Bab 02

Setelah Maurin sampai di tempat tujuan, sebelum masuk Maurin memberi tahukan pada satpam akan niatnya datang ke rumah itu dan setelah menjelaskan dan membuat satpam yakin pada akhirnya Maurin di izinkan untuk masuk ke dalam rumah itu.

Pintu yang sengaja tidak di kunci karna Rangga tau akan ada pengganti pembantunya yang dulu yang akan datang, membuat Maurin langsung saja masuk ke dalam rumah itu.

Masih tampak asing Maurin sedikit kesulitan untuk mencari saklar lampu, dan 15 menit dengan bantuan senter dari ponselnya Maurin berhasil menemukan saklar lampu beberapa ruangan dan dengan cepat Maurin segera melakukan tugasnya yang pertama membersihkan rumah itu.

Setelah tugas membersihkan seluruh rumah selesai, kini Maurin beralih ke dapur dan mulai mencari bahan masakan yang bisa di masaknya.

Dan di pagi itu sebuah menu sederhana dengan bahan bahan yang ada di kulkas Maurin memasak Kangkung belacan dan Bakwan ayam yang dapat menggugah selera sarapan untuk pagi itu.

Aroma masakan sederhana yang sudah siap di tata di atas meja menyeruak ke seluruh rumah. Membuat lelaki yang tengah tertidur lelap mulai mengerjapkan matanya saat Indra penciumannya mengikat aroma sedap itu.

Rangga meregangkan otot ototnya yang terasa kaku setelah semalaman tertidur dengan nyenyak, rasa kantuk sebenarnya masih menggelayut di pelupuk mata. Namun, aroma sedap itu membuat Rangga memutuskan untuk bangun lebih awal pagi itu.

"Apa kau Art baru itu."

"Astaga!!." sontak Maurin langsung menghadap ke arah belakang kala suara khas bangun tidur Rangga mengagetkannya, yang tiba tiba saja laki laki itu mengeluarkan suara.

Setelah keterkejutannya mereda Maurin menunduk kala tubuh tegap kini berada di depannya yang hanya menggunakan celana panjang tidur dan bertelanjang dada.

"Maaf Tuan, jika aktivitas saya mengganggu tidur Tuan." ucap Maurin dengan trus menunduk.

"Tidak masalah, lanjutkan pekerjaanmu dan untuk kamar Art kamu ke kamar sebelah selatan yang berpintu pink." Rangga langsung berbalik dan meninggalkan Maurin tanpa menunggu jawaban dari Maurin.

Maurin langsung mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Rangga yang kembali berjalan menuju kamar, dan tidak dapat di pungkiri untuk pertemuan pertama Maurin merasakan hal berbeda saat melihat majikannya itu, pesona yang di miliki Rangga tidak dapat membuat Maurin membohongi perasaannya, dan fikiran Maurin mulai berlarian membayangkan sosok yang baru saja di lihatnya dan mampu mengembangkan senyumannya dan yang tanpa disadari Maurin jika perasaan itu adalah perasaan dimana Maurin mulai menaruh hati pada Rangga.

"iiisshhh apa apaan sih fikiranku ini." gerutu Maurin pada dirinya sendiri saat merasakan perasaan berbeda untuk pertama kalinya bertemu Rangga.

Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya Maurin segera berlalu ke kamar yang sudah di beritahu oleh Rangga. dan saat berada di dalam kamar Maurin segera mandi dan mengganti pakaiannya dengan seragam sekolahnya.

Jam menunjukkan pukul 06.17 Wib, waktu yang masih pagi namun Maurin yang selesai dengan persiapannya segera keluar kamar dengan tas yang menggelayut di punggung.

"Sebelumnya apa ada yang perlu di bantu tuan sebelum saya pergi." Maurin mencoba bertanya tentang apa yang harus dia lakukan sebelum berangkat sekolah.

"Tidak ada, cuman nanti sore kamu harus kembali kesini." Nada dingin Rangga gunakan saat menjawab Maurin.

"Baik tuan, kalau begitu saya permisi dulu." dan Rangga hanya menjawab dengan anggukan dengan masih fokus pada sarapannya.

Sedangkan Maurin yang sedari tadi menahan gejolak perasaannya langsung merasa lega saat sudah keluar dari rumah itu.

Dan sepanjang perjalanan menuju sekolahannya, Mauri trus mengembangkan senyumannya dan alasan dari senyuman Maurin yang tercipta tak lain Rangga lah yang menjadi alasannya, yang tanpa di sadari hati Maurin telah benar benar jatuh pada lelaki dingin di pandangan pertama.

****

"Pagiii Rin." sapa seorang teman Maurin.

"Pagi juga Eleaa, tumben amat datangnya lumayan pagi." Maurin menyapa balik dengan senyuman cerahnya.

"Yah lagi rajin aja Rin."

" eeehh omong omong kayaknya ceria banget hari ini ada apa? Cerita dong Rin." Elea nampak begitu jeli akan ekspresi Maurin yang terlihat begitu ceria dan memancarkan aura kebahagiaan.

"Perasaan aku setiap hari ceria deh El, padahal gak ada apa apa looh beneran!." Maurin mencoba menghindar dari rasa penasaran Elea.

"iiisshh... Gak asik banget Pakek bohong segala." sahut Eleaa kesal.

"Benaran El, gak ada apa apa."

Dan saat Elea ingin kembali berusaha agar Maurin mau untuk bercerita padanya, bel sekolahan tiba tiba berbunyi membuat Eleaa sedikit merasa kesal.

"Kamu punya hutang cerita pokoknya Rin." ucap Elea dengan sedikit mengancam.

Maurin hanya terkekeh melihat rasa penasaran dari temannya itu, dan keduanya segera masuk ke dalam kelas sebelum kedatangan guru yang mengajar.

****

Sebelum akhirnya Maurin kembali kerumah dimana dia harus bekerja, sepulang dari sekolah Maurin pulang ke rumahnya terlebih dahulu untuk melihat keadaan Rosma.

Maurin segera masuk ke dalam rumah dengan tidak lupa mengucapkan salam, mendengar jawaban salam dari ibunya Maurin segera menuju ke dapur.

"Buu... Ibu kan belum pulih bener, kan Maurin udah bilang biar semua pekerjaan rumah Maurin yang handle." ucap Maurin kala melihat sang ibu tengah beberes dapur.

"Kamu gak usah khawatir nak, ibu ini udah sehat yang penting ibu gak lupa jika harus meminum obat dari dokter dan istirahat cukup." Bu Rosma menjelaskan dengan tutur kata lembutnya agar rasa khawatir dari putrinya berkurang.

Mendengar jawaban dari Rosma Maurin hanya menghela nafas pelan, karna untuk mencegah sang ibu itu sama saja hal yang sia sia.

"Oh yah... Gimana tadi kerjaannya nak, lancar?."

Mendapat pertanyaan dari Rosma tentang pekerjaan yang baru pertama kali di lakukannya, Maurin mengulas senyum.

"Syukurnya Maurin mengerjakan pekerjaannya dengan lancar buk, yah meskipun majikan Maurin sedikit ketus dan dingin." jawab Maurin dengan wajahnya menghias kebahagiaan dan keceriaan, membuat Rosma merasa curiga dan bercampur heran.

"Kok ibu lihat, kamu seneng sekali Rin apa kamu suka yah sama tuan Rangga yang ketus dan dingin itu." ledek Rosma kala menyadari jika putrinya tengah mengagumi sosok Rangga.

"iiisshhh enggak Bu, Maurin cuman kagum ajah kok karna kok ada manusia ketus dan dingin di dunia ini, untung dia ganteng Bu jadi ketutupan muka temboknya heheheh." Maurin mengelak namun tak dapat mengelak tentang rasa kagumnya pada Rosma.

"Itu tandanya kamu suka Rin sama tuan Rangga, karna gak ada bedanya antara mengagumi dan suka karna itu sama sama dari dasar hati." jelas Rosma pada sang putri.

"Tapi ingat sayang, tuan Rangga itu dari keluarga yang tidak sepadan dengan kita jadi kamu boleh boleh saja buat menyukainya tapi jangan sampai kebablasan dan membuat hati kamu sakit." sambung Rosma mengingatkan putrinya tentang perbedaan yang mencolok.

Seketika senyuman Maurin berkurang setelah mendengarkan apa yang di katakan oleh ibunya itu benar, Dia harus benar benar menjaga jarak hatinya supaya tak mengundang rasa sakit.

"Ibu bener banget, Maurin akan mengingat ucapan ibu itu, yaudah Bu Maurin mau mandi dulu karna Tuan Rangga meminta Maurin buat kesana lagi." ucap Maurin dengan mencoba menutupi rasa aneh yang muncul di perasaannya.

"Iyah sayang." dan Maurin segera meninggalkan dapur dan segera mandi.

Terpopuler

Comments

Elliyana

Elliyana

mampir juga dong ke karya kaleng-kaleng

2023-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!