Mengejar Cinta Mas RT
Ini adalah kisah dari salah satu cerita tentang Kuliah Kerja Nyata. Kegiatan perkuliahan yang sangat legendaris dengan berjuta cerita. Ada canda tawa, suka duka, kisah mistis dan yang paling banyak terjadi adalah tentang cinta.
Semuanya diramu manis dalam bingkai KKN (Kisah Kasih Nyata). Inilah sepenggal cerita untuk memperjuangkan cinta.
"Mengejar Cinta mas RT"
*
*
*
Langit dipayungi awan tebal tanda hujan akan turun sebentar lagi. Meski bukan dikenal sebagai kota hujan tapi kota Semarang cukup sering dilanda hujan akibat perubahan cuaca ekstrim akhir akhir ini.
Linda berlari menuju lantai tiga gedung perkuliahan. Ia sudah sangat terlambat untuk mata kuliah pengantar manajemen. Mata kuliah yang harusnya lulus di masa-masa awal perkuliahan terpaksa harus Linda ulangi karena dosen kesayangannya selalu memberi nilai D.
Kesal? Tentu saja, Linda mahasiswa tingkat delapan tapi ia harus mengulanginya lagi bersama anak-anak mahasiswa baru tingkat satu dan tiga. Tak jarang Linda menjadi bahan ejekan teman satu angkatan. Yang lebih mengenaskan lagi Linda juga termasuk dari sekian mahasiswa yang belum mendaftar KKN.
Disaat yang lain menyiapkan diri untuk Kuliah Kerja Praktek, Linda baru saja mendaftar untuk mengikuti program KKN. Poor Linda __,
Linda tergolong mahasiswa yang aktif di beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa, terutama BEM dan Bursa Efek. Saking menggilai kegiatan di bursa efek Linda sampai rela tidur malam mengamati grafik bursa saham Indonesia. Ia juga beberapa kali mengunjungi kantor Bursa Efek Jakarta dan Surabaya untuk sekedar mengetahui kinerja pasar modal.
Sayangnya semua kegiatan super sibuk Linda tidak dibarengi dengan nilai prestasinya. Linda termasuk mahasiswa yang biasa biasa saja, bahkan masuk kategori dibawah rata-rata. Itu sebabnya ia tertinggal jauh dari rekannya yang lain. Nilai IPK-nya (Indeks Prestasi Kumulatif) saja mentok di angka 2,00 Nilai yang sangat rendah untuk standar Program Studi Akuntansi angkatan dirinya.
Disaat teman-teman lainnya mengejar prestasi agar mencapai IPK tertinggi, Linda malah asik mengejar kesenangan bermain main di bursa saham.
Linda menggerutu karena dosen Pengamen (pengantar manajemen) meminta ruang kelas dipindahkan ke lantai tiga. Alasannya simpel agar berdekatan dengan kelas pasca sarjana selanjutnya.
"Dosen gableg, maunya seenaknya sendiri! Kan capek naik turun tangga begini mana lift rusak lagi!"
Linda terus berlari hingga tiba di depan ruang kelas, ia berhenti sejenak merapikan rambut dan pakaian yang berantakan. Sedikit mengintip ke dalam dan kelihatannya kelas sudah dimulai lima belas menit yang lalu. Pak Marsono, dosen menyebalkan berambut keriting ala-ala Edi Brokoli, wajahnya begitu mirip dengan salah satu aktor stand up komedi Indonesia, Marcel. Dosen dengan dandanan sedikit nyentrik itu sedang menjelaskan slide per slide yang terpampang di layar proyektor.
"Siang pak, maaf terlambat!" sapa Linda setelah mengetuk pintu.
Pak Marsono dan yang lainnya menoleh ke arah Linda. Beberapa dari mereka cekikian geli melihat Linda, ada yang geleng-geleng kepala dan ada juga yang tersenyum sambil garuk-garuk kepala. Linda tak peduli dengan tatapan mereka, ia melenggang masuk kelas. Sialnya tak ada kursi kosong lagi selain deret terdepan persis di depan pak dosen.
Pak Marsono menatapnya dari balik kacamata yang bertengger di hidung dengan kemiringan tiga puluh derajat. Ia menggelengkan kepala sambil berdecak.
"Lin," pak Marsono memanggil nama Linda dengan microphone yang masih digenggamnya.
"Eh, iya pak!" Linda menjawab dengan sedikit gugup.
"Kamu angkatan lama apa baru?"
Pertanyaan yang sontak memerahkan wajah Linda, mata indah Linda melirik ke kanan dan kiri. Antara malu dan juga bingung.
"Ehm, baru pak." jawabnya ragu.
"Baru?" pak Marsono kembali bertanya.
"Ya, anggap aja gitu pak. Biar serasa mudaan dikit." sahutnya cengengesan.
Pak Marsono masih menatapnya dari balik kacamata yang melorot. Linda menggigit bibir bawahnya, jantungnya berdemo indah didalam sana, kesal dan juga jengah dengan tatapan dan senyuman yang seolah menghakiminya sebagai mahasiswa terbodoh di dunia.
Pak Marsono menghela nafas panjang, matanya menatap lekat Linda, lalu turun kebawah. Linda mengikuti arah tatapan pak Marsono dan betapa terkejutnya ia saat melihat sepatu yang dikenakan.
Sebelah kiri ia memakai sepatu warna putih dan sebelah kanan memakai hijau metalik. Sepintas mirip dengan sepatu yang sedang trend saat ini, tapi begitu melihat tali dan merk sepatunya jelas itu adalah sepatu yang berbeda.
'Hah, mati aku! Sejak kapan Adidas sama Nike satu pabrik?!' batinnya kesal.
Linda beralih menatap pak Marsono lagi, dia pun tersenyum masam.
"Jangankan angkatan sendiri sama sepatu yang dipakai aja kamu lupa! Gimana mau lulus kalo begini caranya, Lin!"
Suara riuh terdengar di belakang Linda meneriaki dan juga menertawakannya. Tapi bukan Linda jika dia tidak tebal muka. Linda hanya memejamkan mata sambil menutupi wajahnya dengan tangan. Pak Marsono geleng-geleng kepala. Ia lalu mematikan pengeras suara dan merapikan bukunya.
"Eh, lho pak saya kan belum dengerin materi? Kok udahan pak?" protes Linda bingung.
"Saya cuma bisa ngajar empat puluh lima menit dan yang seperempat jamnya kamu habiskan sendiri gara-gara sepatu unik kamu itu." jawab pak Marsono datar kembali melirik kebawah menatap sepatu Linda.
"Eh jangan gitu dong pak, saya sudah berjuang ini bangun pagi pake lari-lari segala lho pak? Masa udahan sih pak?!"
"Ya itu urusan kamu, resiko kamu! Makanya bangun pagi jangan telat tiap masuk kelas saya. Atau kamu saya kasih nilai E sekalian!"
"Wah jangan dong pak, masa gitu aja bapak ngambek! Harusnya yang ngambek kan saya pak, dua kali lho saya dapat D(-) melulu. Nggak fair lah!" sungut Linda yang masih tak terima dengan sikap pak Marsono.
Pak Marsono hanya memberi senyum sekilas lalu beranjak pergi. Linda pun terburu-buru mengejarnya keluar kelas.
"Pak, tunggu dong! Pak, pak Marsono!"
Akhirnya lelaki berumur empat puluh tahun itu berhenti, lalu menatap Linda.
"Lin, bapak sudah kasih kamu kesempatan kedua lho! Please kali ini serius kuliah! Apa nggak malu sama kakak kamu? Dia sampe minta sama bapak lho buat kasih kesempatan kamu!"
"Iya sih pak, saya juga usaha ini tapi kan ___,"
"Nggak ada tapi tapian lagi semester ini kamu harus lulus dan tinggalin itu pasar saham! Memangnya dapet apa kamu main saham? Sudah setor banyak?" Linda menggelengkan kepala, pak Marsono pun kembali berkata.
"Nah kan, yang penting lulus dulu sekarang. Inget pas ujian besok saya mau kamu tulis jawaban sesuai pemahaman kamu, bukan semua materi di buku kamu tulis! Kayak anak SMA aja pake hafalan!"
"Lho tapi kan betul semua pak jawaban saya?" Linda kembali melayangkan protes.
"Memang betul, tapi mana terapannya? Kamu kerja pake materi? Bukan kan, pake pemahaman. Materi cuma buat landasan, dasar, pedoman!" protes Linda dipatahkan pak dosen.
"Iya, iya pak. Saya janji besok bakal kerjain berdasarkan pemahaman. Tapi kalo nggak paham juga gimana pak ini sudah dua kali lho saya ngulang." Linda berpura pura merengek dengan menarik baju pak Marsono.
"Lah, ya mbuh Lin! Bapak yo mumet liat kamu ada di kelas bapak terus! Sak karepmu wis Lin, kesel aku wisan!"
Dosen pengantar manajemen itu pun berlalu meninggalkan Linda dengan wajah masam.
"Waah tuh dosen satu bikin keki bener. Harus diapain ya? Masa iya sih aku beliin hp keluaran terbaru? Bisa habis tabungan aku kalo gitu!" Linda mendengus kesal, ia pun melangkah gontai menuju cafe langganan nya di depan gedung.
"Lin, Linda!"
Linda menoleh ke arah si pemanggil, ia sontak melempar pandangan ke arah lain. Matanya membulat sempurna, "Ya Allah, apes lagi … apes lagi! Linda, Linda keknya harus diruqyah nih aku. Kabur dah sebelum apesnya dobel!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Ali B.U
baca ulang kak
2024-02-18
3
Mimik Pribadi
Izin mampir thor 🙏
Ohh ya ampun Lindaaa 🤣🤣 ko bisa hilang focus smpe2 kuliah sepatunya kanan kiri beda,,,,jngn2 satu punyamu,satunya punya anak tetangga 😅😅😅
2024-01-10
2
Hana Nisa Nisa
mampir
2023-07-26
0