"Pak Dono... tuan Rangga belum pulangkan?." Maurin langsung bertanya pada satpam yang tak lain adalah pak Dono, Maurin khawatir jika telat datang dan membuat laki laki dingin itu marah.
"Tenang mbak, tuan Rangga masih setengah jam lagi pulang." dan jawaban dari pak Dono cukup membuat Maurin dapat bernafas dengan lega.
"Syukurlah, kalau gitu saya masuk dulu pak." pamit Maurin dan langsung segera masuk ke dalam rumah itu.
Setelah masuk ke dalam rumah, terlihat rumah masih terlihat rapi namun ada beberapa piring kotor bekas Rangga sarapan pagi tadi yang masih tergeletak di atas meja makan.
Dan tanpa berfikir panjang Maurin memutuskan untuk lebih dulu memasak untuk makan malam, dan Maurin memutuskan untuk memasak menu makan malam ayam goreng lengkuas dan sayur bening bayam. Menu sederhana yang menggugah selera.
Seperti waktu yang terulang di pagi hari namun berbeda situasi, Rangga yang baru saja pulang langsung merasa lapar kala aroma wangi masakan menyambut kedatangannya. Perut yang sudah merasa keroncongan di tambah aroma masakan Maurin yang mengguncang membuat Rangga memutuskan untuk cepat cepat membersihkan tubuhnya dari keringat setelah seharian berkutat di perusahaannya.
Rangga yang sudah terlihat rapi dengan pakaian santainya tanpa menunggu lama langsung menyeret kursi untuk segera makan, sedangkan Maurin yang sedang mencuci piring merasa terkejut kala mendengar suara kursi yang di seret dan tidak mengetahui kehadiran Ranggawarsita
"PRAAAANNGG." Maurin tanpa sengaja menjatuhkan gelas yang habis di cucinya kala terkejut mendengar suara kursi di seret itu.
"Apa kamu tidak bisa bekerja dengan fokus."
suara dingin Rangga yang terdengar semakin membuat jantung Maurin memompa lebih cepat, dan saat Maurin menoleh ke belakang sosok Rangga sudah terlihat duduk di kursi meja makan dan jantung Maurin seakan ingin terlepas kala jantungnya berdetak semakin cepat.
"Ma-maaf tuan." ucap Maurin dengan kepalanya yang menunduk.
Mendengar permintaan maaf dari Maurin, Rangga kembali menaruh garpu dan sendoknya kembali, tubuh tegap itu berdiri dan langkah lebar Rangga semakin mendekat menghampiri Maurin.
Aroma maskulin dari tubuh Rangga langsung menusuk Indra penciuman Maurin, langkah Rangga yang semakin mendekat membuat Maurin seketika memundurkan tubuhnya hingga menabrak wastafel dan jantung Maurin semakin berdetak cepat.
Langkah Rangga terhenti kala jarak di antara keduanya sungguh dekat dan Maurin langsung memejamkan matanya kala Rangga menunduk hingga kepala laki laki itu sejajar dengan kepala Maurin.
"Segera bersihkan pecahan gelas ini, lain kali jangan sampai ada hal yang mengganggu saat aku makan." setelah mengatakannya dengan nada datar, Rangga menjauhkan tubuhnya dari Maurin lalu meninggalkan Maurin tanpa melanjutkan makan malam yang masih belum tersentuh.
Tubuh Maurin merosot saat Rangga sudah menghilang dari pandangannya, dan nafasnya kembali terasa lega dan beratur seperti semula.
"Ya tuhan terimah kasih kau telah menyelamatkanku." ucap syukur Maurin, kala Rangga hanya memberikan peringatan untuknya tanpa harus memecat.
Tak menunggu lama Maurin segera bangkit dan dengan terburu Maurin membersihkan serpihan pecahan gelas yang tercecer.
"Aawww... Shhh." dan karna terburunya Maurin, tanpa sengaja jarinya tergores serpihan gelas tajam itu.
Darah yang bercucuran keluar membuat Maurin harus berdiri dan sejenak meninggalkan tugasnya dan segera membasuh luka berdarah itu, setelah terasa mendingan Maurin segera kembali melanjutkan pekerjaannya.
****
Hari terus berlalu, setelah kejadian beberapa hari lalu Maurin kini lebih berhati hati dalam bekerja. Meski beberapa kali Rangga bersikap dingin dan begitu tegas di bertambahnya hari rasa yang tumbuh di hati Maurin semakin berkembang.
Sesuatu yang sudah begitu Maurin sadari jika rasa yang di milikinya pada Rangga sungguh hal yang begitu mustahil untuk di balas, Meski begitu Maurin tidak dapat mencegah hadirnya cinta itu yang semakin besar dan membuat Maurin lebih memilih untuk memendam perasaannya saja tanpa berniat untuk berhenti mencintai seorang Rangga.
Seperti biasa ketika jam menunjukkan waktu pukul 20.00 wib Maurin mulai beberes untuk menuju pulang. Yah. Pekerjaan yang terlihat begitu mudah dan cepat Maurin selesaikan membuat Rangga memutuskan untuk baju yang biasa Rangga cuci di tempat pencucian khusus langganannya, kini Rangga alihkan semua pada Maurin termasuk dengan menyetrikanya dan itu membuat tenaga Maurin cukup terkuras.
Sesampainya di rumah, Maurin tidak langsung bergegas tidur melainkan harus mengerjakan tugas sekolah yang harus di kerjakannya di rumah. Meskipun rasa lelah itu begitu membebaninya Maurin tetap giat tanpa melupakan waktu belajarnya.
Hingga jam di malam itu menunjukkan pukul 23.09 wib dan Maurin menyelesaikan belajarnya dengan sempurna, segera merapikan buku buku setelah itu Maurin segera mencuci muka dan menggosok gigi lalu setelah semuanya selesai di lakukan Maurin segera beranjak tidur dengan tidak lupa memasang Alarm.
****
Keesokan harinya Alarm trus berbunyi dengan kencang Namun karna kelelahannya Maurin tidak sangat susah untuk bangun hingga di jam menunjukkan pukul 05.45 wib. Mata Maurin mulai mengerjap dan Maurin membuka matanya sempurna dan hal yang pertama kali Maurin lihat adalah jendela kamarnya yang terlihat terang. Sesaat mata Maurin melotot menyadari jika dia bangun kesiangan.
"Aaaaahhhh.... Aku kesiangan." dengan segera Maurin bangkit dan mengecek jam dan Maurin semakin tergopoh.
Dengan kecekatannya Maurin langsung masuk kamar mandi, pagi itu Maurin begitu berantakan untuk mengejar waktu yang begitu mepet.
Tanpa memperdulikan penampilannya Maurin langsung segera berangkat menggunakan motor dengan kecepatan penuh.
"Tumben Dateng telat mbak." Tanya pak Dono.
"Iyah nih pak tadi malam tidur larut" setelah menjawab pertanyaan dari pak Dono, Maurin segera masuk ke dalam.
Saat Maurin hendak meraih handle pintu, seseorang dari dalam lebih dulu membukanya dan seketika jantung Maurin seakan berhenti berdetak kala menatap raut wajah datar dengan aura dingin milik laki laki yang tidak lain adalah Rangga yang kini tengah berdiri di hadapan Maurin.
"Terlambat!." Satu kata dengan suara berat Rangga cukup menambah pacuan dari detak jantung Maurin yang semakin kencang.
"Ma- maaf tuan, saya tidur terlalu malam dan membuat saya bangun terlambat." gugup sudah pasti Maurin trus menunduk tanpa berani menatap wajah seram yang beberapa saat lalu di lihatnya.
"Saya tidak peduli dengan alasanmu, cepat buatkan saya sarapan." setelah berkata Rangga langsung berlalu masuk.
Sekali lagi di dalam hatinya berucap syukur pada sang pencipta, kala Maurin tidak mendengar kata pecat atau kata yang mungkin membuat Maurin semakin takut akan Rangga.
"Terimah kasih tuhan." ucapnya kembali bersyukur, lalu Maurin segera masuk menuju dapur untuk segera memasak sebelum waktu semakin beranjak.
Setelah berkutat di dapur Maurin dengan begitu sempurna menyelesaikan pekerjaan memasaknya, dengan hati hati gadis itu segera menata hasil masakannya di atas meja, dan setelah menata semua masakannya Maurin segera berlalu untuk melanjutkan pekerjaan yang masih belum di kerjakannya, untuk menghindari kemarahan dari majikan yang cukup menyebalkan namun rasa yang tumbuh di perasaan Maurin tidak dapat di cegahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments