Linda menghentikan langkahnya setelah tangannya ditarik paksa oleh lelaki yang memanggilnya tadi.
"Lin, tunggu!"
"Aduh, mau apa sih?!" protes Linda sambil berbalik.
Lelaki tampan, berkulit putih, rambut rapi, dan tinggi sekitar 180 centimeter itu menatap Linda dari atas sampai bawah. "Kamu ke kampus pake beginian?" tanyanya tak percaya.
'Nah kan, apes deh aku kena omelan dia!"
Linda nyengir dan mengangguk, "Kenapa emang? Ini ngetrend lho, baru tau kan? Makanya kakak jangan bergaulnya sama ibu-ibu dosen yang kerjanya ngulik perpus mulu!"
"Hhhm, sialan kamu! Untung di kampus kalo di rumah, habis kamu!"
Linda cengengesan dan langsung menggamit lengan kakak lelaki tercintanya. "Bawel, traktir aku makan, laper!"
"Ccck, otak kamu isinya cuma makan sama bursa saham doang! Mending kalo menghasilkan duit, cuma hobi mantengin angka tapi jual belinya nggak ada!"
"Ssst, kakak berisik bener sih?! Itu namanya ho-bi, jadinya buat seneng seneng ajah." jawab Linda santai tanpa beban.
"Hhhm, otak udang makanya nggak lulus-lulus sampe kakak malu ngemis-ngemis ke pak Marsono sama dosen kamu lainnya!"
"Lah itu kan fungsinya kakak? Buat apa coba punya kakak kalo nggak ada gunanya?"
"Eh busyet ni anak satu, jangan sampai ni kakak laporin ke ayah!" ancam lelaki muda itu sambil menyentil jidat Linda, gadis cantik itu pun tergelak.
Obrolan terus berlanjut hingga ke tempat penjual batagor yang ada di depan kampus. Linda memilih duduk di bangku paling belakang pojok.
"Mang, biasa dua porsi ya!" Linda menoleh pada kakaknya, "Kakak makan nggak?"
"Lho kamu kan dah pesen dua porsi toh?" sang kakak balik bertanya.
"Iiish enak aja itu buat aku semua! Kakak pesen sendirilah." jawabnya sebelum berlalu pergi meninggalkan sang kakak yang geleng-geleng kepala melihat ulah adik satu satunya itu.
"Satu ya mang, sama es jeruknya dua."
Doni, kakak lelaki Linda yang berprofesi sebagai dosen di kampus yang sama dengan Linda kembali menggelengkan kepala saat adiknya dengan santai melewati tatapan mata mahasiswa lain yang terkekeh geli melihat sepatu yang dikenakannya.
Adiknya memang cantik, rambutnya digelung ke atas asal, bibirnya tipis, berkulit kuning langsat khas keturunan Jawa. Linda memiliki pesona kecantikan yang selalu menguar meski berdandan asal seperti saat ini. Kata orang Jawa bilang, anak yang terlahir dengan kalung usus membuat apa saja yang dikenakannya selalu bagus. Begitu juga dengan Linda meski pakaian yang dikenakannya terlalu casual untuk ke kampus, tapi ia tetap terlihat chic dan menarik
"Ccck, kamu ni bisanya malu maluin kakak aja sih Lin! Ke kampus beginian, sekali kali kayak cewek-cewek yang disana tuh. Cantik, dandan kayak supermodel, pake tasnya juga udah kek orang mau ke mall." protes Doni sambil memakan cemilan ringan yang ada di depannya.
"Iya, besok kalo monyet udah lebaran."
"Kapan?"
"Entah, kakak nggak usah ngomel terus bisa nggak sih? Aku ni lagi kesel sama pak Marsono, udah capek-capek dateng pake acara sepatu sebelah-sebelah gini eh dianya ngeloyor pergi gitu aja pas aku baru duduk. Coba bayangin, kesel nggak sih?!"
"Nggak!"
Linda berdecak kesal, matanya melirik ke arah kakaknya yang kini jadi pusat perhatian mahasiswi yang sedang nongkrong sambil makan batagor di depannya. Kakaknya memang selalu menjadi idola, ruangan kelas selalu penuh saat Doni mengajar. Dosen pengajar Sistem Informasi Akuntansi itu memang sangat tampan bak aktor Reza Rahadian.
"Sekali kali kasian sama aku kenapa sih kak?"
Doni pun kesal dan menatap adiknya, "Heh, kalau aku nggak kasian sama adikku yang otak udang ini mana mungkin aku ngemis-ngemis gitu ke pak Marsono buat kasih kamu nilai A besok. Lagian kamu, mata kuliah sederhana aja nggak mudeng juga sih. Malu maluin aku aja!"
"Bukan nggak mudeng, orang ngisinya udah bener sesuai materi buku. Dianya aja yang sentimen. Jadi curiga, jangan-jangan __,"
"Apaan?"
"Pak Marsono sengaja ngelakuin itu biar jodohin aku sama anaknya yang cupu itu ya, si Bram!" sahut Linda cepat.
"Uhuuuk,"
Doni tersedak mendengarnya, untung saja minuman yang dipesannya datang. Tanpa menunggu lama, disambarnya es jeruk untuk melegakan tenggorokan.
"Yaelah, sampe segitunya kak!" Linda bantu menepuk nepuk punggung Doni membuat iri mahasiswi lain yang sesekali menatap ke arah mereka.
Linda bukannya tak mengerti dengan kecemburuan para wanita muda sebayanya. Ia bahkan sangat paham, apalagi beberapa teman seangkatannya bahkan terang terangan menitipkan salam rindu untuk Doni, kakaknya.
"Maaf ya mengganggu, biasa kakak saya suka over acting kalo ditempat umum!" cengiran tengil Linda dan ucapan maafnya membuat mahasiswi lain tersenyum semanis mungkin agar mendapat perhatian Doni. Sementara Doni bersungut sungut mendengarnya.
"Otak udang kamu emang parah ya Lin, entah dulu bunda ngidam apaan sih sampai anaknya lahir oon begini?" ujar Doni setelah batuknya mereda.
"Biarin aja, oon begini juga adik kesayangan kak Doni. Lagian ya nggak mungkin kali dalam satu generasi semua pinter pasti ada juga yang oon sama kek aku gini lah!" Linda membela diri sambil mengunyah batagor kesukaannya.
Doni meraih selembar tisu dan membersihkan dagu Linda dari cipratan saus kacang. "Makan yang bener, makan aja belepotan. Abisin makan dimulut sebelum ngomong, bikin cowok ilfeel aja. Pantes si Lilik kabur dari kamu, jadi cewek gini amat sih."
Melihat perlakuan manis Doni pada Linda sontak mahasiswi yang duduk di sekitar mereka mulai gelisah dan sedikit bertingkah berlebihan. Mata Linda menatap geli pada mereka, "Hmmm, liat tuh pada kayak ulet gatel cari perhatian kamu kak!"
Doni menoleh ke arah para mahasiswi dan tersenyum sambil sedikit melambaikan tangan, sontak semua menjerit histeri mengagetkan mang penjual batagor yang sedang asik melayani.
"Astagaaaa, segitunya liat kamu kak? Udah kek lihat artis BTS aja." Linda terkikik.
Mereka kembali melanjutkan makan, di sela menikmati makanan Zulaikha sahabat Linda datang.
"Lin, aku cari-cari kamu disini ternyata."
"Ada apaan?" jawab Linda cuek sambil mengunyah sisa batagor di mulutnya.
"Dicariin tuh sama Bu Andini, kamu kan belum daftar KKN ya?"
Linda tiba-tiba teringat sesuatu, ia spontan menepuk jidatnya. "Astaghfirullah, lupa!"
"Apaan sih Lin, untung kakak nggak keselek lagi nih!" sungut Doni meminum sisa es jeruknya.
"Eeh ada kak Doni," Zulaikha yang baru menyadari kehadiran Doni langsung merona dan merapikan hijabnya.
"Hmmm, udah deh gejala alergi memang suka nular ya?" sindir Linda sambil menatap sahabatnya yang terlihat mulai menggoda Doni.
"Kak, buruan dihabisin! Antar aku ke atas, hari ini pendaftaran terakhir. Kalo nggak bisa tahun depan lagi nih!"
"Nah kan biasa deh, kakak lagi yang ribet! Kamu sih kerjaannya mantengin grafik doang!"
"Udah bawel, cerewetnya nanti aja! Buru ah, udah siang takut tutup!"
Linda langsung menarik sang kakak untuk segera pergi. Meski Doni menggerutu tapi tetap saja demi sang adik ia menurut.
"Eh kalian mau kemana? Ikut, kak Doni tungguin Zul dong!" teriaknya manja sambil berlari mengejar kakak beradik itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Ali B.U
😂😂😂😂😂😂😂
2024-02-18
1
Hana Nisa Nisa
😆😆😆😆
2023-07-26
1
safa Wardana
aku mampir Bu RT 😊
2023-04-01
4