Part 19

Keesokan harinya, Rania dipanggil ke kerajaan untuk diinterogasi sedangkan Noel selalu setia mendampingi Rania. Tak beranjak sedikit pun dari sisi Rania meskipun sempat diusir Ophelia.

Sungguh pria yang dibutakan oleh cinta. Berani membantah perintah seorang kaisar demi seorang wanita.

Ophelia menjadi sadar betapa besarnya perasaan Noel ke Rania. Pantas saja dulu Noel selalu memusuhinya dan menyimpan dendam padanya karena menjadi tembok penghalang.

"Aku akan bertanya sekali saja, tapi kau harus menjawabnya sejujur mungkin atau nyawa orang yang kau cintai akan melayang di depan matamu." Tutur Erlan sembari menatap lurus Rania. Memberikan tatapan mengintimidasi dan mengancamnya.

"Jangan memperlakukan Rania ku dengan buruk. Emosinya mudah terguncang karena sedang hamil." Protes Noel. Memeluk Rania lembut dan mengusap punggung Rania sehingga membuat Ophelia dan Erlan memutar bola mata malas melihat tingkah lebay Noel.

"Kau membayar orang untuk membunuh Ophelia?"

Rania dan Noel terlonjak kaget mendengar pertanyaan Erlan.

"Tidak! Aku tidak pernah membayar orang untuk mencelakai Ophelia." Jelas Rania.

"Ya. Istriku tidak mungkin melakukan  kejahatan semacam itu." Imbuh Noel membela Rania.

"Lagipula apa untungnya aku mengutus orang membunuh Ophelia? Apa yang bisa ku dapatkan dari hal tersebut? Bukan kah itu hanya akan merugikanku? Aku masih memiliki tujuan penting yang harus ku gapai, yaitu menjaga anakku dan membuatnya selalu bahagia." Tandas Rania seraya mengelus perutnya. Tatapannya penuh kasih sayang kala menatap perut buncitnya.

Semua orang terdiam mendengar nada tulus Rania. Nada bicara yang tidak dibuat-buat. Mereka juga dapat melihat secara jelas betapa sayangnya Rania ke anaknya.

"Selama ini, aku memang menganggu Ophelia karena merasa cemburu kepadanya. Hatiku tidak bisa mengabaikan status Noel. Aku benci menyadari fakta Noel menikah dengan wanita lain meskipun aku tahu cintanya selalu untukku. Aku takut sewaktu-waktu dia berpaling dariku dan memilih Ophelia." Mata Rania berkaca-kaca saat menceritakan kenangan pahitnya, membuat jantung Noel berdenyut nyeri.

"Lalu, kenapa kau masih mengangguku saat kami sudah bercerai?" Ketus Ophelia.

Rania mengusap air matanya pelan. "Karena aku sangat kesal tiap kali melihatmu. Aku kesal saat mengingat kau pernah tinggal di rumahnya dan menjadi mantan istrinya." Wanita itu menutup wajahnya dan menangis pilu. "Kau pasti tidak akan mengerti perasaanku jika belum pernah jatuh cinta kepada seseorang dan melihatnya menikah dengan wanita lain di depan matamu sendiri." Ia menyembunyikan wajahnya di bahu Noel. Menumpahkan air matanya di sana.

"Padahal aku ingin menjadi istri pertama dan istri satu-satunya Noel." Raungnya.

Noel gelagapan bukan main melihat tangisan istrinya sekaligus tak tega melihat Rania bersedih. "Tenanglah, sayang. Bagiku, kau adalah istri pertama dan istri satu-satuku. Keberadaanmu di dalam hatiku tidak akan pernah bisa digantikan oleh siapapun." Hiburnya.

Ophelia memijit pangkal hidungnya. Kesal melihat kehebohan yang mereka buat.

"Bagaimana menurutmu, Lia?" Bisik Erlan.

"Rania bukan pelakunya." Balas Ophelia.

"Kenapa Lia mempercayainya? Bukankah selama ini dia selalu menganggu Lia?"

Ophelia menyandarkan punggungnya ke sofa. "Dia memang penganggu tapi dia tidak akan berani membunuhku. Apakah kau ingat? Terakhir kali bertemu dengannya, dia tidak menganggu kita lagi dan segan kepada kita."

"Ah, aku ingat. Lantas, menurut Lia siapa pembunuhnya? Apakah Lia sudah memikirkan kemungkinan siapa yang menyimpan dendam kepada Lia?"

Ophelia mengusap dagunya serius. "Ku rasa, aku tahu siapa yang ingin membunuhku."

"Siapa?"

"Ingrid." Jawab Ophelia yakin.

Erlan mengerutkan keningnya heran. "Adik perempuan Rania?"

"Ya. Terakhir kali, dia berkata akan membunuhku."

Erlan mengerjap kaget mendengar penuturan mengejutkan Ophelia.

"Selama ini, dia sudah berambisi menjadi permaisuri. Dia menganggapku sebagai batu penghalang. Merasa posisinya akan ku rebut jika aku masih hidup." Imbuh Ophelia menjelaskan.

Erlan mendecih kesal. "Beraninya dia berambisi pada sesuatu yang tak mungkin diraihnya. Benar-benar tidak tahu diri." Geramnya.

"Yang anehnya, kenapa dia menjadikan Rania kambing hitam? Bukankah selama ini hubungan mereka sangat baik? Rania bahkan selalu membela, melindungi, dan memanjakannya." Cetus Ophelia.

"Hanya ada satu kemungkinan Lia. Dia mengkhianati kakaknya."

Ophelia mengangguk setuju. "Ya, mungkin saja. Ku rasa, bukan hal sulit baginya untuk mengkhianati Rania demi mencapai tujuannya."

"Dia wanita berhati kejam." Komentar Erlan.

"Lia tenang saja. Aku akan melindungi Lia darinya." Imbuh Erlan lagi seraya mengusap kepala Ophelia tapi Ophelia langsung menepisnya.

"Oh ayolah. Jangan memperlakukanku seperti anak kecil." Protesnya, membuat Erlan tertawa kencang.

"Ekhem! Sampai kapan kami harus berada di sini? Istriku butuh istirahat karena semenjak hamil, tubuhnya mudah kelelahan." Sela Noel. Disambut oleh tatapan tajam Erlan.

"Untuk sekarang, kalian istirahatlah di istana sampai Ingrid selesai di interogasi." Titah Erlan.

"Kenapa adik Perempuanku juga diseret ke dalam masalah ini?" Tanya Rania kaget. "Adik kecilku itu tidak mungkin terlibat dalam kasus besar ini." Belanya.

Ophelia menatap Rania kasihan. "Kenapa kau sangat yakin bahwa adikmu bukanlah pelakunya? Bukankah bisa saja dia pelakunya? Apakah kau tidak pernah memikirkan kemungkinan dia sengaja menjadikanmu kambing hitam supaya dia terbebas dari hukuman?" Tanyanya menusuk. "Apalagi dia tahu bahwa hubungan di antara kita tidak terlalu baik sejak awal. Pasti dia berpikir semuanya akan selesai jika menunjukmu sebagai pelaku."

Rania menggeleng kuat. "Tidak mungkin!" Membantah pernyataan Ophelia sedangkan Noel berpikir serius.

"Aku ingat. Dia pernah meminta uang kepadaku dalam jumlah yang banyak dengan alasan ingin memberikan hadiah untuk Rania. Mungkinkah dia menggunakan uang itu untuk pembunuh bayaran?" Celetuknya.

Rania menatap sang suami terkejut. "Adikku berani meminta uang padamu di belakangku?" Tanyanya kaget.

Noel menggaruk pipinya canggung sembari mengangguk pelan.

"Kenapa kau tidak pernah mengatakannya kepadaku?!" Tanya Rania tak habis pikir.

"Dia melarangku mengatakannya padamu." Ringis Noel.

"Dasar bodoh! Kau diperas olehnya tapi kau diam saja?" Desah Rania kesal. "Atau jangan-jangan kau juga berselingkuh dengan adikku?!" Tuduhnya.

"Astaga, sayang! Aku tidak berselingkuh dengannya! Sekali pun tidak pernah!!"

"Tapi, kau berani merahasiakan sesuatu dariku."

Noel tertunduk dalam. "Maaf, sayang. Aku tidak bermaksud merahasiakannya darimu." ungkapnya penuh sesal.

"Cukup sampai di sana perdebatan kalian!" Sela Ophelia.

"Lanjutkan saja perdebatan kalian di tempat lain!" Ucap Erlan ikut menimpali perkataan Ophelia.

Kedua orang itu pun menuruti perkataan Ophelia dan Erlan karena takut membuat mereka marah dan berakhir menyatakan Rania sebagai pelaku.

Erlan menyuruh ksatria membawa Noel dan Rania ke kamar tamu. Ia juga menyuruh ksatria membawa Ingrid ke istana.

Pria itu ingin menyelesaikan semuanya supaya Ophelia bisa aman.

Erlan tidak ingin Ophelia terluka karena mengabaikan musuh.

Maka dari itu, Erlan akan memusnahkan semua orang yang berpotensi menjadi ancaman bagi Ophelia. Bahkan jika tangannya harus berlumuran darah demi melindungi Ophelia. Erlan akan tetap melakukannya!

-Tbc-

Terpopuler

Comments

Gryllzia

Gryllzia

gaada karma untuk noel ya?

2023-02-25

3

🍾⃝ᚸ⃝𝚉𝙷𝙰𝚅𝙸𝚁𝙰༉ᵃᶻᵉˡ

🍾⃝ᚸ⃝𝚉𝙷𝙰𝚅𝙸𝚁𝙰༉ᵃᶻᵉˡ

bener banget, ayo langsung musnahin para hama!! jangan bertele-tele ingin bermain-main dulu lah, ingin membunuh di waktu yang tepatlah dan BLA BLA BLA.....alesan itu malah makin memberi kesempatan bagi musuh😤

2023-02-23

4

🍾⃝ᚸ⃝𝚉𝙷𝙰𝚅𝙸𝚁𝙰༉ᵃᶻᵉˡ

🍾⃝ᚸ⃝𝚉𝙷𝙰𝚅𝙸𝚁𝙰༉ᵃᶻᵉˡ

bucinnya udah gk ketulangan ya nih si erlan:)

2023-02-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!