Godaan Daun Muda
"Hawa, carilah pria yang baik. Menikahlah dengannya setelah itu. Papi semakin tua, dan kamu membutuhkan pemimpin yang dapat mengingatkan serta membimbing mu," ucap pria paruh baya bermata sipit.
"Hawa, sebenarnya sedang dekat dengan pria itu, Pi. Dia cocok dengan kriteria yang kita mau," jawab Hawa, semringah.
"Langsung bawa kesini. Kenalkan pada, Papi!" titah pria keturunan Tionghoa yang bernama Samudera Lim ini.
Hawa Nuraisah adalah anak pertama dari direktur perusahaan tambang dan minyak bumi. Ia memiliki satu orang kakak perempuan dan satu orang adik laki-laki.
Sang papa yang keturunan Tionghoa ini, tidak ingin menikah lagi. Karena Muhammad Samudera Lim, itulah namanya. Pria berwibawa yang kharismatik itu masih belum bisa melupakan ibu dari ketiga anaknya, yang mana sudah setia bersamanya ketika masih meniti usaha dari nol.
Karena itulah, Samudera memutuskan untuk menyibukkan dirinya dengan bekerja serta bergabung dengan salah satu komunitas sosial. Mengurus beberapa daerah yang tertimpa bencana serta ikut ke dalam panitia dakwah untuk para mualaf.
Hawa dan kedua saudaranya tidak ada yang mengambil paras dari sang papa. Dimana Samudera memiliki kulit putih dan mata yang sipit. Hawa dan saudaranya memiliki kulit kuning Langsat serta mata besar seperti mendiang sang mama. Karena Keysha Alvira berasal dari pulau Jawa.
Hawa belum lama mengenal laki-laki ini di kampusnya. Ia tertarik dengan pembawaannya yang tidak seperti pria lain kebanyakan.
Dialah, Faruq Albani. Laki-laki bertubuh tinggi dengan kulit sawo matang.
Bertemu dengan Hawa ketika mereka kuliah di universitas yang sama. Pada saat itu, Mereka sama-sama menyelesaikan tugas dari semester akhir. Namun, berbeda tingkatan. Hawa lulus strata dua sedangkan Faruq Stara satu.
Mereka berdua seumuran. Hanya saja Hawa memang pintar dan mampu menyelesaikan pendidikan dalam waktu singkat. Sementara, Faruq yang memiliki keterbatasan otak serta biaya menjadikannya terlambat lulus.
Itupun sekolahnya di biayai oleh seseorang yang merupakan Abang dari Ibunya. Faruq, memanggil pria itu dengan sebutan uwak. Karena memang ia berasal dari pinggiran kota Jakarta.
Sejak lulus SMU, Faruq yang sudah tidak mempunyai ayah mengalami kendala dalam meneruskan kuliahnya. Sehingga, sang uwak memiliki inisiatif menggantikan peran sang ayah yang telah tiada. Berharap dengan memberikan pondasi pendidikan yang tinggi kepada Faruq, yang tak lain adalah anak tertua. Itulah yang, pria itu ceritakan pada Hawa.
Sang uwak memiliki harapan suatu saat nanti, Faruq dapat menjadi tulang punggung yang menjamin pendidikan dari ketiga adiknya serta dapat mengangkat derajat dari keluarga. Hawa yang berjiwa sosial tinggi, terkadang membantu keuangan keluarga Faruq. Kebaikan serta kemurahan hatinya itulah yang membuat Faruq jatuh cinta.
Saat itu di kampus.
"Bang, Papi mau ketemu sama kamu," ucap Hawa. Ketika ia dan Faruq ada di kantin taman belakang.
Deg!
Ni Ukhti pasti minta gua nikahin. As you wish, my lady.
Faruq tersenyum simpul. "Ya udah, kapan? Malam ini?" cecar, Faruq seakan menantang. Sambil menyeruput capuccino–ice. Karena siang yang cukup terik. Jadi, memang inilah minuman yang paling cocok membuat kepala dan hati menjadi sejuk.
Alhamdulillah, Abang mau.
Hawa mengangguk bahagia. Dia tau jika Faruq tidak mungkin menolak permintaannya. Pria itu juga tak mau mereka bertemu seperti ini secara diam-diam.
"Iya, Bang. Papi mau kenal sama kamu." Hawa berucap penuh binar kebahagiannya.
"Insyaallah, lagipula, Abang udah gak sabar menghalalkan kamu. Menggapai kesempurnaan ibadah bersamamu," ucap Faruq membuat Hawa tersipu.
Betapa senang hati, Faruq Albani. Ya, kapan lagi. Mendapat istri yang kemungkinan besar dapat menaikkan derajatnya.
Singkat cerita, Faruq pun bertemu dengan Samudera. Kedua mata pria itu hampir menggelinding kala melihat kediaman dari Hawa yang begitu luar biasa.
Perkenalannya dengan Hawa, pun berlanjut ke jenjang pernikahan. Faruq yang kala itu masih bekerja serabutan diangkat sebagai salah satu ketua divisi pemasaran. Dimana, Samudera dan Hawa juga bekerja di perusahaan yang sama. Hanya saja, Faruq di tempatkan pada anak cabangnya.
Mereka menikah lumayan mewah pada saat itu, semua modal di keluarkan oleh Samudera. Karena baginya tak apa memiliki menantu miskin asalkan akhlak dan agamanya bagus. Setidaknya ia bisa tenang karena salah satu anak perempuannya memiliki imam yang mampu membimbingnya di dunia maupun akhirat.
"Satu pesan Papi padamu, Faruq. Jangan sekalipun kau bertindak main hakim sendiri. Jika kau menyerah dan tak lagi mampu menasihati, Hawa. Kembalikan dia padaku, jangan kau tampar, apalagi kau banting!" pesan Samudera tegas.
Kehidupan Faruq seketika berubah pada saat itu juga. Karena Faruq menjadi sosok terhormat dan disegani di daerah kampungnya. Juga di sekitar lingkungan keluarga dan perkawanannya. Ia yang tadinya hanya lelaki biasa kini menjadi juragan yang naik-turun mobil mewah ketika pulang ke kampung menengok keadaan ibu dan para adik-adiknya.
Hawa, memang sejak pertama terpikat pada Faruq kerena pembawaan pria itu yang sopan dan alim. Wawasan agama yang seakan luas ketika ia mendengar Faruq acap kali berbicara. Hawa merasa ia telah menemukan apa yang ia cari dari sosok laki-laki yang pantas mendampinginya.
Enak banget ya jadi orang kaya. Semua orang akan hormat padamu.
_________
"Abang akan nikah sama anak orang kaya, Mah. Abang akan angkat derajat keluarga kita. Gak akan ada yang berani menghina kita lagi. Abang akan tunjukkan pada mereka bahwa, keluarga kita lantas dipandang!" Seru Faruq pada ibunya yang sudah agak tua ini. Usianya telah menginjak usia lima puluh tahun. Kedua pandangannya agak kabur. Karena dokter mengharuskan operasi katarak tapi, mereka belum ada biaya.
"Menikahlah Karen Allah, Nak. Bukan karena harta dan kecantikan. Karena semua itu tidak akan abadi. Semua itu memiliki waktu untuk habis dan berubah," pesan sang ibu..
"Tapi kan, Mah. Islam juga menganjurkan pada pria untuk menikahi wanita dari empat perkara. Satu agamanya, kedua parasnya, ketiga hartanya dan keempat nasab keturunannya. Betul kan?" cecar Faruq. Ia berusaha membenarkan opini serta pendapatnya.
"Memang benar, Nak. Karena apa, karena wanita itu adalah sebaik-baiknya perhiasan di dunia. Mereka juga yang akan melahirkan penerusmu. Karena itulah setiap laki-laki wajib melihat dari asal usul dan silsilah keluarganya. Juga dari ilmunya. Karena dialah yang akan mendidik anak-anakmu menanti menjadi pribadi yang sholeh dan sholehah. Karena setiap wanita akan menjadi ibu, dan setiap Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. karena itu setiap laki-laki harus mencari wanita yang pintar terutama mengerti dalam ilmu agama. Jika tidak ada, sebaik-baik perangainya maka kau pilihlah dia. Karena, sejatinya laki-laki adalah pemimpin," tutur wanita yang bernama Siti Nurhaliza, atau biasa di panggil Bu Nur.
"Tuh, kan. Pilihan Abang benar. Hawa selain cantik dan pintar, dia juga kaya raya. Sehingga anak keturunanku nanti pasti tidak akan tersia-siakan dan terhina. Bukankah, rosul juga menikahi wanita kaya, seperti Khadijah." Faruq tersenyum ketika Bu Nur tak lagi menyangkal ucapannya.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Uyhull01
mampir kak,
awal bca ko udah gak srek sama si Faruq ya kesan nya pngin ambil hartanya Hawa gtu ya, 🙄🙄🙄
2023-03-05
1
buk e irul
hadir
2023-02-08
2
Itarohmawati Rohmawati
apani apani ..baru lagi 😩
2023-02-08
2