Pembantu Pengganti
Pagi itu di dalam rumah sederhana milik seorang single parents dan anak perempuannya, berjalan dengan aktivitas seperti biasanya. Namun, meski begitu ada yang berbeda di hari itu, jika biasanya sang ibu yang sibuk di dapur mempersiapkan makanan untuk Maurin. Kini berbalik kala Maurin pagi itu di sibukkan dengan aktivitas yang biasa ibunya lakukan karna sebab sang ibu tengah sakit.
Di tengah kesibukan Maurin mempersiapkan sarapannya, terdengar Rosma sang ibu tengah mengangkat sebuah telfon, Maurin yang mendengar suara ibunya yang tengah berbicara lewat sambungan telfon mencoba untuk menyimak, dengan fokus pada masakannya.
Setelah masakannya telah selesai, Maurin segera menatanya di atas meja makan. Setelah menata makanan itu Maurin mengambil sepiring nasi, lengkap dengan sayur dan lauk pauk sederhana.
Maurin pun segera membawa sepiring makanan itu ke dalam kamar sang ibu.
"Siapa tadi Bu, kok kedengerennya serius banget." Tanya Maurin sembari memberikan sepiring makanan ke ibunya.
"Tadi itu Bu Eli Rin, pagi pagi telfon nanyain keadaan ibu, karna kalau ibu udah mulai sehatan ibu di suruh ke rumah anaknya yang lagi cari Art pengganti, karna katanya Art yang lama tiba tiba ngundurin diri dengan alasan harus merawat orang tuanya." jelas Bu rosma sembari menyuapkan makanannya ke dalam mulut.
"Tapiiii- apa ibu menerima tawaran dari Bu Eli buat gantiin pembantu itu Bu, ibu kan masih belum sembuh banget Bu." Maurin sontak merasa khawatir setelah mendengar dari penjelasan Rosma yang masih belum sepenuhnya Maurin Mengerti.
Melihat kepanikan Maurin membuat Rosma tersenyum.
"Kamu gak usah panik sayang! ibu gak menerima tawaran dari Bu Eli kok dan Bu Eli pun ngertiin kondisi ibu yang masih belum memungkinkan buat gantiin. Tapi nak... ibu cuman sedang berfikir siapa kah teman ibu yang mau buat gantiin Art itu, karna Bu Eli meminta bantuan buat ibu cari orang dan temen ibu kebanyakan udah punya pekerjaan semua." jelas Rosma lemah lembut.
Sesaat Maurin terdiam setelah mendengar penjelasan dari ibunya, hingga sebuah ide muncul di pikirannya.
"Emang pekerjaannya beratkah Bu, sampai harus cari Art pengganti secepat itu." tanya Maurin yang ingin mencari jawaban dari keingintahuannya.
"sebenarnya untuk pekerjaannya cukup terbilang ringan, karna tuan Rangga tinggal di rumah yang hanya memiliki lantai satu namun cukup luas, dan tuan Rangga hanya membutuhkan Art untuk bersih bersih rumah dan memasak kalau soal nyuci dan setrika dia punya orang sendiri buat khusus nyetrika sama nyuci. Meskipun terkadang terdengar aneh itulah tuan Rangga." Rosma menjelaskan dengan seksama, sedangkan Maurin mendengarkannya dengan serius.
Mendengar penjelasan dari sang ibu yang cukup detail, Maurin pun dapat menyimpulkan jika pekerjaan sebagai Art di rumah tuan Rangga masih bisa di jangkaunya.
"Kalau memang seperti itu, bagaimana kalau Maurin daftar ajah Bu." ucap Maurin tiba tiba, membuat Rosma hampir tersedak karna terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh anaknya.
"Ada ada ajah kamu ini Rin, gak usah kamu berfikiran untuk bekerja. Cukup ibu yang bekerja dan kamu fokus sama sekolahmu aja."
Maurin menghela nafas pelan, kala tebakannya tidak salah jika sang ibu pasti akan melarangnya. Namun, larangan dari ibunya tak urung membuat Maurin langsung menyerah begitu saja.
"Ayolaah Bu, lagian pekerjaannya juga gak terlalu berat, dan Maurin pastiin Maurin bisa Bu. Ibu jangan mikir yang enggak enggak yang penting Maurin ingin kerja disana buat ngelatih kedisiplinan Maurin Bu... agar Maurin bisa jadi lebih baik... Boleh yah Bu." Dan Maurin mulai mencoba membujuk Rosma untuk mengizinkannya.
"Tapi riiinnn."
"Ayolaah Buuu... Please..." Maurin memohon dengan tatapan memelas.
Melihat permohonan dari putrinya di tambah tatapan memelasnya yang dapat menyentuh hati Rosma, dan pada akhirnya Rosma mau tidak mau Rosma memberikan izin pada Maurin.
"Baiklah... Nanti ibu coba ngomong ke Bu Eli tentang ini."
"Aaahhhh makasiiih Buu." Maurin begitu bahagia saat izin dari sang ibu di dapatkannya.
****
Dengan kelelahan yang terasa Maurin melangkahkan kakinya dengan keriangan menuju ke arah rumahnya yang semakin dekat, dan dahi Maurin mengernyit saat melihat sebuah mobil terparkir di halaman rumahnya. Dan Maurin langsung menduga jika ada tamu yang sedang berkunjung ke rumahnya.
Dengan sopan Maurin mengucapkan salam, dan orang orang yang berada di ruang tamu dengan kompak menjawab salam Maurin.
"Ayo Rin masuk, Salim ke Bu Eli sama pak Ivan."
Sesuai dengan apa yang di ucapkan oleh ibunya, Maurin mencium punggung tangan kedua suami istri itu, Eli dan Ivan membalasnya dengan ramah.
"Kenalin Bu... Pak... Ini Maurin anak saya." dan Rosma memperkenalkan Maurin pada majikannya.
Selain untuk menjenguk Bu Rosma, kedua sepasang suami istri itu pun membahas tentang Maurin yang ingin bekerja untuk menggantikan Art yang mendadak berhenti dan dengan cepat Maurin akrab dengan Bu Eli dan Pak Ivan. Dan pada akhirnya keputusan di ambil jika Maurin bekerja mulai besok.
Cukup lama perbincangan mengalir dan sepasang suami istri itu pun segera pamit pada Bu Rosma dan Maurin kala hari akan menggelap.
****
Pagi Pagi buta Maurin bangun lebih awal, dengan cekatan gadis itu menyiapkan semua apa yang di perlukan. Selain harus memasak untuk sang ibu Maurin pun menyiapkan barang barangnya untuk sekolah karna pagi itu Maurin harus berangkat menuju rumah Rangga yang tidak lain adalah majikannya saat ini.
"Bu... Masakannya udah Maurin siapin yah, maaf mungkin nanti pas ibu makan masakannya udah dingin karna Maurin yang masaknya terlalu awal." ucap Maurin yang memasak makanan untuk ibunya di jam yang masih terlalu pagi.
"Gapapa Nak... Meskipun udah dingin masakan mu tetap enak. Oh yah apa kamu udah punya alamat tuan Rangga kan?."
"Udah ada Bu, baru tadi malam Bu Eli ngirimin, katanya nanti aku suruh langsung bilang ke pak satpam yang jaga dan langsung bisa memulai pekerjaanku meskipun tuan Rangga masih belum bangun, karna kata Bu Eli tuan Rangga udah di beri tahu kalau aku akan bekerja di rumahnya." jelas Maurin.
"Yah Nak... Kamu hati hati kalau bekerja yang fokus jangan sampai melakukan kesalahan fatal."
"Siap Bu, Maurin akan melakukan yang terbaik..."
"Yaudah kalau gitu Maurin berangkat dulu yah Bu..."
"Yah sayang hati hati..."
Dan di jam 04.45 wib, Maurin mulai menyalakan kendaraannya dan menuju ke rumah milik Rangga yang sudah Maurin kantongi dimana alamatnya.
Meskipun rasa takut mendera saat Maurin harus menerobos kegelapan hari yang masih terlalu pagi, gadis itu mencoba trus mengumpulkan keberaniannya untuk terus melajukan kendaraannya dengan memilih melewati jalanan yang sedikit banyak orang berlalu lalang untuk menetralisir rasa takutnya saat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments