Bintang Keberuntungan

Linda berjalan cepat sambil menyeret Doni sang kakak. Ia hampir saja melupakan janji temunya dengan Bu Dina di bagian kemahasiswaan. Zulaikha yang mengekor berkali kali hampir terjatuh karena menabrak mahasiswa lainnya.

"Aduh, Lin jangan cepet-cepet kenapa sih jalannya?! Bu Dina nggak bakal kemana mana juga kali!" sungutnya sambil menarik tali tasnya yang melorot ke lengan.

Linda tak memperdulikan protes Zul, ia terus berjalan seraya menggandeng kakak lelaki tampannya.

"Aduh, mati aku!" Linda teringat sesuatu akan janjinya pada Bu Dina.

"Apaan lagi sih!" Doni kesal karena Linda berhenti tiba-tiba.

"Kak, aku belum beli sogokan buat Bu Dina!"

"Hah, maksudnya gimana?" Doni tak mengerti.

"Ehm, gini kak. Bu Dina itu tahu sendiri kan guuaalak banget, galaknya kek singa betina lagi dapet! Ngalahin galaknya bunda kalo sampai cake kejunya abis kita makan."

"Terus?" Doni mengernyit

"Ccck, percuma pinter kalo otak kakak nggak paham juga sama hal sepele kek gini." Linda mencebik.

"Heh, apa urusannya otak pinter sama singa betina lagi dapet?! Dasar oon!" Doni menoyor kepala adiknya gemas.

"Nah, singa betina itu butuh mood booster biar dia senyum and langsung sign up aku buat KKN kak. Gitu loh, paham kan?"

"Nggak, ribet amat sih. Udah cepetan naik kakak ada kelas jam tiga sore, nanti nggak keburu lagi!"

Doni dan Linda segera masuk ke dalam mobil disusul dengan Zulaikha yang akhirnya bisa menyusul setelah melepas sepatu hak tingginya.

"Lin, cepet bener sih jalannya kek dikejar setan! Kakiku sampe lecet ni!" gerutu Zulaikha saat duduk di jok mobil.

"Siapa suruh gegayaan ke kampus pake heels? Lagian kamu ngapain sih ikutan lagi Zul? Kan kamu udah KKN?" tanya Linda sambil mengenakan seat belt.

"Eeh, aku kan mau kasih support ke kamu Lin sebagai sahabat dan juga … calon kakak ipar." sahut Zulaikha dengan suara sengaja dibuat mendesah, Doni langsung bergidik mendengarnya.

"Hhm alerginya kambuh keknya ni, butuh garukan Zul?" tanya Doni santai.

"Kalo yg garuk kak Doni sih mau lah,"

Doni geleng-geleng kepala, hampir semua teman Linda selalu menggodanya. "Ya ampun dosa apa gue punya adik temennya nggak ada yang bener semua." gumamnya lirih disambut cekikikan Linda.

"Bersyukur aja kenapa kak, tapi kakak emang nggak ada yang doyan ni sama teman aku?" Linda mulai kumat usilnya, ia menatap sang kakak yang sedang menyetir.

"Kakak masih normal kali Lin,"

"Terus kenapa nggak pacarin salah satunya?"

Doni hanya menjawab dengan deheman ringan, ia malas membahas masalah wanita. Meski tampan rupawan tapi Doni hingga kini belum juga berniat untuk sekedar berpacaran. Ia masih ingin berkarir dan melanjutkan studinya ke London.

Perjalanan ke arah Tembalang sedikit tersendat karena kemacetan. Jam makan siang membuat jalanan lumayan padat. Linda berdecak kesal, berkali kali ia melirik ke arah jam tangan.

"Kenapa? Telat kan? Kamu sih cari gara-gara aja. Ini paling baru setengah jam kita nyampe sana Lin, macet parah begini." Doni berkata tenang sambil memutar musik.

"Aduuh kacau ini, Bu Dina bisa marah sama aku terus nanti kalo aku di cut nggak boleh ikutan gimana? Kan mundur lagi?" 

"Hei, Linda sayang … kamu lupa yang di sebelahmu siapa?" Zulaikha menaikkan satu alisnya ke atas matanya melirik ke arah Doni yang sedang bersenandung.

"Maksud kamu, dia?" Linda menunjuk ke arah Doni dan Zul pun mengangguk dengan seringai konyol.

"Bener juga, Bu Dina kan suka sama kakak! Otakmu encer juga Zul, untung kamu ikut!" Linda mengedipkan mata sebelah pada Zulaikha sementara Doni, ia tak tahu apa yang akan direncanakan adiknya yang jahil itu.

Sesuai perkiraan Doni mereka tiba di kampus utama setengah jam kemudian. Pelataran parkir lengang membuat hati Linda kebat kebit tak karuan. Dalam pikirannya pendaftaran pasti sudah ditutup.

 Doni turun dari mobil masih mengenakan kaca mata hitamnya, pantulan sinar matahari di daerah Tembalang sedikit terik, cuaca mendung yang tadi sempat terlihat di daerah bawah tak lagi terlihat. Kulit bersih Doni, wajah tampan dan kemeja salem yang dikenakan membuat aura ketampanannya memancar sempurna.

Bu Dina melihat kedatangan Linda dan Doni dari lantai dua tempatnya bekerja di bagian kemahasiswaan. Senyum sumringah terbit di bibirnya yang sensual bak Angelina Jolie.

"Linda, kamu tahu aja kesukaan saya." gumamnya lirih sambil menambahkan riasan di wajahnya.

Bu Dina, bagian kemahasiswaan yang berusia 27 tahun itu sebenarnya belum lama bekerja sebagai staf di kampus. Wanita lajang berkacamata dengan tinggi 160 centimeter dan bertubuh molek bak gitar Spanyol itu menaruh hati pada Doni. 

Sebagai salah satu dosen pengajar mereka acap kali bertemu, ketampanan dan keramahan Doni membuat Bu Dina sengaja memberi perhatian khusus untuk Linda. Tentu saja dengan tujuan mendapatkan perhatian Doni. Bu Dina berpura pura sibuk dengan tumpukan kertas di depannya saat Linda dan juga Doni terlihat di lantai dua tempatnya bekerja.

Antrian mahasiswa tampak duduk rapi berjajar menunggu panggilan. Beberapa ada yang sedang mengajukan wisuda, ada juga yang melakukan pembayaran semester. Linda celingukan mencari sosok Bu Dina.

"Mana sih orangnya Zul?"

"Tuh, di pojokan sembunyi di antara tumpukan KRS (Kartu Rencana Studi)." bisik Zulaikha.

Linda tersenyum lalu menghampiri wanita yang sedari tadi berusaha mengontrol detak jantungnya yang berdegup kencang.

"Siang Bu Dina" sapa Linda dengan senyuman semanis mungkin.

Bu Dina berpura-pura sibuk sambil menjawab, padahal tangannya berkeringat dan gemetar tak karuan ditatap Doni.

"Siang, ada apa?" 

"Ibu nyariin saya ya?"

Wanita berkacamata mata itu mendongak, matanya tertuju pada Doni yang sedang sibuk membalas pesan masuk di ponselnya. Hatinya berdesir saat mencium aroma maskulin Doni. Linda dan Zulaikha saling menatap dengan senyuman jahil.

"Pendaftaran KKN masih buka kan Bu? Maaf saya lupa tadi."

Bu Dina melirik ke arah jam tangannya, "Kamu telat, sudah saya tutup tadi."

"Waduh jangan gitu dong Bu kan kemarin kita sudah janjian lewat chat."

"Iya tapi kan kamu telat, saya males nungguin mahasiswa yang lelet kayak kamu!" balasnya sambil melirik ke arah Doni lagi.

Linda ikut menoleh ke arah Doni dan mengerti kode yang secara tak sadar disinyalkan Bu Dina.

"Maaf, telat dikit aja kok Bu. Kena macet tadi Bu, biasa jam makan siang. Iya kan kak Doni!"

"Hmmm," sahut Doni singkat tanpa melihat ke arah Linda.

Bu Dina kecewa karena Doni tak juga merespon adiknya padahal ia sangat berharap Doni juga bicara dan berinteraksi dengannya. Syukur jika mengajaknya makan siang berdua demi kepentingan Linda.

"Iish, kakak! Bantuin bentaran kenapa sih! Hp mulu ni yang dilihat!"

Linda menarik tangan Doni dan memaksanya bicara dengan Bu Dina. "Eeh, apaan sih?!"

Linda memberi kode pada Doni agar bicara dengan Bu Dina, matanya beberapa kali dikedipkan agar Doni paham tentu saja hal ini membuat Doni tak berkutik. "Kan, kakak lagi!"

"Jadi begini Bu Dina, Linda bukannya sengaja telat tapi emang dia lupa terus macet tadi. Biasalah, Bu Dina tahu sendiri kan gimana jalanan dari kampus bawah ke atas?" 

Bu Dina mengangguk dan mengulas senyum manis, hatinya berbunga mendengar suara Doni. "Iya tapi kan Linda udah janji kemarin nggak akan telat, dan lihat sekarang jam berapa?"

Doni mendekati Bu Dina, "Iya sih dia memang salah. Selalu lupa dan ngeremehin kuliahnya." Linda sontak membulatkan bola matanya yang indah pada Doni, "Tapi diluar itu nggak ada maksud Linda melupakan janjinya kok, makan siang bareng gimana? Biar ngobrolnya lebih enak gitu."

Bak tersiram air dingin, Bu Dina mengerut dan membeku sejenak. Lidahnya kelu tak percaya dengan apa yang barusan didengar. "Makan siang?"

"Iya, makan siang. Saya lapar mau nemenin kan?" jurus andalan Doni keluar, ia mengedipkan sebelah mata pada Bu Dina membuat wanita berkacamata itu merona.

Pendekatan pun berjalan lancar, Bu Dina melunak dan memberikan persetujuannya. Linda lega, obrolan mengalir santai di kafetaria kampus. Ternyata Bu Dina sudah menyiapkan semua untuk Linda. Termasuk pengajuan proposal ke desa tempat Linda dan kelompoknya akan bertugas.

Linda tersenyum puas, menggunakan kakaknya sebagai pelicin urusan di kampus tak pernah gagal. Predikat Doni sebagai dosen idola berguna juga untuk merayu dosen killer lainnya. 

Aah, Linda … hidupnya selalu dikelilingi bintang keberuntungan, akankah itu terjadi juga saat ia jauh dari sang kakak?

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

jadi snyum2

2024-02-18

1

Hana Nisa Nisa

Hana Nisa Nisa

cakep

2023-07-26

0

Rhiedha Nasrowi

Rhiedha Nasrowi

cepet nikah buk, , ,saya aja 27 tahun udah punya anak gadis😅😅😅🤣

2023-02-17

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!