Bab 04

Mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, Maurin mencoba mengejar waktu agar tidak terlambat untuk masuk sekolah. Dan ketika hampir mencapai ke sekolahannya Maurin semakin mempercepat laju motor miliknya dan ketika Maurin akan berbelok dia di kejutkan dengan mobil yang tiba tiba berhenti, laju motor Maurin yang cukup melaju dengan cepat tidak dapat menghindari tabrakan dengan mobil yang tiba tiba berhenti.

"BRAKKK."

Motor Maurin langsung roboh dan Maurin terjatuh, tabrakan yang syukurnya tidak terlalu parah hanya meninggalkan luka kecil di bagian tubuh Maurin.

Seorang lelaki yang merasakan jika mobilnya ada yang menabrak bergegas langsung keluar dari dalam mobil, rahang tegas tubuh tegap dengan wajah tampannya terlihat jika lelaki itu bukan orang biasa.

"Apa kamu terluka?." Lelaki itu segera membantu Maurin untuk bangkit.

"Makasih Tuan, saya tidak apa apa." ucap Maurin sesekali mengibaskan ke seragamnya yang kotor.

Maurin yang segera sadar jika dia baru saja menabrak mobil milik laki laki yang kini berada di depannya, sontak Maurin langsung menoleh dan mata Maurin melebar kala melihat badan belakang mobil sedikit penyok.

"Ya tuhan, Maafiin saya Tuan." tentu Maurin merasakan takut apalagi jika laki laki itu meminta ganti rugi yang sangat besar.

"Saya janji nanti saya akan ganti semua perbaikan mobil Tuan, tapi jangan sekarang, apa boleh jika nanti saya cicil."

Kepanikan Maurin membuat Laki Laki itu terkekeh saat merasa lucu melihat kepanikan dari Maurin.

"Saya Aditya." ucap laki laki itu tiba tiba langsung memperkenalkan dirinya, tanpa menghiraukan kepanikan Maurin.

Sesaat Maurin yang tadinya merasa begitu panik seketika terdiam lalu menatap ke arah Aditya.

"Kamu gak marah." tanya Maurin sedikit ambigu.

Sekali lagi Aditya terkekeh.

"Apa kamu menginginkanku marah, lalu meminta ganti rugi sekarang juga." tanya Aditya.

"Gak." jawab Maurin dengan cepat dan menggelengkan Kepalanya.

"Bagus, karna aku tidak akan marah. Oh yah siapa namamu." Aditya kembali ke arah perkenalan dan menjulurkan tangannya ke arah Maurin.

"Maurin." dan akhirnya Maurin membalas uluran tangan dari Aditya dan memperkenalkan dirinya.

"Soal mobilnya nanti aku pasti akan ganti kok, tapi gak sekarang apa bisa." tanya Maurin yang merasa tidak enak kala melihat badan mobil yang penyok.

"Udah gak usah kamu fikirin kamu gak perlu ganti." siapa yang tidak marah jika badan mobil penyok gara gara di tabrak orang. Namun, lain hal dengan Aditya dia tidak bisa memarahi Maurin karna hal itu, karna Aditya terlebih dahulu terpesona akan kecantikan dari Maurin.

"Tidak bisa seperti itu Tuan, aku tetap harus ganti." Maurin tetap saja akan mengganti meskipun tidak bisa langsung sekarang.

"Apa aku boleh meminta nomor telfonmu Tuan, biar nanti aku hubungi Tuan jika aku sudah ada uang untuk menyicilnya." pinta Maurin.

"Hmmm... Baiklah, sini ponselmu." dan Aditya memanfaatkan kesempatan itu dengan baik.

Maurin segera memberikan ponselnya pada Aditya, dan Aditya dengan cepat menyimpan nomornya sendiri di ponsel Maurin dan tidak lupa mengirimkan pesan pada dirinya sendiri agar Aditya juga mempunyai nomor ponsel Maurin.

"Ini aku sudah menyimpannya." Aditya segera mengembalikan ponselnya pada Maurin.

"Baiklah, aku sudah terlambat untuk sekolah nanti jika sudah ada aku akan menghubungimu sekali lagi terimah kasih telah memberikan keringanan ini."

"Sama sama."

Aditya hanya melukis senyumannya melihat Maurin yang berlalu meninggalkannya untuk menuju sekolahan, setelah Maurin menghilang dari pandangannya Aditya masuk kembali ke dalam mobil tanpa menghiraukan badan mobilnya.

****

"Tadi tumben tumbenannya kamu telat Rin?." Tanya Elea.

Yah, karna kejadian Maurin saat berangkat sekolah di tambah waktu yang mepet akhirnya Maurin benar benar telat untuk ke sekolah dan berakhir Maurin mendapat hukuman untuk hormat pada sang merah putih.

"Tadi sempet ada masalah di jalan El, gak sengaja aku nabrak mobil orang yang tengah berhenti." jelas Maurin dengan lesu.

"APAAAAA, KAMU NABRAK RIN!." mau menanggapinya dengan suara yang menggelagar membuat Maurin sampai menutup telinganya dengan telapak tangan.

"isshh... Jangan kenceng kenceng Eeeell." ucap Maurin merasa kesal pada sahabatnya itu.

"Laah abis cerita Lo bikin gue jantungan ajah, trus gimana Rin nasib mobil yang kamu tabrak."

"Yah gak gimana gimana yang pasti mobilnya agak penyok."

Ketika Eleaa akan berteriak kembali, dengan sigap Maurin segera menutup mulut Elea.

"iiissh... Apaan sih Rin Pakek nutup mulut segala." gerutu Elea kala mulutnya yang tiba tiba di bungkam oleh Maurin.

"Aku nutup mulut kamu, karna kamu mau teriak kan El?." Ujar Maurin menampakkan wajah kesalnya.

"Hehehe... Hampir kelepasan Rin." jawab Elea tersenyum konyok dan menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Balik lagi, gimana trus Rin sama orang yang mobilnya kamu tabrak dia minta ganti rugi?." Tanya Elea yang masih merasa penasaran.

"Nah itu El! beruntungnya nih yah orangnya itu buaaikk banget dia gak ngebolehiin aku ganti rugi padahal badan mobil belakangnya penyok." jelas Maurin dengan keheranan yang masih bersarang di fikirannya.

"Yah enak dong Rin kalau gitu, jadi kamu gak terbebani sama itu semua." ucap Elea yang selalu bersemangat jika ada sebuah keuntungan.

"iishh kamu gitu Mulu El, enak sih enak El tapi aku yang gak enak dan aku bakal tetep ganti El meskipun harus nyicil." jelas Maurin dengan keluguannya.

Elea menghembuskan nafasnya kasar kala merasa sahabatnya itu terlalu lugu dan terlalu jujur dalam menyikapi hal apapun dan terkadang sikap lugunya itu yang membuat Maurin bisa dalam bahaya.

"Yaudah kalau gitu terserah kamu ajahlah Rin." jawab Elea dengan wajah cemberut, lalu segera melanjutkan makan setelah beberapa saat terhenti karna mendengarkan cerita dari Maurin.

"Tapi jangan cemberut gitu dong El..." Ucap Maurin menggoda sahabatnya yang merasa kesal pada dirinya.

"Yah abis kamu kadang terlalu baik Rin, kamu tau gak kalau jadi orang terlalu baik itu juga gak baik buat diri kamu sendiri, kamu bisa saja di manfaatkan oleh seseorang dan gampang terjebak Rin." Oceh Elea yang tanpa sadar sikapnya memperlihatkan kekhawatirannya pada seorang sahabat yang cukup lama berteman dengannya.

"Uluuuuh uluuuhh... Kamu baik banget siiihh, sampai ngekhawatirin aku kayak gitu." Maurin lalu memeluk Elea dengan erat .

"Yah aku kayak gini karna aku sayang sama kamu Rin, karna kamu yang selama ini ada buat aku." Elea langsung memeluk sahabat baiknya itu dan Maurin membalas pelukan Elea.

"Ooh yah Rin, nanti malam kita jalan yuk kita udah lama looh gak jalan jalan bareng, bisakan Rin? Ayolaah." ajak Elea memohon.

"Bisa aja sih El, tapi malamnya jam berapa?." Tanya Maurin karna mengingat setelah pulang sekolah dia harus kembali ke rumah Rangga untuk melakukan pekerjaannya.

"Jam 18.30 bisa Rin? Pasti bisa dong."

Sejenak Maurin terdiam untuk berfikir dan Maurin menganggukkan kepalanya sebagia tanda jika Maurin bisa untuk jalan bersama Elea.

"Asiiiikk... Nah gini dong, kadang kamu itu susah banget buat di ajak keluar."

"Karna memang saat kamu ngajak aku lagi banyak kerjaan Eeeeelll." ucap Maurin menimpali.

"Oke... Nanti malam pokoknya aku jemput yah Rin."

"Siap El..."

Keduanya segera menghabiskan makanan yang masih tersisa sebelum akhirnya keduanya harus kembali memulai pelajaran di jam kedua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!