Kebetulan yang sangat menyenangkan bagi Kafka. Ternyata dia satu kelas dengan Yohan. Em, entahlah. Bisa dibilang menyenangkan bisa juga dibilang malah menjadi suasana canggung karena sejak tadi Yohan hanya diam tidak bersuara bahkan tidak bergerak sedikitpun. Cowok itu selalu melihat handphonenya. Berkali-kali Kafka melirik Yohan, tapi tetap saja gak berani mengatakan sesuatu untuk mengajak Yohan bicara.
"Kalau mau ngomong buruan!" ucap Yohan tiba-tiba.
"Lo bisa ngomong?" celetuk Kafka dengan wajah polosnya.
Yohan langsung mendengus kesal. Cowok itu meletakkan handphonenya di meja, lalu menatap Kafka yang duduk di sampingnya dengan tatapan datar.
"Lo kira gue bisu?" tanya Yohan.
Kafka menggeleng cepat. "Nggak, cuma dari tadi kayaknya Lo gak banyak bicara." ujar Kafka.
"Malas." sahut Yohan. Lalu cowok itu fokus dengan handphonenya lagi.
Disisi lain Yora menemukan teman yang satu frekuensi dengannya. Hanya penampilannya sedikit tomboi. Bisa kalian bayangkan di hari pertama masuk sekolah, cewek yang baru saja berteman dengan Yora ini tidak mengancingkan seragamnya layaknya cowok. Jangan lupakan juga gelang jam hitam di pergelangan tangan kirinya dan beberapa gelang berwarna hitam di pergelangan tangan kanannya.
"Eh? Serius gue gak pa-pa gabung sama teman-teman Lo nanti?" tanya cewek tomboi dengan rambut berwarna hitam kecoklatan bernama Hazel.
Bukan tanpa apa-apa orang tuanya memberikan nama Hazel kepada putrinya. Itu karena mata cewek itu memiliki warna mata yang langka yaitu Hazel, campuran coklat terang dengan aksen hijau dan oranye.
"Gak pa-pa lah! Masa ceweknya gue doang! Kan gak seru." ujar Yora.
Di kelas lain lagi, Nathan dan Arzel tidak bisa diam. Dia cowok itu asik mabar game online. Disaat teman-temannya yang lain diam dan nervous sebelum perkenalan di kelas, Nathan dan Arzel yang paling ribut.
Triiingg...
Bel berbunyi dan wali kelas masing-masing kelas datang. Kita intip di kelas X MIPA 2 yaitu kelas yang ditempati Kafka dan Yohan.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini adalah hari pertama kali kalian masuk sekolah di Ivarnest High School."
"Untuk memulai kegiatan hari ini kita isi dengan perkenalan terlebih dahulu. Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Nama saya Lista Indriani. Biasa dipanggil Bu Lista. Saya guru Matematika untuk kelas 10 dan guru Bahasa Inggris untuk kelas 12 sekaligus wali kelas kalian." ucap Bu Lista.
Wanita yang merupakan guru matematika tersebut melihat jam tangannya kemudian melihat keluar jendela.
"Upacara apel untuk masa pengenalan lingkungan sekolah atau MPLS akan dilaksanakan 15 menit lagi. Sembari menunggu itu saya akan absen, nanti yang namanya saya sebutkan berdiri dan beritahu alamat rumah kalian. Mengerti?!" tanya Bu Lista.
"Mengerti Bu!"
Satu persatu Bu Lista mengabsen. Dari absen satu sampai absen dua puluh dua rata-rata murid di kelas X MIPA 2 menyebutkan alamat rumah mereka tinggal di area perumahan elit. Dimana tempat orang-orang kaya tinggal. Kini giliran nama Kafka yang dipanggil.
"Kafka Anzalion!" panggil Bu Lista.
Kafka berdiri dari tempat duduknya. Lalu membungkuk sebentar memberikan hormat kepada Bu Lista baru memperkenalkan dirinya. "Halo, nama saya Kafka Anzalion. Biasa dipanggil Kafka. Saya tinggal di Perumahan Gifari blok 2 rumah nomor 11. Salam kenal semuanya." ucap Kafka kemudian kembali duduk.
Yohan langsung melirik ke arah Kafka ketika cowok itu menyebutkan alamat rumahnya. Entah apa yang dipikirkan Yohan, yang jelas cowok jelmaan patung itu tertegun mendengar alamat rumah Kafka.
15 menit berlalu. Bel berbunyi menandakan semua siswa dan siswi baru harus berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara apel. Tepatnya untuk membuka kegiatan MPLS pagi ini.
"Oi! Kafka! Yohan!" teriak Arzel memanggil dua teman barunya.
Mendengar namanya di panggil Kafka langsung menoleh ke arah Arzel. Beda dengan Yohan, cowok itu hanya memutar badannya menghadap ke arah Arzel matanya tetap fokus dengan handphonenya.
"Hp mulu Lo ah! Nyungsep tahu rasa!" celetuk Arzel sambil merebut handphone Yohan.
Yohan menghela napasnya, lalu merebut handphonenya lagi dari Arzel dengan tatapan tajamnya.
Disaat tegang-tegangnya datanglah Yora bersama Hazel. Kedatangan cewek itu membuat Yohan berhenti menatap tajam Arzel. Tapi berkat Arzel merebut handphonenya tadi, sekarang Yohan tidak memainkan handphonenya lagi, cowok itu memasukkan handphonenya ke dalam saku celananya.
"Halo Kafka!" sapa Yora.
Kafka hanya tersenyum.
"Heh! Kaf! Gimana nih orang perkenalannya tadi?" tanya Yora sambil menunjuk Yohan menggunakan dagunya.
Kafka tertawa mengingat bagaimana Yohan memperkenalkan dirinya tadi. Kalimatnya benar-benar singkat, tampangnya datar dan tanpa senyum. Memang definisi cowok cuek sih si Yohan.
"Gue cosplay aja deh biar kalian tahu." ujar Kafka.
"Eh! Eh! Cosplay apaan nih?" tanya Nathan yang baru saja datang. Cowok itu baru saja dari kamar mandi.
"Noh, mau cosplay jadi si Yohan." ucap Arzel.
Kafka yang tadinya tersenyum ceria, cowok itu sebisanya mengubah ekspresinya menjadi sedatar Yohan. Lalu menirukan bagaimana Yohan memperkenalkan dirinya tadi.
"Yohan Marvenio Kendrick. Alpha Apartemen, lantai 23, no 136." ujar Kafka menirukan Yohan. Baik ekspresi wajah yang datar dan nada bicaranya yang dingin dibuat semirip mungkin dengan Yohan.
Setelah itu mereka tertawa bersama.
"Btw, ini siapa nih? Unik banget matanya." tanya Arzel sambil berjalan mengitari Hazel.
"Oh, dia--" sebelum Yora memperkenalkan Hazel, cewek itu memotong kalimat Yora dan memperkenalkan dirinya sendiri.
"Gue Hazel Avriella. Panggilnya Hazel! Salken semua!" ucap Hazel sambil tersenyum ramah.
"Woah, apakah ini jodoh? Nama gue Arzel." ujar Arzel menanggapi Hazel yang baru memperkenalkan dirinya.
Hazel tersenyum kikuk. Lalu berpindah tempat yang tadinya berada di samping kanan Yora, cewek itu pindah ke samping kiri Yora untuk menghindari Arzel.
"Jhahaa, di tolak." celetuk Nathan sambil tertawa terpingkal-pingkal.
"Astaghfirullah, jahat kamu neng." kata Arzel sambil mengelus dadanya.
"Makanya baru kenal jangan langsung bilang jodoh." sahut Kafka sambil tertawa kecil.
Percakapan mereka berhenti ketika terdengar suara dari speaker yang menginstruksikan mereka untuk segera berbaris karena upacara akan segera dimulai.
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah hari pertama berjalan dengan lancar. Diadakan beberapa kegiatan dengan bertujuan mengakrabkan siswa siswi yang baru saja masuk sekolah seperti lomba tarik tambang, sepak bola, voli, egrang, dan permainan lainnya. Hari ini siswa dan siswi Ivarnest High School dipulangkan lebih awal karena kegiatan MPLS hari 1 sudah selesai.
Di perjalanan pulang Kafka terus tersenyum karena bahagia bertemu dengan teman-teman yang baik hati seperti mereka. Walaupun dia orang miskin tapi mereka tidak menghina dirinya seperti teman-temannya saat di SMP.
"Ibu pasti senang dengar cerita hari ini." gumam Kafka sambil tersenyum.
Tiba-tiba segerombolan anak laki-laki mencegatnya ketika tiba-tiba di perempatan sepi. Kafka mengenali mereka. Salah satu dari mereka adalah siswa yang dulu pernah dia kalahkan saat lomba menyanyi tinggal nasional dahulu. Sampai saat ini dia masih membenci Kafka. Karena merasa Kafka telah merebut kesempatan mereka meraih medali emas.
"Gimana rasanya masuk sekolah bergengsi dari beasiswa doang?" tanya salah satu cowok tersebut.
"Apa mau kalian?! Gue udah gak ada urusan sama kalian!" bentak Kafka.
"Cih, enak banget mulut Lo ngomong! Gara-gara Lo gue di marahi orang tua gue sampai sekarang masih di ungkit!" sentak salah satu cowok tersebut sambil menendang sepeda Kafka hingga cowok malang itu terjatuh.
Tidak memberikan kesempatan bagi Kafka untuk bangkit. Cowok itu langsung memukuli Kafka dibantu teman-temannya. Dan Kafka sama sekali tidak bisa melawan karena dia tidak bisa beladiri. Kalaupun bisa, dia kalah jumlah.
"Kenapa setiap gue merasa bahagia selalu ada masalah setelahnya?" batin Kafka dengan pasrah menerima pukulan bertubi-tubi dari Geo dan teman-temannya.
...***...
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
❥︎𝐦𝐢𝐧🐱ѕυϲнιє αℓєѕγα❀シ︎
jadi keinget hazelnut 😌
2023-02-08
3
🅜🅘🅝🐯Zerzia M
saking dinginy ya fa ampe nyeplos gtu🤣
2023-02-08
3