Cherophobia
16 tahun silam.
Seorang wanita yang tengah hamil mendatangi sosok ayah dari anaknya yang sedang makan di restoran bersama seorang wanita yang sedang menggendong bayi.
Baru saja mendekati pacarnya, air mata wanita tersebut langsung jatuh ketika melihat seorang perempuan yang tengah menggendong bayi. Perempuan itu menatap dirinya penuh tanda tanya. Wanita bernama Vadya itu buru-buru mengusap air matanya.
"Dia siapa El?" tanya Vadya wanita yang sedang hamil anak dari El yaitu pacarnya.
Bukan sosok pria bernama El yang menjawabnya. Melainkan wanita di depan pacarnya tersebut yang menjawab pertanyaan Vadya.
"Aku istrinya. Kamu siapa?" tanya wanita yang bersama pacarnya tersebut.
Bagaikan tersambar petir. Seketika dada Vadya terasa sesak. Air mata mulai berkumpul lagi di pelupuk matanya. Tanpa menjawab pertanyaan wanita itu, Vadya pergi meninggalkan restoran tersebut dengan air mata berlinang.
Apa ini? Jika wanita di depannya tadi menggendong anaknya El artinya wanita tersebut sudah hamil lebih dulu dari dirinya. Dia yang di selingkuhi atau malah yang terburuk. Dialah yang merupakan selingkuhan El.
Vadya bingung harus bagaimana, wanita tersebut duduk di bangku taman. Tangannya tidak berhenti mengelus perutnya yang sudah besar.
Tadinya dia menghampiri pacarnya untuk meminta pertanggungjawabannya yang ke sekian kalinya. Ya, sejak pertama kali Vadya mengetahui dirinya hamil dia sudah meminta El untuk menikahinya. Pria itu berjanji akan menikahi dirinya ketika sudah melahirkan. Hari ini dia ingin menagih janjinya karena sudah mendekati HPL. Tapi dia malah di kejutkan dengan keberadaan seorang wanita yang mengaku sebagai istri dari pacarnya.
"Sekarang aku harus bagaimana?" gumam Vadya sambil menangis.
"Ibu tidak mungkin merusak keluarga mereka." ucapnya lirih sambil menatap perutnya.
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya disertai petir dan angin kencang. Wanita itu hendak berdiri dan berniat berteduh, tetapi disaat yang sama perutnya tiba-tiba terasa sakit.
"Nggak.. bukannya masih kurang satu minggu..' ucap Vadya sambil menahan rasa sakit di perutnya.
---
Beberapa hari setelah kelahiran putranya. Vadya masih belum berani keluar dari rumah sakit karena takut di cela tetangganya. Satu-satunya sahabat yang masih menemaninya adalah Anya. Anak perempuan tunggal dari pengusaha paling kaya di masa itu.
"Va, Lo udah pulih. Lo udah boleh pulang." ucap Anya yang menemani Vadya sejak wanita itu melahirkan.
"Gue takut.. Mereka akan mencemooh gue.. Bilang inilah itulah." ucap Vadya sambil menangis.
"Lo bisa tinggal di rumah gue."
"Memang orang tua Lo mau nampung wanita kotor kayak gue?" tanya Vadya yang langsung membuat Anya terdiam.
"Gue bakal bujuk mereka." ucap Anya.
Akhirnya karena paksaan Anya, Vadya mau di ajak tinggal di rumah Anya. Tapi sesampainya di sana, dirinya malah di usir oleh orang tua sahabatnya tersebut. Memang sejak lama orang tua Anya menentang persahabatan mereka.
"Ayah! Bunda! Dia sahabat Anya!"
"Ayah tidak peduli! Ayah tidak mau di rumah kita ada sampah!"
Deg! Sakit sekali..
"Maaf, saya akan pergi dari sini." ucap Vadya sambil menggendong bayinya pergi dari rumah mewah tersebut.
"VADYA!" Anya hendak mengejar sahabatnya, tapi dia di cekal oleh ayah dan bundanya.
Wanita itu berjalan di kegelapan malam sambil menggendong bayinya yang sejak tadi tidak berhenti menangis. Di saat seperti ini pikiranya buntu. Dia merasa tidak pantas hidup. Setelah sekian lama, akhirnya bayi di gendongannya tertidur.
Vadya membeli sebuah keranjang bunga yang agak besar dan segera kembali ke rumahnya. Di taruhnya kain-kain sebagai alas. Kemudian dia mengecup berkali-kali wajah putranya sebelum diletakkannya bayi laki-laki yang malang tersebut di dalam keranjang.
Wanita itu menuliskan dua buah surat yang diletakkan di samping keranjang tersebut dan juga memasangkan sebuah kalung yang diberikan El dahulu untuknya kepada putra kecilnya.
"Tolong rawat bayi saya.. Maaf, saya tidak mampu merawatnya sendirian. Di dalam keranjang ini sudah saya letakkan sejumlah uang yang kemungkinan cukup untuk membelikan dia susu sampai usia 3 bulan. Saya juga meletakkan dua buah surat. Satu surat lainnya tolong berikan kepada putra saya ketika dia sudah berusia 16 tahun. Namanya adalah Kafka Anzalion. Ulang tahunnya adalah tanggal 14 Februari. Jika dia sudah besar dan menanyakan saya, bilang saya sudah bahagia di sisi Tuhan. Tolong jaga bayi saya baik-baik.. Terimakasih banyak...
Vadya Kaveline."
Wanita itu menangis hebat malam ini. Mungkin bisa di bilang malam ini adalah titik terberat di dalam hidupnya. Dan dia tidak kuat.
Setelah semuanya siap, dini hari Vadya berjalan keluar rumah menuju sebuah toko bunga tempatnya bekerja. Dimana tempat tersebut ada seorang wanita janda yang ditinggalkan suaminya karena mandul. Toko bunga tersebut lokasinya jauh dari rumahnya, sehingga tidak ada yang akan mencemooh bayinya di sana. Di taruhnya bayi yang telah di beri nama Kafka Anzalion tersebut di depan toko bunga. Setelah itu dia berlari menuju sebuah jembatan yang melintasi sebuah sungai besar.
"Maaf.. maafin ibu.. ibu sangat menyayangimu.. tapi ibu tidak bisa mendengar semua itu.." ucap Vadya.
Dan.. Byurr... Wanita putus asa tersebut bunuh diri dengan lompat dari jembatan.
Satu jam kemudian.
Pemilik toko bunga itu, terbangun karena mendengar suara tangisan bayi ditengah derasnya hujan. Dia kira itu adalah halusinasinya karena begitu menginginkan seorang anak. Tapi suara tangisan tersebut semakin jelas. Wanita tersebut langsung buru-buru mencari asal suaranya.
Betapa terkejutnya dia menemukan seorang bayi di dalam keranjang bunga yang ada di atas meja.
"Astaghfirullah!" Wanita itu langsung mengangkat bayi tersebut dan membawanya masuk kedalam rumah.
Di gantinya bedong bayi tersebut dengan bedong bekas keponakannya dahulu karena bedong bayi tersebut sedikit basah terkena cipratan air hujan.
"Siapa yang tega membuang bayi selucu ini.." gumam wanita bernama Anggi sambil menggendong bayi yang terus menangis tersebut.
Setelah bayi itu tertidur lagi. Anggi meletakkan bayi tersebut di ranjangnya. Wanita itu kembali ke depan dan melihat isi surat yang ada di dalam keranjang. Ketika membaca surat tersebut Anggi tanpa sadar meneteskan air matanya. Diambilnya satu surat lainnya yang ada di dalam amplop dengan tulisan 'Untuk Kafka'
"Vadya..." gumam Anggi.
Anggi mengusap air matanya. Wanita tersebut kembali ke dalam membawa keranjang tempat Kafka tadi dan menyimpannya untuk diberikan kepada Kafka ketika sudah besar. Setelah itu ia masuk ke kamar melihat bayi yang sudah tertidur. "Tante tidak tahu dimana ibumu. Tapi, sampai kamu bertemu ibumu Tante akan merawat kamu Kafka. Dan, semoga ibumu baik-baik saja." ucap Anggi sambil mengelus pipi Kafka kecil.
Memutuskan untuk merawat Kafka adalah pilihan terbaik yang bisa dia ambil. Dia tidak mungkin menitipkan bayi itu ke panti asuhan karena ibu bayi tersebut mempercayakan bayinya kepada dirinya. Dan lagi, dirinya tidak yakin dengan keberadaan serta ibu bayi tersebut. Dia masih hidup atau... kemungkinan yang terburuk adalah ibu dari bayi malang tersebut sudah tiada seperti yang tertulis di dalam surat. 'Saya sudah bahagia di sisi Tuhan'.
...***...
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
NAHCAELN⃟ʲᵃᵃ࿐
Baru baca.. namanya kayak nama ku hehe
2023-02-15
4
toon3
aku mampirkak ..🏃🏼♀️🏃🏼♀️
2023-02-15
2