"Yang mulia, izinkan saya menjadi dayang pribadi Pangeran Erlan."
Kaisar Casey menatap gadis berambut perak di hadapannya dengan tatapan sulit diartikan sedangkan Ophelia menghela nafas sedih.
"Tolong izinkan saya menjadi dayang pribadi Pangeran Erlan, yang mulia. Saya ingin mengabdikan diri pada Pangeran Erlan meskipun saya hanya seorang marchioness miskin dan lemah. Namun, saya akan berusaha sekuat tenaga membantu pangeran dengan pengetahuan dan kemampuan saya." Pintanya sungguh-sungguh.
Kaisar menyipitkan matanya tajam. "Kenapa kau ingin menjadi dayang pribadi Pangeran Erlan di saat semua orang menjauhi dan membencinya? Apa yang kau rencanakan?"
Ophelia tertunduk dalam. "Saya tidak mempunyai niat buruk apapun terhadap Pangeran Erlan, yang mulia. Saya hanya ingin menemani Pangeran karena saya tahu betul bagaimana rasanya diabaikan dan dibenci semua orang. Seperti yang mulia ketahui, saya dibenci oleh Count Noel dan diceraikannya. Saya bahkan tidak mendapatkan kompensasi apapun dari perceraian kami. Saya diusir dari rumah dan menjadi gelandangan karena tidak diterima oleh siapapun. Maka dari itu, saya tidak ingin pangeran merasakan penderitaan pahit seperti yang saya alami. Saya tidak ingin pangeran merasa sendirian di dunia ini."
Kaisar Casey menghela nafas panjang. Hatinya ikut sakit mendengar nasib malang Ophelia. Apalagi saat melihat Ophelia menangis tanpa suara.
"Baiklah. Mulai sekarang kau ku tunjuk sebagai dayang pribadi Pangeran Erlan. Kau juga boleh tinggal di istana Pangeran Erlan."
Ophelia mendongak seraya tersenyum manis. "Terima kasih, yang mulia. Kebaikan hati yang mulia akan selalu saya ingat sampai mati nanti."
Kaisar Casey menatap Ophelia tajam. "Perlakukan lah Pangeran Erlan dengan baik. Kalau sampai kau menyakitinya sekali saja, aku tidak akan pernah melepaskanmu."
Ophelia membungkuk hormat. "Yang mulia tenang saja. Saya akan memperlakukan Pangeran dengan baik."
"Baiklah. Sekarang kau boleh pergi."
Ophelia membungkuk hormat sekali lagi sebelum meninggalkan Kaisar.
Wajah gadis cantik itu menyiratkan kebahagiaan mendalam karena berhasil mendapatkan izin menjadi dayang pribadi Erlan.
Sekarang, ia sudah mempunyai tempat tinggal serta mendapatkan gaji dari kerajaan. Dia sudah aman dari ancaman menjadi gelandangan menyedihkan.
Sungguh suatu keberuntungan baginya menemukan protagonis pria. Di masa depan, pasti akan lebih banyak keberuntungan lagi.
Selama ia memperlakukan Erlan dengan baik, maka masa depannya juga akan baik.
Untung saja, semua orang di kekaisaran sangat bodoh karena membenci Erlan. Jadi, dia punya kesempatan duluan untuk menjadikan Erlan orangnya.
"Ophelia!"
Gadis itu memutar bola mata malas mendengar suara yang paling dibencinya. Suara siapa lagi kalau bukan suara mantan suaminya, Noel.
Ophelia pura-pura tuli sembari mempercepat jalannya. Enggan meladeni Noel.
"Berhenti, Ophelia!" Teriak Noel kencang.
Langkah kaki Ophelia terhenti. Kemudian, berbalik dan menatap Noel malas.
"Kenapa kau berada di sini?"
Ophelia melipat tangannya di depan dada seraya menatap Noel remeh. "Untuk apa bertanya? Bukan kah selama ini kau selalu cuek padaku?"
Noel berdecak kesal melihat reaksi Ophelia. Padahal ia berpikir Ophelia akan senang melihatnya dan memohon-mohon padanya supaya kembali rujuk.
"Aku hanya penasaran kenapa seorang bangsawan rendah sepertimu berada di istana." Kekeh Noel.
Ophelia mengorek kupingnya dengan ekspresi tak percaya. "Apa kau bilang? Bangsawan rendahan?"
Noel mengerjap heran melihat reaksi Ophelia.
"Seorang marchioness bangsawan rendahan? Lalu, bagaimana dengan seorang count sepertimu? Berarti lebih rendah lagi ya?" Tanyanya polos tapi mampu membuat wajah Noel merah padam.
"Apa gunanya gelarmu di saat kau sendiri tidak memiliki apapun! Kau tak lebih dari seorang gelandangan." Hina Noel sehingga Ophelia terkikik geli.
"Maafkan aku jika ekspetasimu tidak terwujud, Noel. Sekarang aku bukan gelandangan tapi dayang pribadi Pangeran Erlan. Yang mulia kaisar bahkan mengizinkanku tinggal di istana." Bisik Ophelia seraya tersenyum manis.
"Apa?! Kau menjadi dayang pribadi Pangeran terkutuk itu?! Kau gila?!" Kaget Noel.
Melihat keberadaan Erlan, Ophelia langsung bereaksi. Ia menampar pipi kiri Noel sekuat tenaga. "Jangan menghina pangeranku!" Bentaknya.
Noel menganga kaget. "Beraninya kau menamparku!" Kemudian membalas tamparan Ophelia hingga gadis itu terjatuh dan terluka.
"Lia!!" Teriak Erlan ketakutan. Pria kecil itu segera berlari mendekati Ophelia. "Bibirmu terluka, Lia." Isaknya.
Ophelia meringis pelan. "Jangan menangis, pangeran. Aku baik-baik saja," ujarnya menenangkan.
Erlan menangkup wajah Ophelia cemas. "Kau terluka, Lia. Kau terluka karena membelaku."
Ophelia tersenyum kecil sembari mengusap air mata Erlan. "Jangan menangis, pangeran. Aku sungguh baik-baik saja."
Mulut Ophelia memang berkata begitu, tapi hatinya malah berkata ... 'ingatlah kejadian hari ini, Erlan. Aku terluka karena membelamu. Jadi, di masa depan kau harus membalas jasaku sebanyak pengorbananku untukmu.'
Sungguh gadis yang licik!
Erlan tiba-tiba berdiri dan menunjuk wajah Noel berani. "Minta maaf ke Lia!" Titahnya.
Ophelia atau pun Noel mengerjap kaget melihat keberanian Erlan mengingat selama ini Erlan selalu ketakutan dan ciut duluan menghadapi semua orang.
Jangankan berteriak, mengangkat wajah saja Erlan tidak berani di hadapan semua orang.
"Cepat minta maaf!" Teriak Erlan dengan tangan terkepal erat.
Noel tertawa kecil melihat reaksi Erlan. Merasa terhibur melihat tingkah sok berani Erlan, padahal pria kecil itu gemetaran. "Pangeran menyuruh saya meminta maaf ke orang yang lebih dulu menampar saya?" Ledeknya.
"Lia tidak akan menamparmu jika kau tidak menghinaku." Timpal Erlan.
"Apapun alasannya, apakah pantas bagi seorang wanita berbuat kasar?" Noel menjentikkan jarinya. "Ah, saya lupa. Tentu saja Ophelia berbeda dari wanita lainnya karena dia hanyalah wanita rendahan."
Ophelia menggeram kesal mendengar dirinya dikatai sebagai wanita rendahan.
"Kau yang rendahan! Berselingkuh di belakangku dan menceraikanku tanpa memberikan kompensasi sedikit pun." Umpatnya disertai ringisan samar. Luka di sudut bibirnya sungguh menganggu.
Noel menilai Ophelia dari atas sampai bawah, lalu menggeleng miris. "Kau tidak layak mendapatkan kompensasi karena kau tidak memiliki harga untuk mendapatkan itu. Harusnya kau bersyukur mendapat belas kasih dariku selama tiga tahun belakangan ini. Berkatku, kau bisa tinggal di rumah yang nyaman, memiliki gaun-gaun cantik, dan tidak pernah kelaparan seperti yang kau rasakan sebelum menikah denganku." Ejeknya. Menyulut emosi Ophelia.
"Hei, pria sialan. Asal kau tahu! Aku tidak pernah bisa hidup nyaman di rumahmu. Setiap hari aku selalu membersihkan rumahmu sebagai bayaran dari tinggal di sana. Aku juga tidak pernah memiliki gaun cantik karena kau memberikan gaun bekas kekasihmu. Aku juga selalu kelaparan di rumahmu karena pelayan tidak menghidangkan makanan untukku." Ungkapnya menggebu-gebu. Mengatakan semua penderitaan yang telah Ophelia asli alami selama pernikahan.
Begitulah penderitaan seorang figuran yang bahkan tak diceritakan dalam novel. Menyedihkan, bukan?
Sementara itu, Noel tertegun mendengar semua pernyataan Ophelia. Kaget sekaligus merasa sedikit bersalah.
Ia tak tahu Ophelia diperlakukan seperti pelayan di rumahnya sendiri. Ia juga tidak tahu Ophelia sering dibiarkan kelaparan. Yang ia tahu, cuma memberikan Ophelia gaun yang terlanjur dibelinya untuk Rania tapi Rania tak menyukainya.
Selama ini, Noel memang tidak memperhatikan Ophelia karena mereka menikah akibat perjodohan.
Noel juga tidak tertarik kepada Ophelia karena telah memiliki kekasih yang sangat dicintainya, Rania. Putri sulung Baron Hubert.
"Untunglah kau menceraikanku. Terima kasih untuk itu, pria sialan. Sekarang, aku bisa bebas darimu dan meraih kebahagiaanku sendiri." Tutur Ophelia penuh senyuman.
Noel tertawa sinis. Merasa harga dirinya terluka. "Apakah perlu ku ingatkan pada sesuatu, Ophelia?" Menjeda ucapannya sejenak. "Hari itu kau menangis." Tekannya.
Ophelia tersenyum manis. "Itu tangisan bahagia, Noel. Bagaimana mungkin aku tidak menangis di saat aku terbebas dari penjara penderitaan?"
Noel terdiam seribu kata mendengar pertanyaan menohok Ophelia.
Gadis cantik itu berdiri dan menggandeng tangan Erlan. "Ayo kita pergi, pangeran." Ajaknya.
"Ayo, Lia." Sahut Erlan patuh. Tak ingin menambah luka penyelamatnya.
Keduanya meninggalkan Noel.
Tanpa siapapun sadari, Erlan melirik Noel. Tatapannya penuh arti dan makna. Seakan sudah menetapkan Noel sebagai target utamanya.
"Maaf, pangeran. Aku malah mempertontonkan hal yang tidak seharusnya pangeran lihat."
Pria itu beralih menatap Ophelia. Kemudian, menggeleng tegas. "Lia tidak salah."
"Oh iya, siapa pria tadi, Lia?" Tanyanya ragu-ragu.
"Noel Alister. Count sekaligus mantan suamiku. Memangnya kenapa, pangeran?" Jawab Ophelia.
"Orang itu melukai, Lia. Aku membencinya."
Ophelia terkekeh pelan mendengar ucapan lirih Erlan. "Aku juga membencinya, pangeran. Tapi, apalah daya gadis lemah sepertiku. Tidak bisa melawan meskipun diperlakukan dengan tidak adil."
Erlan mengenggam erat tangan Ophelia. "Lia tenang saja. Aku akan melindungi Lia darinya."
Ophelia menghentikan langkahnya dan menyejajarkan tingginya dengan Erlan. "Bagaimana pangeran akan melindungi saya darinya?" Tanyanya penuh senyuman. Menguji pola pikir protagonis.
Erlan menatap intens mata Ophelia. "Erlan akan menikahi Lia saat dewasa nanti supaya status Lia lebih mulia daripada dirinya. Erlan akan membuat dia bersujud memohon ampunan di kaki Lia."
Ophelia mengacak rambut Erlan gemas mendengar jawaban pria kecil itu. "Betapa senangnya hatiku jika bisa menikah dengan pangeran, tapi kita tidak akan bisa menikah, pangeran. Aku terlalu tua untuk pangeran. Bagaimana kalau menjadikanku sebagai kakak angkat pangeran?"
Erlan mengembungkan pipi sebal. "Tidak mau! Lia harus menjadi istriku."
-Tbc-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Dewi
Benar-benar penipu kelas kakap, hebat
2023-02-16
0
Gryllzia
demi bisa bacaa ini aku sampe donlod noveltoon loh kak😭👍👍
2023-02-09
9
Molly
up lagi kakk semangat 🌹
2023-02-08
3