Ya, semua terlihat mudah bagi, Faruq. Karena, Hawa tak butuh pria berharta. Ia telah memiliki itu semua. Ia hanya butuh pria yang dapat membimbingnya serta calon anak-anak mereka nanti. Hawa ingin memiliki keturunan atau buah hati yang banyak. Ia ingin membanggakan diri nanti ketika bertemu Rosulullah.
Awal pernikahan baginya, Faruq adalah sosok pria luar biasa yang memang diidamkannya selama ini. Tutur katanya yang lembut, tak pernah sekalipun kasar terhadapnya. Hingga kini usia pernikahan keduanya tak terasa telah menginjak usia dua belas tahun.
Meskipun terkadang sebagai manusia yang tak sempurna, Hawa pun bisa melakukan kesalahan. Maka, Faruq akan menasihati dengan pelukan dan juga ciuman. Sungguh, sebuah sosok pernikahan yang sakinah, mawadah, warohmah. Menurut, Hawa kala itu.
Merasa dirinya semakin tua, Samudera memutuskan untuk mengundurkan diri serta mengalihkan tampuk kepemimpinan pada orang yang lebih enerjik dan muda. Ia memilih menghabiskan waktu alias masa tua bersama kedua cucunya saja.
Yaitu anak-anak dari Hawa. Karena putri pertamanya belum memilliki keturunan. Sebelum itu, ia menunjuk putri keduanya ini sebagai salah satu ketua dari dewan direksi yang memiliki kekuasaan di bawah direktur.
Sementara anak pertamanya yang tinggal di luar negeri fokus membantu usaha dari suaminya. Mereka akan mengunjungi di musim pertama dan hari raya saja.
Jangan tanya berapa gaji Hawa pada saat ini. Pastinya ia dapat membeli tiga hingga empat kendaraan roda dua setiap bulan hanya bermodalkan gaji pokoknya saja.
Belum lagi aset yang di miliki olehnya. Setidaknya meskipun sang papa tidak memiliki perusahaan tersebut, namun mereka telah memiliki banyak aset. Begitu pun dengan Hawa.
_______
"Sayang, gajiku kan sudah naik lima puluh persen. Ketimbang beberapa tahun lalu. Kini, terimalah nafkah dariku. Meskipun, aku sadar jika gajimu lebih besar dari ini," ucap Faruq di sertai senyum hangat di pagi hari yang cerah sebelum keduanya turun untuk sarapan.
Hawa sang istri pun menanggapi amplop yang di sodorkan oleh Faruq dengan senyum lembut seperti biasanya. Ia terlihat mendorong benda itu pelan.
"Abang, simpan saja. Rumah ibu juga kan perlu renovasi. Supaya lebaran tahun ini bisa menampung banyak saudara yang datang berkunjung. Aku ikhlas, gunakan saja untuk membantu saudara maupun keponakanmu yang mungkin membutuhkan. Jangan sampai ada keluarga kita yang kelaparan di saat kita memiliki kelebihan," tolak Hawa dengan penjelasan yang lembut, agar tak terkesan merendahkan suaminya. Ketika, Faruq berniat memberikan nafkah dari gajinya yang hanya seperempat dari penghasilannya itu.
'Bagus deh kalo gak di terima. Duit gaji jadi utuh. Bukan salah gue juga kan. Tapi kamu yang selalu menolaknya, Wa.' batin Faruq.
Pria dengan brewok tipis di sekitar rahangnya ini pun memasukan kembali, amplop tersebut kedalam sakunya. Ia tertawa getir. Meskipun dalam hati senang juga. Apa yang di sarankan oleh Hawa tak sekalipun pernah ia lakukan. Melainkan, Faruq menghabiskan uangnya untuk mengumpulkan aset atas namanya sendiri. Hingga, ia memiliki sebidang tanah serta simpanan mas batangan.
Lumayanlah di atas dua puluh juta. Bisa kalian bayangkan berapa gaji yang di dapatkan oleh Hawa. Namun, Hawa tidak seperti kebanyakan wanita yang suka menghabiskan uang dengan barang-barang branded.
Ia tidak punya kumpulan atau komunitas sosialita. Hawa ketika pulang bekerja tidak akan lagi keluar rumah. Ia menghabiskan waktu untuk anak dan suaminya serta sesekali memanggil guru privat untuk memperdalam ilmu agamanya.
Hawa yang ternyata memang memiliki jiwa sosial seperti sang papa.
Ia lebih senang membelanjakan uangnya untuk membahagiakan orang lain. Karena itu, ia akan di sambut dengan suka cita ketika berkumpul dengan keluarga dari suaminya. Karena pada saat itu, Hawa selalu membawa banyak hadiah seperti sembako dan pakaian. Juga tak ketinggalan menyisipkan salam tempel pada orang-orang yang lebih tua.
Seluruh keluarga dari Faruq sangat menghormatinya. Selalu menyanjungnya. Tersenyum semringah acap kali Hawa datang. Akan tetapi ternyata di lubuk hati terdalam Faruq ia merasa seakan di kucilkan. Ia merasa pujian itu tak ada yang mampir untuknya. Semua hanya pada Hawa saja.
Karena itulah, Faruq tidak pernah mau mengeluarkan uang sepeserpun setiap pertemuan. Baginya, apa yang di berikan oleh Hawa sudah cukup banyak. Pemberian darinya belum tentu berarti apa-apa. Begitulah pikirkan buruk yang selalu memenuhi otak serta hati kotor Faruq Albani.
"Lu kenapa, Bang. Malah mojok disini?" tegur sepupunya yang bernama Ikbal. Papa muda yang baru memiliki anak satu itu, terlihat mengerutkan keningnya bingung. Karena wajah serta ekspresi dari Faruq nampak kusut.
Faruq terlihat menghela napas. Setelahnya ia kembali menghisap dalam asap dari nikotin yang selalu menjadi kawan setianya itu.
"Ngapain lagi, Bal. Kagak guna juga pan Abang di sono. Liat aje tuh. Cuma si Hawa yang jadi sorotan. Abang mah kagak dianggap dari dulu sampe sekarang tetep aje begitu," keluh Faruq mengungkapkan semua yang ia rasa menekan hatinya sejak beberapa tahun ini.
"Kagak begitulah, Bang. Itu mah perasaan Abang aja kali!" ujar Ikbal menjawab keresahan tak beralasan yang diutarakan oleh Faruq.
_______
"Dy. Kapan sih punya pacar kayak temen-temen lu padaan tuh?" tanya seorang ibu dengan daster lusuhnya. Sang anak gadis yang sedang mencuci piring sambil jongkok di depan pintu kamar mandi itu pun menoleh cepat.
"Lah itu, Bang Irham. Kan dia pacar, Dya," jawab gadis yang berusia sekitar sembilan belas tahun itu ketus. Ia tau kemana arah pembicaraan dari ibunya ini.
"Halah, cuma kurir antar barang olshop. Mana ada duitnye!" celetuk sang Ibu.
Gadis bernama Fradya itu pun mendengus. Tebakannya benar. Sang Ibu selalu mempermasalahkan pendapatan, Irham. Gadis itu menyusun perabotan yang telah bersih itu ke dalam bak bundar besar. Setelahnya ia bangun, hendak menuju kamar. Malas meladeni perkataan ibunya yang tak akan selesai menuntut.
"Ye ... anak jaman sekarang! Kagak ada akhlaknya banget. Lagi diajak ngomong ma orang tua malah ngeloyor gitu aje!"
Fradya membanting tubuhnya yang ramping tapi berisi itu ke atas kasur. Ia memilih untuk menutup telinganya menggunakan bantal. "Capek ngomong sama emak. Emang di kira gampang apa nyari cowok yang kaya!" gumam Fradya geram.
Dirasa tak ada lagi teriakan dari sang ibu, ia mengubah posisi tidurnya menjadi telentang. "Gue juga mau punya pacar kaya. Apalagi suami yang kaya. Biar ngerasain yang namanya punya kasur empuk. Kamar yang bagus. Beli skin care mahal. Pake barang-barang bermerek," gumam Fradya seraya mengedarkan pandangannya ke sekitar kamarnya yang kecil dan lengkap. Hanya ada kipas angin baling-baling yang berputar lemah di atas kepalanya dengan berisik.
"Dyaaa!"
"Argh! Apa lagi sih emak!" Fradya, menahan kesal. Namun, tetap turun dari kasurnya.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Uyhull01
haihhh gak bersyukur sekali si Faruq ini ckckck
2023-03-06
1
@⒋ⷨ͢⚤L♡Marieaty♡
behh udah punya istri yang sempurna kayak gitu klo beneran selingkuh kudu di getok tuh otaknya 😤😤😤
2023-02-09
1
anak Ragil❤️💕
hadir kk cibi
2023-02-08
2