Bab II. Keluarga

Dia mengeluh karena miskin dan aku mengeluh karena kaya.

~

Ibu Lin mulai mengenalkan Gracia pada Ayah Lin beserta para kerabat dan tetangga. Kilauan takjub di iris pink itu tak pernah pudar sedetikpun setiap kali dirinya dikenalkan dengan kelinci-kelinci yang baru dilihatnya. Karena seumur hidup, ia hanya mengenal Baginda Raja, Ratu serta para Pangeran dan Putri.

Setelah mengenal semuanya, Gracia diajak berkeliling di sekitar pemukiman Hutan Aster. Berbeda dari istana yang dikelilingi pilar gading dan taman bunga, hutan ini dihiasi dengan pernak-pernik kayu sederhana. Bunga merambat di antara ranting pohon tak luput menemani perjalanan di sepanjang jalur setapak.

Ketika mentari hampir terlelap, Gracia bersama beberapa wanita dewasa kembali ke pemukiman. Mereka merayakan Festival Bulan Wortel dengan masakan tradisional yang sudah diturunkan sejak zaman leluhur.

Kehangatan merasuki jiwa melewati berbagai indera. Gracia tersenyum lebar, bahagia karena bisa bertemu dengan kelinci-kelinci ramah seperti mereka. Malamnya ia memimpikan kembali hal indah yang sudah dilakukan hari ini.

🐇

Ya ampun, kalau aku mengingatnya jadi terasa kembali kehangatan saat itu. Benar adanya ucapan Lin, Aroma serta alunan Hutan Aster tak akan terhapus oleh waktu. Nyatanya aku masih mengingatnya sampai saat ini.

Aku yang kecil itu begitu polos, mungkin sedikit naif. Sampai-sampai diriku ini melupakan kekhawatiran yang dirasakan oleh orang tua kandungku saat itu.

🐇

“Baginda Raja, tolong temukan Putri Gracia secepatnya!” pinta Ratu mendesak Raja.

Setelah para pengawal memberitahukan hilangnya Gracia, sang Ratu secepat angin mencarinya ke segala sisi taman istana. Namun ia tidak menemukan apapun. Rasa bersalah menyelimutinya lantaran ialah yang membawa Gracia keluar dari kamarnya.

“Sudah ada laporan, Gracia tidak dapat ditemukan di seluruh penjuru istana. Kemungkinan besar.... Gracia sudah berada di antara empat hutan kelinci,” jawab Raja berusaha menenangkan Ratu.

Kepala Ratu bagai tertimpa beban yang begitu berat, ia ambruk tak mampu menahan tubuhnya. Suara lirihnya keluar sembari melirik Baginda Raja Kelinci di atasnya. “Lalu.... Apa yang akan Baginda lakukan selanjutnya?”

“Tak ada, biarkan saja. Lagipula kita memiliki banyak sekali putra dan putri. Kehilangan satu tidak masalah bagiku,”

Mata Ratu hanya terpaku ke atap langit istana ketika Baginda Raja pergi meninggalkannya. Saat ia menyadari waktu tak berhenti, matanya mencari ke lorong istana, sosok tegap Baginda Raja yang tak pernah mempedulikan anak-anaknya serta masalah kerajaan Kelinci.

Mungkin Raja itu berpikir kalau kehidupannya akan aman dan damai jika ia terus bersembunyi, tapi ia lupa dengan para pemangsa kelinci yang bisa saja menguasai wilayah ini kedepannya.

Bagaimana caramu bisa begitu mudah melupakan orang lain? Batin Ratu heran.

🐇

Ketika kembali ke istana dan mendengar ceritanya, aku mendesah panjang. Tak kusangka Ayah tega menelantarkanku, maksudnya hanya karena dia punya banyak anak yang lainnya?

Cuih, Kalau membuat anak seharusnya Ayah mengetahui tanggung jawabnya kelak. Bisa-bisanya tidak peduli seperti itu.

Maaf kalau aku terlihat seperti anak durhaka yang berkata kasar di belakangnya. Jujur aku sangat ingin melampiaskan perasaan kesal ini sejak lama.

Pasalnya ketika mengetahui itu ada Mama dan saudara-saudariku, mana mungkin aku tega membuat wajah Ayah malu. Dengan terpaksa aku menanggapinya dengan candaan.

Baik, sudah cukup cerita tentang mereka. Mari kita kembali ke Keluarga Hutan Aster.

Dari orientasi yang indah menuju komplikasi yang rumit...

🐇

Gracia kecil membuka mata ketika tubuhnya digoyang-goyangkan beberapa kali. Sosok Ibu Lin terpampang jelas tengah menatapnya datar. Dengan cepat Gracia bangkit dari tempat tidur kayu dan mengumpulkan seluruh kekuatannya. “Selamat pagi, Ibu Lin.” salamnya seraya merekahkan senyum lebar hingga gigi kelinci susunya terlihat.

“Pagi, Gracia. Ayo bangun! Kita harus segera bekerja.” jelas Ibu Lin sembari menggendong Gracia dan menurunkannya dari ranjang.

“Bekerja?” ulangnya heran.

“Iya, kita harus bekerja agar bisa hidup. Pergilah bersama Lin dan An!” perintahnya yang segera dilaksanakan Gracia.

“Gracia ikut juga?” tanya An pada Lin khawatir.

“Iya, Ibu memintaku membawanya.... Katanya untuk menambah pemasukan,” jawabnya berbisik ke telinga panjang An.

Gracia hanya melirik anak-anak yang lebih besar darinya dengan penasaran. Sebenarnya apa yang dibicarakan kakak-kakak? Batinnya.

“Hah, mau bagaimana lagi.... Gracia,”

“Iya?”

“Kau harus tetap di samping–. Tidak, pegang tanganku erat-erat. Jangan sampai kau tersesat lagi!” perintah An.

Gracia masih ingat kejadian saat ia tersesat di taman istana. Dengan pasrah ia mendengar perintah An. Tangan kecilnya meraih tangan An yang sedikit besar darinya.

“Wah, hangat!” seru Gracia polos.

An memerah, ia membuang mukanya dan berkata. “Kalau dingin artinya aku sudah mati,”

“Oh, begitu....”

“Sudah-sudah, ayo kita pergi ke Hutan Cermin!” ujar Lin menengahi.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke sana karena hutan itu bersebelahan langsung dengan Hutan Aster.

Siulan terompet terdengar di berbagai sudut Hutan Cermin. Perayaan Bulan Wortel masih berlangsung di sini. Kelinci penari menghibur para penonton, hidangan ringan bertema wortel ada di setiap meja panjang, sorak sorai para tamu tak berhenti di setiap menitnya.

“Wooow, perayaan di sini mewah sekali. Berbeda dari istana–”

“Shuut.... Jangan bicara banyak-banyak, ya.” ucap Lin dan An bersamaan.

Gracia segera membungkam mulutnya itu dengan sepasang tangan mungil. Lin dan An meneliti sekitarnya dengan hati-hati.

“Cepat ke meja itu,” bisik An seraya menarik Gracia ke arah meja yang diperhatikannya.

Lin mengikuti, mereka sampai di bawah meja, tak ada yang tahu dikarenakan taplak putih menutup sampai kaki meja.

“Kita aman, cepat ambil barang berharga secepat angin.” ingat Lin sembari bergegas mengambil cawan dan teko emas yang ada di atas meja.

An memperhatikan jika ada yang datang, sedangkan Gracia masih membungkam mulutnya namun matanya itu membulat heran.

Mereka terus melakukan hal yang sama setiap kali pindah ke meja lainnya. Hari ini mereka bisa membawa barang lebih berkat tas tambahan yang digendong Gracia. Setelah pekerjaan mereka selesai, Lin, An, serta Gracia pergi meninggalkan Hutan Cermin.

Diperjalanan Lin dengan bangga memamerkan hasil yang ia ambil hari ini, bahkan ada kalung rantai emas yang tergeletak di salah satu meja. Hari ini mereka begitu beruntung, tapi hanya Gracia yang tidak bahagia. Kelinci kecil itu tidak paham dengan yang ia lakukan hari ini.

“Kak An, kenapa kita mengambil barang itu sembunyi-sembunyi?” tanya Gracia heran.

Sejenak An dan Lin mematung namun hal itu tidak berlangsung lama.

“Karena kalau kita melakukannya secara terang-terangan maka sudah pasti akan mati,” jawab An.

“Berarti yang kita lakukan hari ini tidak baik....”

“Siapa bilang? Kita mencuri karena butuh uang untuk hidup, tidak bisa dibilang buruk!” sahut Lin kesal.

“Tapi....”

“Gracia, kau menumpang hidup dengan kami. Kau harus menaati aturan keluargaku, paham!” terang Lin tegas.

Gracia tak berkutik. Padahal semasa tinggal di istana, Ratu selalu sibuk membagikan harta kekayaannya pada warga miskin. Terkadang Gracia mengeluh pada Ratu karena anggaran istana terlalu banyak untuk dirinya sendiri. Dia masih kecil dan tidak membutuhkan harta.

Kenapa semua kelinci suka sekali mengeluh, ya? Batinnya bertanya-tanya.

Ketika Lin, An dan Gracia sampai dirumah Lin. Ibu Lin sangat senang ketika melihat hasil hari ini, ia mengingatkan Lin dan An kalau masih ada perjamuan Pangeran Naga di Hutan Kejayaan Persahabatan beberapa hari lagi.

Gracia khawatir ketika melihat wajah Lin dan An yang membiru.

Hutan perbatasan Kelinci dengan Naga. Semoga tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi esok. Batinnya dalam hati.

🐇

Pertama kalinya keluar istana langsung mencuri, apa kabar status keputrianku saat itu? Sepertinya aku memang tidak layak menjadi Putri, kalau saat ini aku menjadi Dewi mungkin cukup layak.

Ya....

Pasalnya Dewi selalu mendapat persembahan dari para manusia, jadi seharusnya tidak masalah.

Omong-omong aku akhirnya mengerti apa yang harus kita lakukan selama hidup. Kau hanya perlu bersyukur.

Jangan iri ataupun mengeluh akan yang kau dapatkan, berbanggalah dengan hasil yang kau cari sendiri secara jujur. Percaya atau tidak, usaha tak akan mengkhianati hasil.

Terpopuler

Comments

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

ya ampun kok jahat banget rajanya, inilah sisi gelap dari keluarga kerajaan.

2023-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!