Semua asisten rumah tangga, tak perlu membersihkan rumahnya yang luas ini setiap hari. Tugas terpenting mereka apakah menyiapkan segala kebutuhan anggota keluarga. Seperti makanan sehat tiga kali sehari. Pakaian bersih dan juga kamar serta sanitasi yang selalu dijaga kebersihannya setiap hari.
Bukan berarti Hawa tak pernah menyentuh pekerjaan rumah tangga. Setiap pagi, wanita cantik dengan pakaian syar'i yang menutup setiap senti lekuk tubuhnya ini akan berkutat di depan kompor sekitar satu jam.
Hawa selalu menyiapkan sarapan untuk kedua anak dan juga suaminya. Para asisten rumah tangga yang sudah hapal. Mereka hanya akan sekedar membantu untuk menyiapkan keperluannya.
"Kalian mandi dan istirahatlah. Kita ketemu lagi saat makan malam." Hawa memberi perintah pada kedua putrinya. Karena ia tau, ada yang ingin segera di ungkapkan oleh suaminya ini.
Faruq sudah naik ke atas melalui lift dan masuk kedalam kamar mereka. Hawa terlihat mengekor dari belakang. Bagian bawah gamis serta kerudung lebarnya berkibar pelan ketika ia berjalan cepat.
"Ada apa Bang. Capek ya? Mau aku pijitin gak?" tanya Hawa yang buru-buru menghampiri Faruq. Suaminya itu kini duduk di pinggir kasur yang berukuran king size itu.
"Bukan capek lagi, Wa. Kita tuh kelamaan di sana. Udah mana hari libur kamu tuh cuma ada sekali ini aja dalam satu pekan. Malah kamu habiskan dengan ngobrol-ngobrol, ngalor-ngidul gak jelas sama mereka. Sekali-kali, coba kamu pikirin aku, Wa." Akhirnya, Faruq dapat mengeluarkan juga uneg-uneg yang ia tahan sejak tadi.
"Ya Allah, maafin Hawa, Bang. Aku enggak bermaksud seperti itu. Lain kali, Abang kasih kode kalau mau pulang. Karena kalau aku yang mengajak itu kurang etis dan sopan, Bang," kilah Hawa. Bukan apa, ia juga tidak sembarangan berkilah. Sungguh Hawa hanya ingin menjaga nama baik suaminya saja.
"Kamu tuh malah balikin lagi ke aku sih. Kamu inget gak sama tanggung jawab kamu sebagai istri. Kok makin kesini aku perhatiin kamu tuh makin gak ada waktu buat aku dan kedua anak kita!" protes Faruq mulai dengan nada bicara yang tinggi.
Hawa, lagi-lagi hanya bisa mengusap dadanya. Ketika mendapatkan serangan protes dari Faruq. Meskipun, di balik kesibukannya sebagai wanita karir, Hawa tak pernah sekalipun melupakan tanggung jawab serta kewajibannya sebagai seorang istri dan juga ibu dari dua anaknya.
Ia selalu sabar saat menghadapi perubahan sikap dari suaminya ini. Karena Hawa tau, bagaimana pun, Faruq adalah pintu surga baginya. Ia harus sabar. Selalu berpikiran positif bahwa mungkin suaminya hanya berharap perhatian lebih darinya. Karena itulah, Hawa selalu mampu menghadapi semuanya dengan tetap sembari mengulas senyum."Iya, Bang. Kali ini mungkin Hawa memang salah. Kurang koneksi terhadap kemauan serta kebutuhan Abang. Maaf ya," ucap Hawa tetap melembutkan suaranya. Bahkan dia maju dan menempelkan tubuhnya pada Faruq.
"Kamu tau, Abang udah nahan ini dari semalam. Kamu pulang meeting langsung tidur." Faruq masih melayangkan protesnya meskipun darahnya sudah mulai berdesir karena sentuhan jemari Hawa yang mengusap lembut dadanya.
"Maaf, semalam Hawa capek banget. Di ganti sekarang aja gimana? Abang masih mau kan?" tanya Hawa, menawarkan dirinya dengan seulas senyum tercetak di wajahnya yang cantik alami. Padahal dia juga masih sangat lelah. Tapi kewajiban tetaplah kewajiban bukan?
Tanpa menjawab pertanyaan dari Hawa. Faruq langsung saja menyambar bibir yang merah merekah itu dengan buas. Bahkan, dengan kasar. Faruq menanggalkan seluruh pakaian yang melekat untuk menutupi tubuh indah istrinya itu.
"Pelan-pelan, Bang. Sini, biar Hawa aja yang buka." Hawa pun berinisiatif mengambil alih peran Faruq. Ia membuka satu persatu pakaiannya dari kerudung, gamis hingga inner. Tak sabaran, Faruq pun menarik underware Hawa hingga robek.
"Astagfirullah, Bang. Apa boleh Hawa mandi dulu? Takutnya badan ku bau dan kamu --" Belum selesai Hawa berbicara, Faruq sudah melempar tubuhnya ke atas kasur. Hawa terlihat meringis atau perlakuan kasar suaminya.
Astagfirullah, Bang. Kamu semakin sering kasar sama aku. Apa ini karena kamu terlalu menahan napsu. Ah, iya mungkin begitu.
Hawa selalu berusaha untuk berpikiran positif terhadap Faruq dan setiap perlakuan pria itu padanya.
Langsung saja, Faruq melepaskan setiap helai benang yang melekat pada tubuhnya. Napasnya telah memburu kala melihat penampakan Hawa yang telanjang di atas ranjang mereka.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Faruq langsung menindih tubuh itu dan menikmati apa pun yang terserak disana dengan buas. Ia tak memikirkan bagaimana perasaan Hawa. Tak peduli meski tindakannya kasar.
"Bang, selimutnya. Kita gak boleh bugil begini," ucap Hawa mengingatkan.
"Kamu ribet banget sih!" Walaupun protes, Faruq tetap menarik selimut dan menutupi tubuhnya yang sedang mengungkung Hawa.
"Malu, Bang," jelas Hawa di sela hentakan Faruq yang ganas. "Pelan dikit, Bang. Sakit!"Berkali-kali, Hawa meringis. Faruq tak mendengarkan. Pria itu sudah tertutup pendengaran dan juga hatinya karena napsu yang bergelora ini sudah ia tahan sejak semalam.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Uyhull01
hahhh knpa jd gtu si, gak paham aku sma si Faruq ini
2023-03-07
1
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
iuhhh kasar banget sih bang 😕😕😕 gak semua perempuan suka di kasarin bang, pelan dikit napa 🤭🤭🤭
2023-02-09
1