Protagonist'S Obsession
Helaan nafas berat keluar dari mulut seorang gadis cantik berambut perak. Tatapannya tampak sangat bosan dan lelah. Jemarinya memainkan kipas di tangannya. Seakan tidak sabar menunggu moment penting dalam hidupnya.
Ophelia, itulah nama gadis yang tengah menunggu dengan bosan tersebut.
Derap langkah kaki seseorang mengalihkan tatapannya. Jantungnya berdegup kencang melihat seorang pria tampan mendekatinya. Penantian panjang Ophelia akhirnya usai.
Ophelia berdiri. Menyambut kedatangan lelaki tersebut. Count Noel sekaligus suaminya.
"Akhirnya kau datang Noel. Aku sudah menunggumu sejak tadi." Sambut Ophelia penuh senyuman.
Wajah Noel tidak lah berubah meski mendapatkan sambutan hangat dari Ophelia. Tetap dingin dan kaku seperti sebelumnya.
"Ini pertama kalinya kau mengajakku kencan di restoran setelah menikah. Aku sangat senang." Ungkap Ophelia gembira sedangkan Noel mendecih pelan.
"Aku tidak ingin berbasa-basi lagi dengan wanita memuakkan sepertimu."
Ophelia membeku di tempat mendengar pernyataan kejam sang suami.
"Apa maksudmu?"
Noel menyodorkan surat cerai ke Ophelia. "Cepat tanda tangani ini!"
Gadis itu menelan saliva kasar. "Kenapa begitu tiba-tiba?" Tanyanya tercekat.
Noel tak menjawab. Melainkan seorang gadis yang tiba-tiba masuk lah yang menjawab pertanyaan Ophelia. "Tanda tangani saja. Jangan menjadi penganggu lagi dalam hubungan kami." Tuturnya menusuk sembari memeluk lengan Noel. Pria itu membalas pelukan kekasih simpanannya.
Mata Ophelia berkaca-kaca melihat pemandangan manis di depannya.
"Cepat tandatangani atau aku akan membencimu seumur hidup!" Ancam Noel.
Ophelia tertunduk lemah. "Baiklah. Aku akan menandatanganinya asalkan jangan membenciku. Aku tidak sanggup jika harus dibenci dirimu, Noel."
Noel memutar bola mata jijik.
"Tandatangani saja!" Tandas kekasih Noel. Rania.
Dengan tangan bergetar, Ophelia pun menandatangani surat cerai tersebut.
Noel dan Rania tersenyum puas melihat keinginan mereka berjalan mulus.
"Mulai hari ini kita sah bercerai. Jangan kembali lagi ke kediamanku karena mulai sekarang, itu tempat tinggalku dan Rania." Tuturnya kejam. Tak bersimpati sedikit pun pada Ophelia.
"Kau dengar, Ophelia? Jangan kembali ke kediaman kami!" Tekan Rania menegaskan.
Ophelia mengangguk lemah sedangkan kedua orang itu tersenyum puas dan melenggang pergi meninggalkan Ophelia begitu saja.
Tatapan Ophelia mengiringi kepergian kedua orang tersebut. Senyuman perlahan surut di bibirnya kala melihat siluet tubuh mereka kian menghilang.
"Cih! Akhirnya drama menyebalkan berakhir juga!" Sinisnya.
Ophelia meneguk tehnya kasar. Masih jengkel memikirkan tingkah Noel dan Rania padanya.
Mereka selalu bermesraan di depannya dan menghinanya secara terang-terangan. Patut diacungi jempol kesabaran Ophelia selama beberapa hari ini karena mampu bertahan dari drama perselingkuhan memuakkan.
"Memasuki novel dan menjadi karakter figuran saja sudah memuakkan bagiku. Ditambah lagi melihat tingkah brengsek mereka." Umpatnya.
Ophelia yang sekarang memang bukan Ophelia asli. Jiwa dalam tubuh Ophelia telah berubah. Berganti dengan jiwa Millie, seorang penipu kelas kakap dari zaman modern.
Millie tidak tahu kenapa jiwanya bisa masuk ke dalam novel. Seingatnya, ia baik-baik saja sebelum terbangun di tubuh Ophelia.
"Sebenarnya kenapa aku bisa terlempar ke sini? Apa yang terjadi padaku? Apa mungkin aku dibunuh saat tidur?" Desahnya pelan.
"Sial! Sial! Uang yang ku kumpulkan selama ini sirna begitu saja. Masuk ke dunia asing. Diselingkuhi. Dicampakkan. Menjadi janda di usia 17 tahun. Tidak punya keluarga dan rumah. Serta menjadi gelandangan di kekaisaran walaupun berstatus bangsawan."
Ophelia mengusap sudut matanya dramatis. "Air mataku bahkan tidak bisa menetes lagi saking terkejutnya dengan nasib burukku."
Gadis cantik itu bangkit. Meninggalkan restoran dengan lesu seraya memikirkan cara terbaik untuk mendapatkan kejayaan lagi.
Namun, tidak ada cara terbaik yang dapat dipikirkannya selain menipu. Padahal ia sudah memutuskan untuk berhenti menipu dan menjadi manusia yang baik. Akan tetapi, keadaan seolah tidak mengizinkannya menjadi orang baik.
Langkah Ophelia terhenti begitu saja kala melihat sesosok pria berambut pirang. Pria itu menjadi objek bisikan-bisikan. Bukan bisikan pujian tapi bisikan hinaan.
Pria kecil tersebut meringkuk ketakutan dan menutup telinganya rapat-rapat sedangkan Ophelia terus mengamati seraya berpikir keras. Ia merasa familiar dengan nama pria yang tengah dicemooh.
'Ah! Aku ingat! Dia protagonis pria. Erlan, kaisar masa depan!' jerit batin Ophelia kegirangan.
Dalam sekejap, otak jenius Ophelia langsung beraksi. Ia tersenyum lebar ketika menemukan solusi dari semua permasalahan yang menimpanya sekarang ini.
Ophelia berlari mendekati Erlan dan memeluk tubuh kecil Erlan erat. "Jangan takut, yang mulia pangeran. Saya akan melindungi Anda." Bisiknya di telinga Erlan. Begitu lembut dan hangat. Mampu menghangatkan hati Erlan sekaligus menenangkan Erlan.
Ketakutan yang merayapi hati Erlan bahkan sirna begitu saja akibat pelukan dan bisikan menenangkan Ophelia.
Pria berusia 14 tahun itu mendongak. Menatap Ophelia dengan mata biru jernihnya.
Ophelia membalas tatapan Erlan seraya tersenyum manis. Disusul dengan melepaskan pelukannya hingga membuat Erlan merasa kehilangan dan menampilkan ekspresi sendu tanpa disadarinya.
Ophelia yang menyadari tatapan sedih Erlan, sontak tersenyum gemas. Lalu, menyodorkan tangan kanannya. "Ayo berdiri, pangeran."
Erlan terdiam. Terpana oleh kecantikan dan kebaikan hati Ophelia.
Untuk pertama kalinya Erlan merasa bahagia bisa bertemu seseorang dalam hidupnya dan Erlan ingin memiliki orang itu untuk dirinya! Hanya dirinya!
"Pangeran." panggil Ophelia menyadarkan Erlan dari lamunannya.
Pria kecil itu mengerjap kaget kala Ophelia tiba-tiba berjongkok di hadapannya. Kian terkejut lagi kala Ophelia menangkup wajahnya dan menatapnya lurus.
"Jangan takut, pangeran karena saya tidak akan pernah menyakiti pangeran."
Erlan mengerjap pelan. "Benarkah?" cicitnya. Masih sedikit ragu karena biasanya semua orang membencinya dan menghinanya terang-terangan.
Ophelia mengusap puncak kepala Erlan gemas. "Pangeran dapat mempercayai saya." tuturnya bersemangat.
Erlan tersenyum manis. "Baiklah. Aku akan mempercayaimu."
Ophelia bangkit dari posisinya. Kemudian, menyodorkan tangannya lagi.
Kali ini, Erlan menyambut uluran tangan Ophelia tanpa ragu. "Siapa namamu?" tanyanya penasaran.
"Nama saya Ophelia, pangeran." sahut Ophelia.
Erlan tersenyum mendengar nama gadis pujaannya. Dalam diam, ia terus mengingat nama Ophelia.
Dalam sekejap mata, Ophelia sudah mendapatkan posisi penting dalam hatinya.
"Bolehkah aku memanggilmu Lia?" tanya Erlan lirih.
"Tentu saja boleh, pangeran." sahut Ophelia gemas melihat raut wajah ragu pria kecil di sampingnya. "Pangeran boleh memanggil saya sesuai keinginan pangeran." imbuhnya.
"Kalau begitu aku akan memanggilmu Lia." cetus Erlan mantap.
"Ah, Lia juga boleh memanggilku Erlan." timpalnya.
Ophelia menggeleng cepat. "Saya tidak berani, pangeran. Mana mungkin saya lancang memanggil nama seorang pangeran secara langsung sedangkan saya hanya seorang marchioness biasa."
"Lia boleh memanggilku sesuka hati karena Lia adalah orangku," ucap Erlan lagi sedangkan Ophelia tetap menolak.
Akhirnya, pria kecil itu pun mendesah pasrah dan mengembungkan pipinya kesal.
"Jangan marah, pangeran." bujuk Ophelia seraya terkekeh.
"Aku tidak marah, Lia." balas Erlan tak terima.
"Tapi, kenapa raut wajah pangeran malah terlihat marah kepadaku?" godanya.
Erlan mengambil nafas dalam-dalam dan memberikan senyuman terbaiknya. "Aku tidak marah, Lia. Lihatlah senyumanku ini kalau Lia tidak percaya." ungkapnya lagi. Mampu membuat Ophelia tertawa kencang.
'oh astaga! kenapa pangeran ini sangat menggemaskan?' batin Ophelia.
-Tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Rismawati
Cinta tak selamanya indah wahai bocil
2023-10-09
1
Dewi
Aku suka alurnya, kayaknya kedepanya bakal seru. Terus aku mau lihat Noel sama Rania gimana nantinya
2023-02-16
2
nunu
udh lama gak buka apk ini, baru buka lagi karena cerita ini pindah kesini
2023-02-09
1