Butuh waktu beberapa menit bagi Ophelia supaya sampai di dapur karena letaknya cukup jauh dari kamar Erlan.
Selama menyusuri kediaman Erlan, ia menjadi tahu kondisi tempat tinggal Erlan. Meskipun indah tapi tak terawat karena berdebu dan dipenuhi jaring laba-laba. Hanya bagian tertentu yang bersih, yaitu bagian depan saja. Tempat untuk menyambut para tamu.
Kamar Erlan juga bersih karena Ophelia yakin, pria kecil itu lah yang selalu membersihkannya.
"Hah! Menyebalkan!"
Para pelayan di kediaman Erlan tidak becus sedikit pun. Mereka mengabaikan tugasnya hanya karena Erlan diabaikan oleh keluarga kerajaan.
Lihat saja! Ophelia akan mengadukan Perbuatan para pelayan ke kaisar dan membuat mereka diusir dengan hina.
Tunggu setelah Erlan makan, Ophelia akan segera mewujudkan rencananya.
"Maaf, nona. Ini bukan tempat untuk bermain, nona." Seorang pelayan menghadang jalan Ophelia di pintu dapur sehingga membuat gadis itu terkekeh sinis.
"Kau tahu ini bukan tempat bermain tapi kenapa kau selalu bermain-main?"
Pelayan mengernyit heran. "Apa maksud Anda, nona?"
Ophelia berkacak pinggang. "Di mana kalian di saat Pangeran Erlan kelaparan? Kenapa kalian tidak pernah memberikan makanan kepadanya tepat waktu? Sebenarnya apa yang kalian lakukan di sini sampai melupakan tugas kalian?!" Omelnya panjang lebar.
Pelayan memutar bola mata malas. "Kami selalu memberi pengeran terkutuk itu ma--"
Plak!!
Sebuah tamparan kencang melayang di pipi sang pelayan.
Pelayan itu meringis kesakitan seraya mengelus pipinya yang baru saja ditampar.
"Lancang sekali kau menghina seorang pangeran." omel Ophelia.
"Memangnya kenapa? Semua orang pun juga menghina Pangeran, bukan hanya saya!" Balas pelayan membela diri.
"Sudahlah! Aku tidak mau berdebat denganmu. Minggir! Aku adalah orang Yang Mulia Kaisar berikan izin sebagai dayang pribadi Pangeran Erlan."
Mendengar Ophelia diutus sang kaisar, baru lah pelayan itu memberi jalan untuk Ophelia.
Gadis cantik tersebut mendecih pelan sebelum masuk ke dalam dapur. Beruntungnya, di dapur tidak ada orang sehingga ia bebas memakainya.
Ia memutuskan memasak banyak makanan walaupun Erlan hanya meminta dibuatkan omelet karena dia tahu Erlan meminta makanan sederhana akibat dirinya terluka.
Erlan pasti akan menyukai makanan buatannya dan makan dengan sangat lahap sebab rasa masakannya tak perlu diragukan lagi. Dia sangat ahli memasak dan ia cukup percaya diri akan hal tersebut.
Pekerjaannya sebagai penipu membuatnya bisa menguasai segala bidang. Baik bidang memasak, berakting, berbisnis, ataupun bidang lainnya.
****
Bola mata Erlan sedikit bergetar melihat banyak makanan yang tersaji di hadapannya.
Baru kali ini dia melihat makanan enak, wangi, dan masih hangat. Perasaan bahagia membuncah di dalam dadanya. Ingin segera menyantap semua makanan di depannya, tapi keadaan Ophelia lebih penting daripada hal tersebut.
"Lia sedang terluka." Cicitnya dengan tatapan khawatir.
Ophelia yang mengerti maksud perkataan Erlan mengusap rambut pria itu. "Maaf, pangeran. Aku hanya ingin memberikan makanan terbaik untuk pangeran. Namun, jika pangeran tidak suka. Aku akan membuang semuanya."
Erlan melotot kaget mendengar ucapan santai Ophelia. "Jangan dibuang. Lia sudah bekerja keras membuatnya," ujarnya panik.
"Baiklah. Kalau begitu, Pangeran harus menghabiskan semuanya supaya kerja kerasku tidak sia-sia." Cengir Ophelia. Disambut oleh anggukan penuh semangat dari Erlan.
Diam-diam Ophelia menghela nafasnya. Ia tahu Erlan sangat kelaparan lantaran belum makan apapun dari tadi pagi.
Saat bertemu di pasar tadi, Ophelia tidak bisa membelikan Erlan makanan lantaran tak mempunyai uang.
"Makanlah bersamaku, Lia." Pinta Erlan, diangguki patuh oleh Ophelia.
Pada dasarnya, Ophelia juga kelaparan.
Sama halnya dengan Erlan, ia juga belum makan apapun sejak tadi pagi.
Dipikir-pikir, bukan kah nasib mereka sangat menyedihkan?
"Masakan Lia sangat enak." Puji Erlan berbinar setelah mengunyah makanannya.
Ophelia tersenyum kecil melihat Erlan melahap semua masakannya. Lantas, mengambil steak dan memotong-motongnya menjadi bagian kecil supaya Erlan bisa melahapnya dengan mudah.
"Lia hebat!" Puji Erlan lagi.
Ophelia terkekeh pelan. "Berhentilah berbicara, pangeran. Kita di larang berbicara saat makan." Nasihatnya.
Erlan mengerjap pelan, kemudian mengangguk cepat.
Melihat Erlan yang begitu mengerti perkataannya, Ophelia menjadi antusias membesarkan Erlan hingga pria kecil itu menjadi kaisar masa depan.
Setelah itu, ia bisa menikmati hidup karena menjadi orang kepercayaan Erlan. Kemudian, menikah dengan bangsawan terhormat dan memiliki beberapa anak lucu seperti Erlan.
Ah, alangkah bahagianya Ophelia jika saja andai-andainya menjadi kenyataan.
Ophelia diam-diam tersenyum membayangkan masa depan cemerlangnya.
****
Hari kian gelap. Matahari telah terbenam seutuhnya di ufuk barat.
Ophelia duduk di sisi Erlan seraya membacakan dongeng karena Erlan mengeluh tidak bisa tidur.
Pangeran kecil itu menyimak setiap kata yang diucapkan Ophelia sembari menatap Ophelia dengan tatapan rumit.
"Pejamkanlah matamu, pangeran. Jangan menatapku lagi." Celetuk Ophelia gemas sambil menutup mata pangeran itu
Erlan mengerucutkan bibirnya imut. "Aku takut saat terbangun, Lia sudah tidak berada di sisiku lagi. Aku takut pertemuanku dengan Lia hanyalah angan-angan belaka."
Ophelia tertawa kecil mendengar kata-kata dramatis yang terucap dari mulut Erlan. "Pangeran tenang saja. Aku bukanlah ilusi semata. Aku merupakan manusia nyata yang kini menjadi dayang pribadi pangeran. Itu artinya, aku akan selalu berada di sisi pangeran sampai kapanpun."
"Benarkah Lia akan selalu berada di sisiku?" Tanya Erlan penuh harap.
"Benar, pangeran."
"Janji?" Tuntut Erlan.
"Janji."
Erlan menyingkirkan tangan Ophelia dari matanya, lalu membawa tangan Ophelia ke depan dadanya. Mendekapnya dengan erat sambil memejamkan matanya. "Lia harus menepati janji Lia." Gumamnya.
Ophelia berdehem. "Iya, pangeran. Sekarang, pangeran harus tidur."
Erlan mengangguk tanpa suara sedangkan Ophelia melanjutkan pembacaan dongengnya.
Suara merdu Ophelia membuat Erlan perlahan-lahan jatuh ke alam mimpi. Disertai oleh dengkuran halus yang menandakan pangeran itu sangat kelelahan.
Ophelia menghentikan kegiatannya. 'berurusan dengan anak kecil memang merepotkan.' bisiknya dalam hati.
Gadis cantik itu menarik tangannya secara perlahan supaya tak menganggu tidur Erlan. Namun, Erlan malah mengeratkan pelukannya di tangan Ophelia.
"Astaga." dumelnya pelan.
"Oh ayolah! Tanganku ini bukan bantal guling." gumamnya gemas.
'jika kau bukan seorang pangeran yang ditakdirkan menjadi kaisar, aku pasti sudah menarik tanganku tanpa ragu.' batin Ophelia lagi.
Iris hijaunya tertuju lurus ke Erlan. 'Hei, anak kecil! Di masa depan, kau harus membalas budiku, oke? Jangan membiarkan usahaku berakhir sia-sia.'
Ketika ada celah, Ophelia langsung menarik tangannya.
"Ughh, tanganku pegal." rintihnya kesal seraya memijit tangannya sendiri.
Ophelia hanya bisa menghela nafas tak berdaya kala melihat Erlan tertidur pulas sambil tersenyum dalam tidurnya. "Yah, aku rela mengorbankan apapun asalkan kau bahagia, pangeran," ujarnya dramatis. Padahal hanya menderita pegal sedikit saja tapi ucapannya seakan-akan menyiratkan dirinya telah mengalami banyak penderitaan karena Erlan.
-Tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
🍾⃝ᚸ⃝𝚉𝙷𝙰𝚅𝙸𝚁𝙰༉ᵃᶻᵉˡ
semangat terus nulisnya kak!!
2023-02-10
3
Molly
next kakk semangat 🌹
2023-02-09
3