Sepanjang acara, Bella terus menempel kepada Barra seolah ingin menunjukkan kepemilikan nya. Sementara Barra tidak terlalu mempedulikannya, meskipun ia tahu Bella sedikit licik tapi ia tidak pernah perhitungan kepadanya. Semua ini karena kejadian 5 tahun yang lalu, saat dirinya mengalami kecelakaan hebat dan Bella yang menyelamatkannya.
Setelah acara selesai Barra mengantar Bella pulang. Saat tiba di kediaman Adhitama, Barra sedikit melirik ke lantai 2, ia melihat siluet yang sangat dikenalnya. Ia terpaku untuk sepersekian detik kemudian kembali fokus dengan tablet ditangan nya. Tentu saja semua ini tak luput dari perhatian Bella, diam-diam ia mengepalkan tangannya.
Tak lama kemudian ponsel Barra bergetar, sebuah notifikasi pesan masuk.
"Jika begitu merindukanku kenapa tidak naik keatas ? mungkin kita bisa melakukan sesuatu yang menyenangkan untuk menyalurkan rasa rindu setelah bertahun-tahun."
Barra menutup ponselnya, pandangannya berubah dingin.
....
Keesokan harinya, berita tentang pewaris sah keluarga Adhitama yang kembali setelah 10 tahun menghilang, muncul diberbagai media. Selain itu kedekatan nya dengan Barra juga menjadi pusat perhatian. Tak sedikit yang mengatakan bahwa Davira adalah calon menantu yang direstui tuan Dharmawangsa.
Seperti yang diketahui publik, meskipun hubungan antara Barra dan Bella cukup dekat tapi mereka belum pernah muncul bersama di acara resmi manapun. Sedangkan Davira yang baru kembali sudah langsung menjadi pendamping di acara keluarga Dharmawangsa.
Sejak bangun tidur Davira melihat semua berita online yang membahas dirinya, bahkan tidak sedikit yang membandingkan dirinya dan Bella. Ada beberapa yang mengatakan dirinya adalah orang ke 3 diantara Bella dan Barra namun juga cukup banyak yang mendukung nya.
Saat ia sedang asik membaca berbagai komentar netizen, Marissa yang merupakan sahabat sekaligus asisten nya menelpon, "Apa kau sudah membaca berita pagi ini ?"
"Hmm, aku sedang membacanya."
"Kalau begitu, bagaimana kau bisa begitu santai ?"
"Tentu saja kita harus bersantai setelah bekerja keras,"
"Apa kau sudah melihat berita terbaru ? ada beberapa oknum yang mengatakan kau sengaja merebut Barra dari Bella"
Davira berjalan ke balkon, "Berita seperti ini tidak akan bertahan lama, jadi biarkan saja."
Marissa menghela nafas lega, "baiklah, apa kau akan terus tinggal di kediaman Adhitama ?"
"Tentu saja, ini rumahku. Lagipula tempat paling berbahaya merupakan tempat paling aman."
....
Di perusahaan Dharmawangsa Barra sedang membaca semua berita yang menjadi trending topik.
Luke mengetuk pintu ruangan Barra, kemudian ia masuk membawa beberapa berkas.
"Apa kau sudah selesai menyelidikinya ?"
"Maaf pak Barra, tapi semua informasi tentang nya di blokir oleh pemerintah. Kita tidak bisa menemukan apapun. Selain itu sepertinya informasi tentang nya sengaja disembunyikan selama 10 tahun terakhir."
Barra menatap dingin ke arah Luke, "Katakan sekaligus."
"Sejauh ini yang bisa melakukan semua ini hanya 2 orang yaitu keluarga Adhitama dan Dharmawangsa. Tapi setelah kecelakaan yang menimpa Nyonya Rahayu, kekuasaan keluarga Adhitama berada ditangan tuan Mahendra. Jadi kemungkinan besar yang mengatur semua ini adalah tuan Besar." Luke sedikit melirik kearah tuannya untuk melihat reaksi nya, tapi Barra tidak merespon apapun dan menyuruh nya untuk keluar.
Tapi baru saja berbalik, Barra sudah memanggil nya lagi, "Apa tanggapannya mengenai berita yang muncul pagi ini ?"
Luke mengernyitkan dahinya, kemudian dia mengerti siapa yang dimaksud bosnya ini.
"Ehm, sejauh ini pihak nona Davira tidak ada pergerakan. Sepertinya tidak berniat menanggapi nya. Apa kita perlu —"
"Apa pekerjaan mu masih kurang banyak ?"
"Tidak tidak, pekerjaan ku sudah terlalu banyak mana mungkin ada waktu untuk mengurus masalah nona Davira." Luke segera keluar dari ruangan sebelum ruangan ini meledak oleh emosi tuannya.
Setelah Luke keluar dari ruangannya, Barra diam-diam mengepalkan tinjunya
Ia menatap sebuah nomor di ponsel nya, entah apa yang ada dipikiran nya.
Tak berapa lama kemudian seseorang memasuki ruangannya.
"Apa masih ada hal lain ?"
"Sepertinya semenjak kedatangan Davira emosimu jadi tidak stabil." Bella berjalan ke belakang Barra dan memeluknya dari belakang.
Barra merasa tidak nyaman dengan tindakan Bella, ia melepaskan pelukan Bella dan kembali duduk di kursinya. "Ini tidak ada hubungannya dengan nya, kenapa datang tanpa memberitahuku dulu ?"
Bella merasa tidak puas dengan tindakan Barra, padahal sudah 10 tahun berlalu tapi Barra masih saja bersikap dingin kepadanya. Meskipun diluar banyak yang membahas kedekatan mereka tapi pada kenyataannya mereka tidak sedekat itu meskipun sudah menjalin hubungan selama 5 tahun terakhir.
"Apa sekarang aku juga harus melapor ke resepsionis dulu untuk datang kemari, Barra aku ini kekasih mu." protes Bella tidak senang dengan perlakuan Barra.
"Aku tahu, maafkan aku. Saat ini aku sedang banyak pekerjaan. Ayo pergi makan malam setelah aku selesai." Meskipun sedikit enggan Barra akhirnya tetap membujuk Bella. Seperti yang dikatakan Bella, biar bagaimanapun mereka adalah kekasih. Bukan hanya itu, tapi ia berhutang sebuah nyawa terhadap Bella.
"Baiklah, kalau begitu kamu lanjutkan pekerjaan mu dulu. Aku juga masih ada pemotretan sore ini." Bella mencium Barra kemudian pergi meninggalkannya.
Barra menghela nafas lega setelah Bella pergi.
Dalam sekejap hari berganti malam, Barra pergi menjemput Bella di lokasi pemotretan kemudian pergi makan di salah satu restoran bintang 5.
Saat memasuki restoran ia melihat siluet yang familiar tapi ia juga tidak terlalu yakin.
....
Sementara itu di sebuah ruang VIP Davira sedang berkumpul bersama Marissa dan Mike sahabatnya.
"Aku tidak menyangka Barra begitu romantis, bahkan ditengah kesibukannya masih sempat menjemput dan mengajak makan kekasih nya," ujar Marissa.
"Dia memang sangat romantis, hanya saja matanya sepertinya memiliki masalah yang serius," timpal Mike.
"Bermasalah juga tidak separah seseorang," sindir Marissa.
Davira melotot kepada mereka berdua.
"Ehm, kenapa makanannya lama sekali." Marissa dan Mike kompak mengalihkan pembicaraan.
"Terus ini semua apa ?"
Marissa dan Mike tersenyum kikuk.
"Jadi, bagaimana rencana mu selanjutnya ?"
"Menikah dengan nya."
"Uhukkk." Marissa tersedak dimsum yang sedang dimakannya. "kau tidak bercanda kan ?" ujar Mike sambil memberikan minum kepada Marissa.
"Hanya dengan menikah dengan nya barulah aku bisa menguatkan posisi ku, biar bagaimanapun Mahendra Adhitama bukanlah orang yang mudah dihadapi."
Marissa mengangguk setuju, sementara Mike sedikit ragu. "Perkataan mu memang masuk akal, jika ingin dukungan maka Dharmawangsa Grup adalah pilihan terbaik. Tapi ini Barra, apa kau yakin ?"
"Selama 10 tahun ini bukanlah kehidupan yang mudah, jadi seorang Barra tidak berarti apa-apa bagiku."
"Bukan itu maksudku, apa kau yakin Barra mau menikah dengan mu ?" ujar Mike kemudian, disusul tawa Marissa.
Davira melotot kearah mereka kemudian berteriak, "Hyaaa !! kalian ini sebenarnya berada di pihak siapa ?"
"Tentu saja di pihak mu, tapi apa kau yakin bisa menikah dengan nya ?"
Davira tersenyum penuh arti, "Dia hanya bisa menikah dengan ku, kecuali jika dia sudah tidak menginginkan Dharmawangsa Grup."
"Apakah ini ada kaitannya dengan orang itu ?" tanya Marissa penasaran.
Davira tidak menjawab nya, ia tahu betul bahkan jika dirinya menikah dengan Barra, tidak ada cinta diantara mereka, justru Barra akan semakin membenci nya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments