Sepotong Kisah

Sepotong Kisah

Bab I. Perkenalan

Ini hanyalah taman, tapi menjadi labirin karena tidak mengenalnya

~

Krieet

Suara nyaring gorden mengusik indera pendengar kelinci kecil yang hinggap di guling besarnya. Bulu matanya bergerak tak karuan, kelopak mata merah muda itu mengerjap-ngerjap ke arah jendela bercahaya sinar sang fajar. Segera suara selembut susu keluar dari mulut kecilnya.

“Mama....”

Wanita yang membuka gorden berbalik mengarah ke anak kecil itu. Telinga panjangnya sontak berdiri, kakinya tak dapat menahannya untuk diam di sana, dengan cepat ia menerjang kelinci kecil dan menciumnya berkali-kali.

“Muah.... Selamat pagi, Putri Gracia! Apa tidurmu nyenyak?”

“Lebih dari kata ‘Nyenyak’ aku bermimpi indah sekali! Sayang Gracia harus pergi dari pulau kapuk....” suara itu melemah perlahan.

Sang Mama mengusap kepala putri sulungnya seraya berucap. “Mama berharap mimpi Gracia akan datang lagi ketika tidur.”

“Tidak mau! Gracia ingin mengalaminya di dunia nyata. Sembilan tahun sudah cukup untuk keluar rumah!” sahut Gracia semangat.

“Tapi di luar sana berbahaya. Gracia itu seorang putri–”

Melihat putrinya menunduk dalam-dalam membuat nasihat sang Ibu berhenti.

Sepertinya tidak masalah jika Gracia keluar hari ini. Lagipula hari ini adalah festival Bulan Wortel. Ini hari yang bahagia. Batinnya berpikir positif.

🐇

Hai...

Ini adalah kisah hidupku sebelum menjadi Dewi.

Namaku Gracia, dahulu adalah Putri Pertama dari Kerajaan Kelinci.

Hari itu aku sangat senang karena Mama memperbolehkanku untuk pergi keluar setelah sembilan tahun terkurung di istana. Selalu aku hitung setiap kali mulut kecilku ini meniup lilin yang ada di atas kue wortel. Aku hanya ingat enam kali meniupnya, Mama bilang tiga lilin yang kutiup tidak bisa diingat karena aku masih sangat kecil.

“Woohoo!”

Aku berteriak dalam hati saat menatap pantulanku di cermin. Gaun santai bernuansa buah peach sangat serasi dengan mata dan surai merah mudaku.

Sebentar lagi kaki kecilku akan melangkah ke dunia yang lebih luas dari sepetak kamar.

Apa kalian mau tahu alasanku dikurung di istana selama itu?

Sederhananya sebelum para makhluk hidup mendapat perannya untuk dunia baru yang akan datang, duniaku dahulu adalah dunia lama dengan julukan Manusia Setengah Binatang. Di mana semua kelompok memiliki wilayahnya masing-masing, Rusa dengan Rusa, Phoenix dengan Phoenix dan seterusnya.

Bagi yang melanggar batas wilayah maka akan mendapatkan hukum yang berlaku sesuai wilayah yang dipijakinya. Sayangnya, suku Kelinci terlalu lemah hingga tak sedikit makhluk dari wilayah lain berkeliaran setiap hari. Ada banyak Kelinci kecil yang menjadi incaran predator.

Karenanya para petinggi kerajaan membuat peraturan untuk mengurung anak-anak hingga usia kedewasaan tiba.

Aneh, tapi hanya itu penyelesaian yang bisa didapat.

Saat itu aku berpikir hidup di istana tanpa rasa takut akan terjangan para karnivora adalah yang paling baik, tapi jika dipikirkan lagi mungkin aku akan menyesalinya seumur hidup.

Sudahlah, biarkan aku kembali mengantarkan kalian ke masa sembilan tahunku itu.

🐇

Segala jenis menu makanan bertema wortel berjejeran di berbagai meja penuh warna. Mata dan mulut Gracia membulat ingin menikmati semua, di sana tak ada yang seumuran dengannya. Hanya ada para pria dan wanita dewasa yang menikmati festival Bulan Wortel.

“Apa hanya Gracia yang berusia sembilan tahun di sini?” tanyanya seraya melirik mata ke arah Mama dengan bibir melengkung.

“Iya, maaf ya. Setelah Gracia dewasa baru bisa bertemu teman baru,” jawab Mama tersenyum tulus.

Gracia hanya dapat mengangguk kecil, ketika sang Mama harus bertukar sapa dengan beberapa bangsawan, Gracia kecil didampingi para pengawal untuk berkeliling di sekitar area festival.

Langkah mungilnya menarik perhatian para kelinci. Semburat senyum menyebar melihat tingkah laku Gracia kecil yang amat menggemaskan tiap kali menatap sekelilingnya. Mungkin sudah lama mereka tidak melihat anak-anak berkeliaran di dunia luar dari kata ‘Rumah’.

“Woah! Ini apa?” tanya Gracia dengan rasa ingin tahunya yang tinggi.

“Putri, ini jamur yang tubuh di pohon. Jangan menyentuhnya karena itu bisa menyebabkan kulit gatal-gatal!”

Sedikit terkejut, Gracia mundur dan terjatuh ke tanah. Salah seorang pengawal membantunya berdiri. Kaki kecil itu melayang lalu kembali mendarat.

“Terimakasih,” beonya menyunggingkan senyum.

“Terimakasih kembali, Putri Gracia.” balasnya sembari meletakkan kepalan tangan kanan di dada kirinya. (sikap hormat kepada kelinci kerajaan)

Suara lantang bergema dari arah taman bagian tengah yang tak jauh dari taman Gracia berada. Para kelinci berbondong-bondong pergi ke panggung, tak memperhatikan Gracia yang melamun di tempatnya. Ia berbenturan beberapa kali dengan para kelinci dewasa, dengan susah payah dirinya keluar dari kerumunan tersebut.

Ketika tak ada lagi kerumunan rasa lega menyelimuti, namun kelegaannya tak bertahan lama. Demi pergi dari kerumunan itu dia sudah pergi jauh ke taman dengan hamparan bunga Aster seputih salju. Iris pink itu meneliti ke segala arah dengan harapan dapat menemukan para pengawalnya.

“Kakak pengawal! Gracia ada di sini! Mama!” suara susu itu berteriak-teriak.

Tenggorokannya terasa sakit, matanya berkilat dengan air yang nampaknya akan jatuh sebentar lagi.

Bukankah ini hanya taman istana? Kenapa aku bisa tersesat begitu mudah? Seharusnya aku mendengarkan Mama dan tidak keluar dari kamar. Batin Gracia sembari menumpahkan kesedihannya di antara harum bunga.

🐇

“Kau sudah menyimpan semuanya?”

“Sudah, ayo bergegas kembali ke rumah.”

Gemerisik di antara bunga-bunga membangkitkan kewaspadaan Gracia, tangan mungil itu memetik setangkai bunga dengan penuh kelembutan. Ketika dua sosok kelinci yang tak dikenalnya muncul, sontak bunganya diarahkan ke depan sambil berteriak. “Siapa kalian!”

“Eh?”

Anak perempuan dengan mata hitam berkilauan menatap Gracia sedikit terkejut, sedangkan anak laki-laki di sampingnya menegakkan telinga lantaran takjub dengan keimutan yang terpampang di depannya.

“Kamu siapa!?” tanya keduanya secara bersamaan.

“Aku Gracia,”

“Kenapa kamu ada di sini?” tanya anak perempuan.

“Gracia tersesat....” ucap Gracia cemberut. Tak lama perutnya berbunyi. “Lihat, bahkan Gracia kelaparan....”

“Ya ampun, kasihan sekali.... Apa kita bawa pulang saja?” tanya anak laki-laki.

“Tapi kita saja sudah susah mencari makan....”

Di sela percakapan mereka, Gracia menatapnya bulat-bulat, sepertinya bintang-bintang bermunculan di mata lebarnya itu. Hal itu membuat hati kedua anak kecil itu melemah.

“Tidak bisa! Aku harus membawanya pulang!” seru anak perempuan sembari menggendong Gracia dan berlari meninggalkan teman seperjuangannya.

“Lin! Kenapa kau meninggalkanku?!”

🐇

“Ayah, Ibu, aku pulang!” seru Lin seraya melepas Gracia dari pelukannya.

“Uwaaah, di mana aku!?” tanyanya tak berpaling dari pemandangan di sekitarnya.

“Huft-huft.... Lin, kau tidak sekawan denganku. Namaku bukan lagi An jika kau tidak terengah-engah sepertiku.... Huft-huft,” gagapnya setelah lelah berlari.

“Ini Hutan Aster. Udara sejuknya akan selalu melekat di hidung, alunan merdu nyanyian para kelinci kecil tak akan pudar dalam telinga,” jawab Lin tanpa memperdulikan keluhan temannya itu.

Seorang wanita dengan surai hitam terkuncir kuda keluar dari rumah jerami. Manik gelap itu menangkap hal baru yang dibawa putri semata wayangnya.

Sebelum Ibunya itu bertanya, Lin menjelaskan dengan cepat tanpa jeda sedikitpun. Setelah selesai ia terengah-engah seperti An. Mungkin ia mendapat karmanya karena mengabaikan An.

“Apa Gracia tahu di mana rumahmu berada?” tanya Ibu Lin halus.

Gracia hanya dapat menggeleng-gelengkan kepalanya. Jika tahu, ia sudah pasti kembali ke istana sekarang.

“Baiklah, sekarang Gracia tinggal dahulu di sini, mungkin nantinya akan ada keluargamu yang mencari.” ujar Ibu Lin seraya mengusap surai pink lembut Gracia.

🐇

Hah...

Aku masih ingat masa-masa itu, awal dari takdir baruku.

Sekarang aku mengerti beberapa hal setelah mengingatnya.

Andai kata aku mengetahui lebih banyak hal, mungkin aku tak akan tersesat begitu bodohnya. Padahal jarak taman Aster sangat dekat dengan jendela kamarku yang ada di lantai dua istana.

Sifat polosku itu membawaku pada keluarga baru.

Dengan kisah yang tak seharusnya di alami oleh mereka.

Ingat perkataanku ini...

Berusahalah mengetahui segala hal sebanyak-banyaknya.

Karena tidak akan ada yang tahu, kapan dan bagaimana ilmu itu berguna nanti.

Terpopuler

Comments

ᴏᴋᴋʏʀᴀ ᴅʜɪᴛᴏᴍᴀ

ᴏᴋᴋʏʀᴀ ᴅʜɪᴛᴏᴍᴀ

woaahhh, terpukau akuu😱

2023-05-28

0

🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh Ⲋᥲᥣ᥉ᥲᖯเᥣᥲួ ້さ✅

🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh Ⲋᥲᥣ᥉ᥲᖯเᥣᥲួ ້さ✅

dari kata² nya aja udah bisa ngebayangin banget hutan aster ini vibes nya kayak dunia² ilusi yang cantik

2023-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!