Linda keluar dari kamar mandi dengan lega. Menahan berkemih sepanjang perjalanan sungguh menyiksanya. Untunglah selama perjalanan ia tertidur pulas. Linda melangkah dengan santai menuju bagian depan rumah.
Ia melewati galeri yang memajang hasil ukiran kayu. Ada gebyok dengan sepasang pintu di tengahnya, cermin super jumbo yang dihiasi ukiran cantik menyerupai matahari, dan ada juga sangkar indah berukuran tiga kali lipat sangkar biasa dengan ornamen unik ala kastil di Inggris. Semuanya terlihat indah dan unik, aroma serbuk kayu dan cat masih tercium memenuhi ruangan.
"Wah, keren banget ini. Cantik-cantik."
Linda berhenti sejenak untuk mengamati hasil karya seni yang sangat indah itu. Linda begitu takjub hingga tak menyadari jika Yudhistira tengah menatapnya dibelakang.
"Masih lama?"
"Eh, masnya." Linda terkejut, ia memasang senyum terbaiknya karena Yudhistira terlihat kesal.
"Yang lain udah nungguin kamu lho mbak, kita mau keliling kampung sebentar."
"Oh iya maaf, soalnya ini bagus-bagus banget mas. Baru kali ini saya lihat model beginian." Linda masih betah memperhatikan hasil kerajinan kayu yang tertata rapi dalam galeri, "Ini buatan mas semua?"
Yudhistira diam tak menjawab, kedua tangan dilipat didepan dada, dan alisnya naik sebelah. Melihat hal itu Linda tersenyum masam, dan ia pun perlahan berjalan meninggalkan ruang galeri.
"Saya salah ya, iya deh yuk kita ke depan mas. Nanti lagi deh liatnya."
Kelompok Linda terdiri dari delapan orang mahasiswa gabungan dari berbagai macam fakultas dan program studi. Linda didapuk sebagai ketua kelompok karena dinilai paling senior diantara yang lainnya.
"Kak Linda, lama bener sih ke kamar mandinya? Setor ya? Hmm, baru datang, kenalan aja belum udah nyimpen aja nih, betah keknya disini!" Sufi, mahasiswa dari fakultas Kesehatan Masyarakat meledek Linda.
"Iya nih, kak Linda kayaknya bakalan betah apalagi pak RT nya masih muda." Widya, perwakilan fakultas pertanian menimpali.
Linda mengernyit, "Pak RT nya emang ada dari tadi? Mana, kok saya nggak tahu? Ketinggalan berita apaan nih?"
Sufi, Widya dan yang lainnya saling melempar pandang. Mereka tersenyum saat Yudhistira menggaruk kepalanya. Sufi memberi kode pada Linda dengan mengedipkan mata.
"Sssst, kak Linda! Tuh, itu lho!"
Linda yang tidak memahami kode dari Sufi pun mengerutkan dahi, "Apaan sih? Pake kode segala!"
"Ehem!" Yudhistira berdehem, ia berdiri di sebelah Linda.
"Eh, masnya tahu nggak RT sini siapa? Bisa anterin ke rumahnya? Pak kades nanggung nih nganterinnya, masa iya kita harus cari sendiri." Linda malah bertanya pada Yudhistira yang semakin membuat rekannya terkikik geli.
Mas RT mendelik tak percaya, ia menatap Linda, kodenya tak juga dimengerti gadis cantik itu.
"Oh cari rumah pak RT ya? Emang tadi di jalan pak kades nggak kasih tahu siapa RT nya?"
"Ehm, seingat saya … nggak, maksudnya nggak tahu mas. Orang saya dijalan tidur." jawabnya kalem tanpa rasa bersalah.
"Kalian malah ketawa melulu, yuk ah kita ke rumah pak RT! Keburu siang!" lanjutnya memerintah anggota yang lain.
Akhirnya Marcel salah satu anggota dari fakultas teknik berbisik pada Linda, "Yang disebelah kak Linda itu pak RT-nya."
"Hah!" Linda perlahan menoleh ke arah Yudhistira yang menghadiahinya dengan tatapan tidak suka diikuti gelengan kepala.
"Maaf, saya nggak tahu kalau masnya RT setempat. Kok nggak ada tulisannya ya dirumah ini, biasanya kan pake tulisan Ketua RT desa A gitu."
"Oh kamu nyari tulisan ya. Sini deh!" Mas RT yang terluka harga dirinya mengajak Linda berjalan sedikit ke depan. "Tuh, kamu baca deh tulisan di papan."
Linda melihat ke arah dinding yang ditunjuk Yudhistira. Senyum tengilnya mengembang saat membaca papan nama bertuliskan Ketua RT dan dengan santainya Linda menyahut.
"Oh disitu to, pantes nggak keliatan orang ketutup spanduk 'Galeri seni ukir kayu Jati Pandhawa' begini, maaf pak RT mata saya rada siwer liatnya."
Yudhistira menggaruk kepalanya sekali lagi. Pesan pak kades sepertinya memang benar, belum ada satu jam bertemu Linda, Yudhis sudah mengelus dada berulang kali.
"Ccck, udah lah sekarang semuanya ikut saya. Mau saya tunjukin penampakan desa kami ini, syukur kalo kalian bisa kasih ke kami sumbangsih besar." Yudhistira berjalan didepan diikuti yang lain.
"Hhm, sumbangsih besar ya, udah kek ngarep sama caleg aja ni pak RT." gumam Linda lirih tapi terdengar oleh Yudhistira, mas RT pun berbalik menatap Linda.
"Ehem, mas … kamu bisa panggil saya mas RT aja." Yudhistira berdehem sambil melirik Linda sementara yang dilirik mengembangkan senyum dengan terpaksa.
Melihat hal itu, rekan Linda yang lain pun terkikik geli. "Kak Linda cocok kayaknya sama mas RT, belum apa-apa juga udah berantem terus." bisik Widya pada mahasiswa lainnya.
Yang lain ikut mengangguk setuju, "Iya, kelihatannya cocok. Samaan nggak mau ngalah nya!"
Linda pura-pura tak mendengarnya, ia berjalan mengikuti langkah mas RT yang sudah berjalan didepan. Seorang mahasiswa lain yang selalu berdiri menjauh dari kelompok tersenyum sinis menatap Linda dan mas RT.
"Kamu emang selalu menarik perhatian cowok manapun Lin, nggak berubah." gumamnya lirih sambil menghisap dalam rokok yang terselip di jarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Teh Mbak Sri
Setahuku sih..
Bikin karakter model Linda yg Oon dan cerewet..tapi mahasiswa..
Itu amat sangattt sulit.
Jauhhh lebih sulit dibanding bikin karakter Cool Jenius, dikit omong..
===
Asli...geleng2 buat Othornya..
Atau...jangan2..Othor biasa ngerjain temen2 dg mode oon, biar aman dari tugas kelompok..
ha.ha.ha.ha...
Lup Yu sekebon tetangga..
👍👍👍🙏🙏🙏
2024-12-01
1
Mimik Pribadi
Waahh,,,,ada yng gak suka liat kedekatan Linda sm mas RT,,,,pdhl dktnya kan bukan yng so romantis dan perhatian gitu,justru ngobrol sm Linda bikin mas RT tarik nafas panjang 😃
2024-01-10
1
anna maryanah
syiapaa tuuuhhh??? yg meliriik
2023-02-20
2