Bab III. Kerajaan Naga Emas

Dunia begitu luas, aku tidak mau terpaku pada satu tempat saja.

~

Esok harinya ketika surya masih bersembunyi di balik gunung-gunung yang menjulang tinggi. Gracia dibangunkan secara paksa dari mimpi indahnya. Ibu Lin sudah menyiapkan tas karung sebesar tubuh Gracia.

Dengan mata yang masih lelah, anak mungil itu menerimanya pasrah. Rencana pergi ke Hutan Kejayaan Persahabatan sudah diberitahukan sebelumnya oleh Lin dan An. Perjalanan itu memakan waktu sekiranya tiga hari hingga mengharuskan mereka bersiap lebih awal.

Setelah mandi dan memakai pakaian yang rapi, Gracia keluar dari rumah. Tampak Lin dan An dengan wajah segarnya, kelihatan sekali kalau mereka sudah terbiasa bangun pagi-pagi buta.

Dengan langkah riang, Gracia kecil menggenggam tangan kanan An dengan tangan kiri mungilnya. Secara suka ria mereka pergi ke tempat yang jauh.

🐇

Aku pikir waktu untuk bangun pagi-pagi hanya akan datang ketika hari debutku diresmikan. Tak akan ada yang menyangka kalau hal ini terjadi pada seorang Putri, bukan begitu?

Padahal saat itu aku sedang bermimpi indaaaaah sekali!

Jiwaku terbang bebas di antara hamparan awan putih yang lembut, kelopak bunga berwarna menghias angkasa, langit gelap dengan cahaya warna-warni bersinar menyatu menjadi satu.

Saat itu aku berpikir, mungkin dunia itu hanya bisa terwujud di pulau kapuk.

Namun aku sadar....

Dunia ini menyembunyikan begitu banyak keajaibannya dari mataku.

🐇

“Waaaah!”

Gracia bersorak melihat pemandangan pagi yang menakjubkan di hutan. Langit ungu dibalik gunung mencerah oleh terangnya matahari, kicauan burung terdengar dari berbagai penjuru, bahkan bulan yang bulat masih terlihat di ujung barat.

“Indah, bukan?” tanya Lin dengan senyum lebar.

“Ya!” girang Gracia.

“Meskipun perjalanan ini tidak mungkin aman dari bahaya, kau tetap boleh menikmati keindahan alam ini. Semuanya indah setiap saat!” sahut An.

“Satu hal lagi, keindahan alam bisa dilihat oleh semua orang! Tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin di bawah hukum langit!” timpal Lin cepat.

Gracia mengangguk dengan semangat. Ucapan itu akan ia ingat selamanya.

Setiap pagi berganti siang, siang berganti sore, dan sore berganti malam. Mereka akan beristirahat di gua-gua kosong yang ditutupi tanaman merambat. Buah-buahan yang ditemukan selama perjalanan akan dijadikan pengganjal perut untuk perjalanan esok. Tentu saja mereka membawa persediaan makanan dan minuman dari rumah, namun itu tidak cukup untuk dua hari kedepan.

Dibanding khawatir akan perbekalan, Gracia kecil lebih memilih menikmati indahnya dunia yang semakin dikenalnya. Kupu-kupu indah yang senantiasa bermunculan di pagi hari, siangnya dipenuhi kehangatan para keluarga kelinci yang bersembunyi di balik ratusan gua, ketika sore kesunyian menemani langit jingga. Terakhir malam, banyak serangga serta tumbuhan bercahaya menghias hutan yang gelap.

Saat itu Gracia berpikir bahwa pelangi hanya ada di siang hari setelah redanya hujan, ternyata ada yang lebih indah dari itu. Aurora, fenomena alam yang menghasilkan pancaran cahaya yang menyala-nyala dan menari-nari di langit malam. Apakah ada yang lebih indah dari ini? Batin Gracia kecil dengan manik pink berkilau.

An mengambil jubah berbulu dari tas karungnya lalu memakaikannya perlahan ke tubuh kecil si rambut merah muda. Gracia tersentak, matanya melirik ke An dengan tatapan tanya.

“Pakailah ini! Perjalanan ke sana mulai sulit seiring rendahnya suhu di sana.” jelas An seraya mengacak-acak rambut Gracia.

“Huh, aku masih ingat! Tidak hanya udara di sana yang dingin, tetapi hati para naga yang tak memiliki belas kasih!” timpal Lin kesal.

“Kenapa Kak Lin berpikiran seperti itu?” tanya Gracia.

“Aku sudah pernah ke sana. Sama seperti saat ini, aku dan An serta satu teman kami tertangkap saat mengambil barang. Kami hanya bisa meninggalkannya karena itulah risiko dari pekerjaan ini,”

Gracia menunduk, ia turut sedih. Kira-kira apa yang terjadi pada kelinci itu? Pasti dia sangat ketakutan, bukan? Pikir Gracia dengan kepala kecilnya.

Tiga hari usai sangat cepat dan mereka akhirnya sampai di Hutan Kejayaan Persahabatan. Di sinilah mulut dan mata kecil Gracia terbuka lebar. Pohon-pohon yang biasanya hijau, atau langit bernuansa biru kini hilang tergantikan warna emas yang menyilaukan mata.

“Selamat datang di Hutan Kejayaan Persahabatan Naga dan Kelinci!” seru sepasang kelinci penjaga gerbang berlogo naga besar di atasnya.

Lin dan An menarik Gracia bersamaan untuk masuk.

“Kejayaan Persahabatan.... Konyol,” gumam An sangat kecil.

Meski begitu Gracia dapat mendengar keluhan itu. Apa Naga benar-benar kejam? Sebelum berpikir buruk, Gracia kecil lebih memilih untuk melihat fakta yang sebenarnya. Tidak ada yang jahat tanpa alasan, dan pasti Naga tampak dingin karena alasan tertentu.

Kilau emas dan perak semakin membuat mata Gracia sakit. Ini tidaklah indah, terlalu berlebihan itu tidak baik. Batin Gracia kesal.

Berbeda dengan Gracia yang terus mengeluh, Lin dan An secara sembunyi-sembunyi mengambil barang-barang emas secara cepat. Hanya dalam hitungan menit tas karung itu terisi penuh.

“Ayo kita pergi sekarang,” bisik Lin kepada An.

Saat Lin dan An berbicara, Gracia sadar bahwa tasnya itu masih kosong. Sebelum Lin dan An marah, ia bergegas mencari benda emas lainnya.

Selagi mengambil barang, sesosok pria di belakang terus memperhatikan kelinci kecil. Gracia secara sadar merasa diperhatikan, tubuhnya berputar cepat, mata itu menangkap pria naga dengan mahkota emas yang berkilau di kepalanya. Sontak Gracia menutup mata.

Naga itu sendiri terheran melihat kelinci itu, perlahan ia mendekat dan memanggilnya. “Kelinci kecil, apa kau pendatang baru?”

“Hm, iya.” jawab Gracia sambil menundukkan kepalanya.

“Kenapa menunduk?”

“Silau,”

•••

“Buahaha, ternyata benar terlalu berlebihan. Maafkan saya kelinci kecil,”

“Namaku Gracia,”

“Baik, Gracia. Apa yang ada di tasmu itu?”

Gracia melirik ke arah tasnya, sedikit ragu menjawab. Ia merasa malu karena ini perbuatan yang salah, apa ia harus berbohong lagi untuk menutupi kesalahannya itu?

“Ini emas,”

“Apa ini barang-barang berhargaku?!” jawabnya sengaja sedikit kaget.

Gracia hanya bisa mengangguk, dengan berani ia mendongak melawan kilauan cahaya yang menyakiti matanya.

“Aku tidak tuli maupun buta. Sejak kecil ibu mengajarkanku perbuatan baik dan salah, melihat barang-barang yang bukan milikku di dalam tasku sendiri, tentu saja itu adalah perbuatan yang buruk. Kalau Naga mau menghukumku, aku bersedia!” jelas Gracia cepat dan berani.

Mata pria itu membulat, belum pernah ada kelinci pencuri yang mau mengakui kesalahan yang diperbuatnya, mereka selalu beralasan kalau yang dilakukannya adalah benar untuk kelangsungan hidup.

“Sepertinya kau bukan kelinci biasa. Aku bisa mengabulkan satu keinginanmu,”

“Sungguh!?” tanya Gracia semangat.

“Iya,”

Gracia kecil berpikir keras tentang keinginannya selama ini. Mama, ayah, serta para saudara-saudarinya. Mungkin lebih baik jika dia meminta semua warganya berkecukupan, pasti Naga yang kaya bisa mengabulkannya, bukan? Tapi Gracia masih bimbang. Ia kembali berpikir hingga terlintas memori perjalanannya tiga hari lalu. Dengan mantap Gracia meminta keinginannya yang sebenarnya.

🐇

Aduh....

Kalau dipikir-pikir lagi aku memang tak mengindahkan keluargaku di hati.

Apa aku ini egois?

Sepertinya tidak semua beranggapan seperti itu.

Terkadang ada hal yang lebih penting dalam diri kita selain membantu orang lain, hidup selamanya bersama keluarga di istana juga terasa suntuk.

Aku tidak menyesal dengan keinginanku itu.

Karena dengan hal itulah aku menemukan berbagai kisah yang tak terlupakan.

🐇

“Gracia, kau dari mana saja!?” bentak Lin ketika Gracia sampai di tempatnya terakhir pergi.

“Maaf, tadi aku bertemu dengan kelinci lainnya!” girang Gracia semangat.

Kelinci-kelinci berkerumun di belakang Gracia. Mata Lin dan An tampak menunjukkan keterkejutannya.

“Lin, apa kau masih mengingatku?”

“Ah, tentu saja ingat! Kita ini teman sejati!” sahut Lin cepat.

“Tolong sampaikan pada keluargaku. Peach senang tinggal di sini. Raja Naga selalu mencukupi kebutuhanku sebagai pasukan kelinci,”

“Pasukan kelinci?” tanya Lin dan An bersamaan.

“Ehem, Gracia menemukan fakta bahwa mereka tinggal di sini untuk menjadi pasukan kerajaan Kelinci. Bagaimanapun Raja Kelinci dan Naga berteman baik, jadi tidak mungkin ada Naga yang jahat pada Kelinci!” jelas Gracia penuh semangat.

Lin dan An tersentak, ternyata selama ini para Kelinci di Hutan Aster berburuk sangka pada perilaku Naga. Gracia mengajak Lin dan An untuk meminta maaf pada Raja Naga, mereka secara tulus melakukannya. Raja Naga sangat senang, ia tidak mempermasalahkan pencurian di pestanya.

Peach memilih menetap untuk menjadi pasukan Kelinci yang gagah berani. Gracia, Lin dan An akan pulang ke Hutan Aster. Kereta emas tersedia cepat di depan gerbang, mereka masuk perlahan ke kereta. Lin dan An sibuk menghitung jumlah barang di tas-tas karung hingga tidak sadar kereta kuda telah berjalan pergi.

Hanya dalam sehari Lin dan An sampai ke halaman rumah. Betapa tidak menyangkanya mereka ketika tahu Gracia tak ada di kereta kuda. Hanya ada tasnya dengan segulung kertas berpita merah muda.

[Kakak-kakak, terimakasih sudah menjadi teman Gracia. Aku senang sekali!]

[Bertemu dengan kalian membuat pikiranku terbuka, ada cita-cita yang harus kuraih sekarang. Awal kepergianku dari kamar yang sesak adalah perjalanan dan cinta kasih dari para Kelinci yang tak kukenal.]

[Aku ingin menemukan kisah-kisah baru. Tentang bagaimana kehidupan makhluk-makhluk lainnya berjalan. Dunia begitu luas, aku tidak mau terpaku pada satu tempat saja.]

[Karenanya aku pergi, maaf kalau tidak bisa menyampaikannya secara langsung. Jika takdir berkehendak maka kita pasti bisa bertemu lagi.]

[Salam hangat dari Gracia❤]

“Ternyata dia pergi....” gumam An sedikit kecewa.

“Padahal aku sudah menganggapnya sebagai saudariku,” lirih Lin dengan iris cokelat berkaca-kaca.

Semoga Gracia bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Batin Lin dan An seraya mendongak ke hamparan awan putih.

🐇

Waktu itu....

Ketika Lin dan An sibuk, aku menyelinap keluar dari kereta kuda. Sosok Raja Naga masih senantiasa berdiri menunggu di depan gerbang hutan.

Aku hanya bisa menatap sedih kereta kuda yang perlahan pergi dan menghilang dari pandangan.

Raja Naga memberikanku jam kalung kecil, buku catatan merah muda dan satu tas kecil ajaib.

Katanya jam untuk mengingatkanku akan waktu, buku agar aku bisa mencatat perjalananku dan tas itu .... dia ingin aku mencari tahu sendiri.

Sampai saat ini barang itu masih kugunakan, meski ada sedikit tambahan artefak Dewi.

Kenangan itu.... Tidak akan terlupakan berkat kertas putih dengan guratan merah muda.

Mari kita melanjutkan kisah perjalananku yang kedua.

Ketika cinta harus membenci, hati yang hangat perlahan membeku oleh salju musim dingin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!