Part 5

Gadis cantik itu meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Bekerja seharian bersama anak kecil memang sangat melelahkan. Menguras banyak tenaga. Lebih melelahkan daripada menipu.

Tatapannya teralihkan ke Erlan yang masih tertidur pulas. Wajah pangeran kecil itu tampak begitu damai dan nyaman.

"Jangan pergi Lia." Tiba-tiba Erlan bergumam dalam tidurnya. Menghadirkan sedikit rasa simpati dalam diri Ophelia.

Selama 14 tahun hidup, baru ada orang yang berinisiatif mendekatinya untuk pertama kalinya, Erlan pasti merasa sangat senang sekaligus takut.

Takut orang yang mendekatinya pergi meninggalkannya sendirian. Membuatnya kembali merasakan penderitaan akibat diabaikan dan ditelantarkan semua orang.

Ophelia mengulurkan tangannya ke puncak kepala Erlan. Mengusap rambut pirang Erlan penuh kasih sayang. "Tenang saja, pangeran. Mulai hari ini, pangeran tidak akan kesepian dan sengsara lagi. Pangeran akan menjadi kaisar yang dihormati serta disegani oleh semua orang dan aku akan memuluskan jalan pangeran untuk mendapatkan gelar tersebut." Gumamnya pelan.

Gadis itu tersenyum kecil.

"Selamat malam, pangeran." bisiknya sebelum keluar dari kamar.

Ophelia tak langsung kembali ke kamar pribadinya, melainkan jalan-jalan dulu di luar. Mencari angin segar untuk memulihkan semangatnya.

Di sepanjang koridor, ia terus melangkah tanpa ragu meskipun sunyi dan minim cahaya. Hingga sampai lah dia di taman kerajaan.

Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar sana, ia pun merebahkan tubuhnya di atas kursi. Menikmati bulan purnama dan bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit.

Senyuman terbit di bibirnya melihat keindahan tersebut. Terlebih lagi, keadaan sangat mendukung. Hening dan sunyi.

"Kalian yakin di sekitar sini tidak ada orang?"

Namun, ketenangan Ophelia mulai terganggu oleh kedatangan tamu tak diundang.

"Iya, tuan. Kami sudah memeriksanya."

"Baguslah. Sekarang aku bisa menghajar bocah songong ini sepuasnya." Kekeh orang itu terdengar puas.

"Jangan sungkan, tuan. Hajar saja dia sepuasnya karena sudah berani mempermalukan tuan muda di hadapan semua orang."

Mendengar pembicaraan mereka, Ophelia hanya bisa menggelengkan kepala gemas.

Selalu saja ada orang pengecut yang tak mau kalah dari orang lain. Melakukan penyiksaan lain demi memuaskan hasrat pribadinya. Memanfaatkan kekuasaan dan hartanya.

Ah, dunia novel ini sama saja dengan dunia nyata.

"Kalian pikir aku akan diam saja? Majulah kalian semua! Aku akan membuat kalian menyesal karena telah berani mengangguku."

Ophelia pikir, yang ditindas akan diam saja tapi rupanya melakukan perlawanan. Ia menjadi tertarik untuk melihatnya langsung. Lantas, bangun dari kursinya dan mendekati asal suara.

"Hei, Raphael bodoh. Biar ku beri tahu kau satu hal menarik. Adikmu berada di bawah kuasa bibiku, kepala pelayan istana kaisar. Kau tahu artinya itu?"

Dalam sekejap, Ophelia langsung mengenali Raphael yang dimaksud, yaitu seorang figuran dalam novel yang sangat ahli berpedang.

Di masa depan, Raphael akan menjadi panglima perang kekaisaran. Raphael akan menjadi pedang bagi Erlan. Raphael rela melakukan apapun untuk Erlan. Menyingkirkan musuh dan penghianat, berperang melindungi kerajaan, dan menjadi perisai bagi Erlan.

Raphael memang sosok paling berjasa dalam novel. Namun sayangnya, pria itu tak mendapatkan kebahagiaan apapun sampai akhir hayatnya akibat terlampau setia kepada Erlan.

Tidak hanya melindungi kerajaan, ia juga menyerah akan perasaannya sendiri.

Raphael lebih memilih mencintai dan melindungi wanita pujaannya dalam diam, yaitu si protagonis, pemeran utama wanita.

"Adikmu akan berada dalam bahaya jika kau berani melawanku. Mungkin saja dia akan dihukum berat dan diganggu oleh semua pelayan."

Ophelia mempercepat langkahnya lantaran tak sabar menolong Raphael dan menjadikan Raphael orangnya.

Sekarang, Raphael merupakan sosok yang paling dibutuhkan oleh Erlan. Keberadaan Raphael bisa membantu Erlan menjadi lebih kuat dan tak terkalahkan.

Setidaknya, Erlan bisa melawan di saat diperlakukan dengan tidak adil.

Erlan yang sekarang masih terlalu lemah. Mudah menangis, kecil, rapuh, polos, dan penakut.

"Jadi, diamlah, bodoh. Terima saja hukumanmu supaya adikmu aman."

Ophelia berlari kencang ke arah sekelompok ksatria yang tengah menganggu Raphael. "Berhenti!" Berdiri di depan Raphael, seakan siap menjadi tameng Raphael.

Mereka mengerutkan kening heran melihat kemunculan Ophelia yang begitu tiba-tiba.

"Siapa kau?"

"Beraninya mencampuri urusan tuan kami."

"Menyingkirlah sebelum kau menyesal."

Ophelia tak ciut sedikit pun meski diancam oleh para pria berbadan besar di hadapannya. "Kalian tak perlu tahu siapa aku. Yang perlu kalian tahu, perbuatan kalian bisa ku adukan pada Yang Mulia Kaisar sehingga kalian bisa mendapatkan hukuman dari Yang Mulia."

Para ksatria itu saling bertukar pandang, lalu meninggalkan Ophelia dan Raphael tanpa perlawanan. Mereka takut Ophelia benar-benar mengadu kepada kaisar.

Kaisar pasti akan menindak tegas para ksatria yang berani menganggu ksatria lainnya.

"Terima kasih telah menolongku tapi jangan ikut campur dalam urusanku, nona."

Ophelia seketika berbalik mendengar perkataan menusuk Raphael. Tatapannya terlihat sangat kesal. "Apakah begini caramu berterima kasih kepada orang yang berusaha menolong mu? Apakah kau tidak tahu bahwa jantungku sangat berdegup kencang saat berhadapan dengan pria sebesar mereka?" Omelnya.

Raphael meringis, merasa bersalah telah membuat Ophelia tersinggung. "Maksudku, nona bisa terkena masalah besar jika ikut campur dalam urusanku." Jelasnya.

Ophelia ber-oh ria. Hampir saja dirinya salah paham. "Tidak masalah. Sebesar apapun masalahnya, aku pasti bisa menghadapinya." Sahutnya songong sembari mengibaskan rambutnya.

Raphael tertawa kecil melihat sifat Ophelia. "Bagaimana nona akan menghadapi para pria besar tadi jika mereka hendak memukul nona?"

Ophelia menggaruk pipinya canggung. "Tentu saja aku akan bersembunyi di belakangmu." Jawabnya polos.

Raphael semakin tertawa mendengar jawaban jujur gadis di hadapannya sedangkan Ophelia terpana melihat ketampanan Raphael saat tertawa.

Cahaya rembulan kian membuat ketampanan Raphael menguar keluar.

"Nona memang sangat menarik. Namaku Raphael. Siapa nama nona?"

"Ophelia." Jawabnya cepat. Takut ketahuan sedang mengagumi.

Raphael tersenyum manis. "Sekali lagi, terima kasih sudah berinisiatif membantu ksatria rendahan sepertiku, Nona Ophelia. Bagaimana aku harus membalas Budi nona?"

Ophelia menyatukan jari telunjuknya ragu sembari menatap Raphael bimbang. "Uhm, kalau kau tidak keberatan. Aku ingin kau membantu Pangeran Erlan dalam berpedang. Apakah bisa?"

Raphael terdiam sejenak. "Maaf, nona. Aku tidak bisa bergerak bebas karena aku ksatria pilihan kaisar. Kaisar menuntutku untuk selalu berada di tempat latihan."

"Tenang saja. Aku akan mengurus semuanya." Sahut Ophelia bersemangat.

Raphael tersenyum tipis. "Nona memang sangat menarik. Pemberani dan penuh semangat. Aku menjadi tidak sabar mengenal nona lebih dalam lagi." Lirihnya tanpa sadar.

"Mengenalku lebih dalam lagi?" Beo Ophelia sehingga menghadirkan semburat merah di pipi pria itu.

"Bukan begitu, nona ... aku hanya ... Hanya..." Ucapnya gelagapan akibat tak tahu harus berkata apa. Otaknya blank seketika.

Ophelia tertawa kencang melihat reaksi lucu pria di hadapannya seraya memukul pelan lengan Raphael. "Santai saja, El. Aku malah senang jika kau ingin mengenalku lebih dalam."

Bukannya tenang, Raphael malah semakin gugup mendengar perkataan gadis cantik di hadapannya.

-Tbc-

Terpopuler

Comments

Dewi

Dewi

Mungkin ini sudah sejak lama pangeran tidur se nyenyak dan senyaman ini

2023-02-19

0

🍾⃝ᚸ⃝𝚉𝙷𝙰𝚅𝙸𝚁𝙰༉ᵃᶻᵉˡ

🍾⃝ᚸ⃝𝚉𝙷𝙰𝚅𝙸𝚁𝙰༉ᵃᶻᵉˡ

YOK SEMANGAT TERUSS

2023-02-11

3

Molly

Molly

next kakk semangat 🌹

2023-02-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!