kejadian 10 tahun yang lalu Barra tidak menduga bahwa mereka akan bertemu lagi, terlebih dengan cara seperti ini. Ada sesuatu dalam hatinya yang tidak bisa digambarkan dengan mudah. Semuanya terlalu rumit diantara mereka berdua.
Saat berjalan ke tengah aula pesta, mereka bertemu dengan tuan Adhitama yang sedang berbincang dengan ayahnya.
Barra membungkuk dan berkata,"selamat malam tuan Adhitama, terimakasih sudah meluangkan waktu menghadiri pesta sederhana kami."
"Kenapa begitu sungkan, panggil saja kakek seperti Davira memanggilku,"jawab tuan Adhitama sambil melirik ke arah Davira.
Sontak seluruh tamu undangan dibuat terkejut oleh interaksi mereka.
Davira membungkuk untuk memberi hormat kepada tuan Dharmawangsa dan kakeknya kemudian menyapa mereka dengan sopan.
"Kamu ini, pulang bukannya langsung ke rumah malah langsung menemui orang lain," ujar tuan Adhitama berpura-pura marah, sementara tuan Dharmawangsa hanya menatapnya penuh arti.
"Aku baru saja sampai dan langsung kesini, lagipula kakek juga berada disini," ujar Davira lembut kemudian ia menatap Barra dan berkata, "Kalau tidak langsung kesini aku takut akan ada orang yang kecewa."
Mulut nya ini benar-benar pandai berbicara, batin Barra.
"Kukira siapa yang datang sampai membuat seluruh tamu penasaran, rupanya adik kesayanganku." ujar Arabella yang sedari tadi menahan emosi.
"Kak Bella, maaf karena sudah mengejutkan mu," ujar Davira lembut namun tatapan nya mengatakan hal lain.
"Kau ini, kakak sudah sering mengatakan untuk menjaga sikap masih saja berbuat semaunya dan mengacaukan pesta orang lain." Arabella menegur Davira dengan lembut namun sebenarnya ia sedang memperingatkan nya untuk tidak macam-macam.
Arabella beralih menatap Barra kemudian berkata, "Kamu juga jangan terlalu memanjakannya, lihatlah dia jadi begitu menempel padamu padahal sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Orang yang tidak tahu akan mengira dia kekasih mu." kata-kata nya memang terlihat penuh kasih sayang tapi sebenarnya ia sedang menegaskan posisinya.
Barra hanya merespon nya dengan senyuman.
Davira menatap Arabella dan tersenyum, "ini tidak mungkin, hubungan ku dan kak Barra hanya sebatas kakak dan adik. Meskipun dulu pernah —, ah sudahlah semua orang di kota Utara juga tahu kalau kak Bella adalah kekasih Kak Barra."
Barra mengelus kepala Bella, "apa yang dikatakannya benar, jadi tidak perlu bereaksi berlebihan."
"Pak Barra, ini sudah waktunya untuk memberikan sambutan." ujar Luke sambil menunjuk jam tangan nya.
"Baiklah aku pergi sekarang." Barra mengecup puncak kepala Bella kemudian pergi.
Melihat semua ini Davira diam-diam mengepalkan tangannya, sementara Bella tersenyum penuh kemenangan.
Setelah Barra pergi, Davira juga berpamitan kepada tuan Dharmawangsa. Biar bagaimanapun pesta ini sudah tidak menarik lagi baginya. Sementara Bella memilih untuk mengikuti Barra dan tidak mencari masalah dengan Davira untuk sementara ini.
"Apa kau yang merencanakan semua ini ?" ujar tuan Adhitama.
"Bagaimana mungkin, dia begitu mirip dengan ibu nya, apa menurut anda saya bisa mengendalikannya ? saya hanya memberi nya sedikit informasi."
"Kau benar, anak ini begitu mirip dengan ibunya. Aku berterimakasih kepadamu karena sudah menjaganya selama ini, tapi —"
"Anda tidak perlu khawatir, aku paling mengenal anakku. Semua ini terjadi karena kesalahan ku, biarkan aku menebus nya."
"Baiklah aku tidak akan ikut campur dengan masalah keluarga mu. Tapi kau harus ingat Davira adalah cucu kesayangan ku dan pewaris sah keluarga Adhitama. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti nya." ujar tuan Adhitama sebelum pamit pergi.
....
Setelah pergi dari pesta keluarga Dharmawangsa, Davira langsung pulang ke kediaman Adhitama.
"Nona, selamat datang kembali. Tuan besar sudah menunggu anda di ruang kerja," ujar bi Inah pelayan yang dulunya melayani ibunya dan merawatnya sejak kecil.
"Baiklah aku mengerti, tolong bantu aku membawa ini ke kamar. Aku akan pergi menemui kakek."
Bi Inah pergi membawa koper milik Davira ke kamar nya.
"Kakek," panggil Davira dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kemari lah," Tuan Adhitama memberikan isyarat agar Davira mendekat.
"Bagaimana kabar mu ? Apa kau baik-baik saja ?"
"Aku baik-baik saja, orang itu menjagaku dengan baik."
Tuan Adhitama mengernyitkan alisnya.
"Bukankah semuanya terlalu jelas ?"
Tuan Adhitama pun tersenyum."Apa kau sudah yakin dengan keputusan mu kali ini ?"
Davira mengangguk sebagai jawaban.
Tuan Adhitama memeluk Davira dan berkata, "Apapun keputusan mu kakek akan selalu mendukungmu, tapi buat kakek yang terpenting adalah kebahagiaan mu sendiri."
Davira menangis dalam pelukan kakeknya. "Aku tahu apa yang kakek khawatirkan, tapi sudah sampai tahap ini menyerah hanya akan menambah masalah," ujarnya kemudian.
Kemudian Davira melepaskan diri dari pelukan kakeknya dan berkata, "Kakek, aku punya rencana ku sendiri."
Tuan Adhitama menatap cucunya dengan tatapan sendu dan berkata, "Apa kau yakin ?"
Davira mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah kakek tidak akan ikut campur lagi, tapi ingat, jika menemui kesulitan kamu bisa minta bantuan kakek kapanpun."
"Terimakasih kek."
"Karena kau sendiri yang memilih jalan ini, kakeknya hanya ingin mengingatkan mu, jalan ke depan tidak lah mudah. Apapun yang terjadi kau harus kuat."
Davira mengulas senyum kemudian mengangguk.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments