Part 6

Kegiatan memasak Ophelia di dapur akhirnya selesai. Gadis itu melirik para pelayan yang sedari tadi menatapnya. "Bawalah semua makanan ini ke ruang makan!" titahnya.

"Baik, nona." sahut mereka gelagapan. Takut Ophelia marah dan mengadu kepada Kaisar.

Mereka membawa semua masakan Ophelia ke ruang makan.

Di sana, Erlan sudah menunggu kedatangan Ophelia dengan tenang.

Erlan tersenyum manis ketika melihat Ophelia berjalan mendekatinya. Rasa bosan yang dirasakannya semenjak tadi menguap begitu saja setelah melihat Ophelianya.

"Duduklah di sini, Lia," tuturnya penuh semangat sembari menepuk-nepuk kursi di sampingnya.

"Maaf, pangeran. Sekarang, aku tidak bisa menemani pangeran karena harus mencari Yang Mulia Kaisar." tolak Ophelia secara halus tapi tetap membuat Erlan kecewa.

Pria kecil itu menggerutu pelan. "Kenapa Lia mencari ayahanda?"

"Karena ada urusan penting, pangeran."

Erlan tidak bertanya lagi. "Baiklah. Lia harus segera kembali setelah menemui ayahanda."

Ophelia tersenyum gemas melihat Erlan tak rela ditinggalkan olehnya. Terlihat sangat lucu dan menggemaskan.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, pangeran. Jangan lupa habiskan semua makanan yang sudah aku buatkan."

Erlan mengangguk patuh sedangkan Ophelia mulai meninggalkan pangeran kecilnya.

Kemudian, segera menuju ruangan kaisar. Bersiap melakukan rencana keduanya, yaitu mengusir para hama dan menjadikan Raphael sebagai guru Erlan secara resmi.

"Astaga!!" Ophelia terlonjak kaget kala seorang pria tiba-tiba muncul di hadapannya dan limbung ke arahnya. Untungnya, Ophelia bisa menahan tubuh pria tersebut.

"Kau kenapa, tuan?" tanyanya khawatir.

Pria itu menjauhkan dirinya dari Ophelia sambil memijit kepalanya. "Kepala saya sedikit pusing. Terima kasih sudah menahan tubuh saya, nona." ringisnya.

Ophelia tertegun kala melihat wajah pria yang ditolongnya. Sangat mirip dengan wajah Erlan. Namun, dalam versi dewasanya.

"Lebih baik kita segera ke dokter, Yang Mulia. Anda tidak terlihat baik-baik saja." Mulai menunjukkan perhatiannya karena mengetahui identitas pria di hadapannya.

"Pangeran Blair! Rupanya Anda di sini. Sudah saya bilang 'kan untuk menunggu saya sebentar?" omel seorang pria tua yang mendadak muncul di dekat mereka.

"Maaf, Al. Aku hanya ingin mencoba jalan-jalan di luar sendirian."

Pria tua itu menghela nafas sedih mendengar jawaban Blair sedangkan Ophelia bergumam pelan dalam hati melihat interaksi keduanya. 'rupanya dia pangeran kedua yang sakit-sakitan itu. Sayang sekali, pangeran setampan dirinya akan meninggal sebentar lagi.'

****

Gadis berambut perak itu tersenyum senang karena semua rencananya berjalan mulus.

Kaisar mengabulkan permohonannya untuk mengganti semua pelayan di tempat tinggal Pangeran Erlan.

Kaisar memberikan para pelayan yang lebih baik dan sudah terlatih profesional.

Kaisar juga memberikan Ophelia izin memasuki perpustakaan pribadi kerajaan. Itu artinya, Ophelia bisa mendapatkan semua buku yang diperlukan Erlan untuk menjadi kaisar di masa depan nanti.

Sekarang ini, Erlan masih terlalu minim ilmu pengetahuan. Jadi, Erlan butuh ilmu dan wawasan yang lebih banyak.

Selain itu, kaisar juga menunjuk Raphael sebagai pengawal pribadi Erlan sesuai permintaan Ophelia.

Sungguh menyenangkan rasanya mendapatkan kepercayaan dari sang kaisar. Apalagi kaisar memintanya secara pribadi agar lebih memperhatikan Raphael.

Ophelia pasti akan menjaga kepercayaan kaisar supaya hidupnya selalu lancar jaya.

"Nona Ophelia!" Panggil seseorang membuyarkan pikiran gadis itu.

Ophelia berbalik. Menatap orang yang memanggilnya. "Pagi, Raphael. Kau sudah mendapatkan pemberitahuan dari kaisar?"

"Sudah, nona." Raphael melirik barang bawaan Ophelia. "Nona pasti kesusahan membawa semua buku itu. Biar aku saja yang membawanya, nona. Kebetulan aku ingin menyapa pangeran yang akan ku layani ke depannya." Menawarkan bantuan.

Tentunya Ophelia tak menyia-nyiakan tawaran menggiurkan tersebut. Tangannya sudah sakit akibat menahan buku-buku yang berat itu. "Maafkan merepotkanmu." Cengirnya. Dibalas oleh kekehan Raphael.

"Nona tidak merepotkan sama sekali. Bukan kah wajar bagi seorang pria membawakan barang seorang perempuan?"

Ophelia mengangguk pelan. "Kau ada benarnya juga."

"Oh iya, yang mulia kaisar bilang nona dayang pribadi Pangeran Erlan dan baru ditunjuk kemarin, apakah itu benar?" Raphael bertanya penasaran.

"Iya."

"Jika nona memang dayang pribadi pangeran, berarti nona seorang bangsawan?" Tanya Raphael sedikit lemah.

"Iya. Aku seorang marchioness."

Bahu Raphael seketika tertunduk lesu. Angan-angannya mendekati Ophelia lenyap seketika. Merasa rendah diri dan tak pantas bagi Ophelia.

Ekspresi rumit Raphael dapat disadari oleh Ophelia sehingga gadis itu berinisiatif menghibur pria tampan di sampingnya.

"Hanya gelarku saja yang marchioness, tapi aku tidak punya wilayah kekuasaan atau pun harta." Kekehnya.

Raphael mengerjap kaget. "Nona tidak punya wilayah kekuasaan dan harta? Kenapa bisa?" Tanyanya tak habis pikir.

"Ah, itu karena keluargaku terlilit hutang besar saat aku berusia 15 tahun. Jadi, semua harta keluargaku di sita." Kekeh Ophelia.

Raphael tertunduk lesu. "Maaf."

Ophelia tertawa geli melihat raut wajah bersalah Raphael. "Aku baik-baik saja. Lagipula itu semua sudah menjadi masa lalu."

Raphael menatap Ophelia kagum. "Kau memang wanita yang kuat, nona. Aku senang bisa bertemu dengan nona."

"Aku juga senang bisa bertemu dengan ksatria hebat sepertimu."

"Nona terlalu memuji. Aku tidak sehebat itu, nona."

"Kaisar sendiri yang memujimu. Jadi, aku pun yakin kau sangat hebat."

Raphael tersenyum senang mendengar kaisar memuji kemampuannya. Hal yang tak pernah dibayangkannya dan terasa mustahil.

"Berapa umurmu?"

"18 tahun, nona. Memangnya kenapa?"

"Ah, aku penasaran saja dengan umurmu karena tubuhmu sangat tinggi dan kekar." Kikik Ophelia.

Raphael tersenyum senang lagi.

"Kau lebih tua satu tahun dariku. Bagaimana kalau aku memanggilmu kakak?" Tanya Ophelia seraya mengelus dagunya sedangkan Raphael merona mendengarnya.

"Panggil saja Raphael, nona."

"Terlalu panjang." Protes Ophelia. "Aku akan memanggilmu El. Bagaimana?" Imbuhnya. Diangguki senang oleh Raphael.

"Lia!" Panggil Erlan yang mendadak muncul dan memeluk tubuh Ophelia.

"Kenapa Lia sangat lama perginya? Aku sudah menunggu Lia dari tadi." Rajuknya. Menghadirkan senyuman gemas Ophelia.

"Maaf, pangeran. Tadi aku menghadap yang mulia kaisar dan mengalami sedikit kesulitan mencari buku-buku yang harus pangeran pelajari."

Erlan melepaskan pelukannya, mendengus sebal, dan melipat tangannya di depan dada. "Aku tidak suka Lia pergi lama. Aku bosan sendirian di dalam kamar."

Gadis cantik itu mengusap rambut pirang Erlan. "Jadi pangeran bosan sendirian?"

Erlan mengangguk kuat. Terlihat sangat menggemaskan di mata Ophelia.

"Tenang saja. Mulai sekarang pangeran tidak akan kebosanan karena mempunyai pengawal pribadi. Raphael akan selalu menemani pangeran." Menunjuk Raphael yang berdiri di sampingnya sehingga membuat Erlan melongo kaget.

"Halo, pangeran. Saya Raphael, pengawal pribadi pangeran."

Erlan menelan saliva kasar melihat Raphael. Entah mengapa, ia merasa Ophelianya akan direbut. "Aku hanya butuh Lia." Cicitnya pelan.

"Tidak, tidak. Pangeran membutuhkan Raphael karena kemampuan berpedangnya sangat hebat." Tandas Ophelia cepat sedangkan bahu Erlan terkulai lemas mendengar pujian Ophelia untuk pria lain.

Demi apapun, Erlan tidak suka Ophelia memuji pria lain.

Ophelia hanya boleh memujinya!

-Tbc-

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

kecil" sdh gede cemburunya 🤔😂🤣👍😘

2023-05-28

0

Dewi

Dewi

Bakalan ada yang ke ubah nih, Raphael bakalan jadi saingan Erlan

2023-02-19

0

🍾⃝ᚸ⃝𝚉𝙷𝙰𝚅𝙸𝚁𝙰༉ᵃᶻᵉˡ

🍾⃝ᚸ⃝𝚉𝙷𝙰𝚅𝙸𝚁𝙰༉ᵃᶻᵉˡ

walau udah tau part ini, tapi pas baca ulang tetap seru kok

2023-02-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!