Terpaksa Merawat Anak Pelakor
Dering ponsel milik Bara berbunyi demikian keras hingga mengagetkan Shanaz yang sedang bertempur dengan sang suami sedang berada dalam puncaknya.
Shanaz menghentikan permainannya agar Bara mau merima panggilan itu.
"Abaikan saja sayang, aku sedang ingin bercinta denganmu. Jangan hiraukan."
Ucap Bara sambil membantu sang istri bergoyang riang di atas tubuhnya.
"Tidak sayang...! Ini sudah ketiga kalinya ponselmu terus berbunyi, biarkan aku mengangkatnya sambil bercinta denganmu.
"Jangan...! Ini jam satu pagi dan aku tidak ingin di ganggu." Lanjut Bara terus memaksa istrinya bercinta.
Keduanya memutuskan untuk meneruskan permainan mereka hingga akhirnya lenguhan panjang itu membuat keduanya terkulai lemas saat mencapai puncak kenikmatan bersama.
Dering telepon itu kembali berbunyi, kali ini Shanaz tergelitik untuk meraih ponsel suaminya dan menerima panggilan itu walaupun tidak ada nama penelpon.
"Hallo selamat pagi tuan Baratayudha!"
"Selamat pagi...! Ini dari mana...?" Tanya Shanaz yang masih duduk di atas tubuh suaminya dengan tubuh polos.
"Kami dari rumah sakit. Seseorang ingin bicara dengan tuan Bara. Gadis ini dalam keadaan sakarat karena mengalami pendarahan internal setelah mendapatkan kecelakaan mobil.
"Berikan telepon itu!" Ucap Shanaz sambil bangkit dari tubuh suaminya yang terlihat lemas setelah habis berpacu semalaman dengan sang istri.
"Bara..! Aku tidak kuat lagi sayang. Tolong rawat bayi kita! Aku tidak punya siapa-siapa di dunia ini kecuali dirimu, sayang. Aku pamit. I love you, baby..!"
Ucap gadis itu lalu menghembuskan nafas terakhirnya.
Duaaarrr.....
Bagai gemuruh ombak laut biru yang menghempaskan tubuhnya di tebing karang terjal, tubuh Shanaz seketika jatuh terkulai.
Air mata itu luruh dengan mulut tak mampu berkata apapun diikuti pandangan nanar menatap suaminya yang terlihat tenang tanpa dosa.
Cinta yang di bangun tiga tahun dengan penuh kemesraan dan romantis terburai begitu saja karena pengkhianatan suaminya yang tidak tercium sama sekali bau perselingkuhan.
Pernikahan mereka yang belum di karuniai anak, namun Bara tidak mempermasalahkan itu semua karena cintanya terlalu besar pada istrinya.
Bara yang tertidur tidak melihat ekspresi wajah istrinya yang sangat syok mendengar kabar itu.
Telepon itu berdering lagi, Shahnaz kembali mengangkatnya.
"Baik. Kami akan ke sana." Ucap Shanaz lalu masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya.
Shanaz menangis sejadi-jadinya di dalam kamar mandi, merasakan dirinya paling bodoh di dunia ini karena terbuai dari tipuan suaminya yang berkedok suami romantis.
"Pengkhianattttt...! Prankkkk...!"
Kaca wastafel itu pecah berantakan membuat Bara sigap membuka pintu kamar mandi.
"Baby....!" Panggil bara yang melihat tubuh istrinya seperti kerasukan setan.
"Apa yang terjadi sayang? Kamu tidak apa-apa...?" Tanya Bara yang belum paham apa yang terjadi pada istrinya.
Shanaz memakai handuk dan keluar dengan rambut basah tanpa ingin mengusap rambutnya kering dengan handuk kecil yang biasa ia lakukan.
Ia tidak ingin menjawab pertanyaan suaminya dan langsung masuk ke ruang ganti.
Sesaat kemudian ia kembali keluar dengan pakaian rapi
dibaluti mantel hitam.
"Baby...! Kamu mau ke mana malam-malam begini?" Tanya Bara cemas melihat istrinya bukan lagi dirinya sendiri.
"Mau bertemu dengan selingkuhanmu. Aku ingin melihat seberapa hebatnya wanita itu untukmu hingga kamu begitu pintar mengatur kencan mu saat selingkuh di belakangku.
Kamu sangat hebat Bara. Dan kamu suami dan sekaligus pecundang bangsat. Bajingan sialannn...!"
Plakkkkk...plakkkk..!"
Tamparan keras itu di hadiahi Shanaz pada Bara yang sedang termangu saat mengetahui rahasia perselingkuhannya selama ini terbongkar juga.
Shanaz mengambil kunci mobilnya dan membawa mobil itu sendiri menuju rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit, Shanaz menemui dokter Rania.
"Saya istrinya tuan Baratayudha. Di mana wanita itu? Apakah dia sudah meninggal?" Tanya Shanaz sambil menahan amarahnya.
"Nona Widia saat ini sedang koma, nyonya."
"Apa yang terjadi padanya?"
"Kecelakaan mobil dan kami belum tahu pasti kejadiannya. Pasien di bawah ke sini dalam keadaan terluka dan mengalami pendarahan internal. Bayinya bisa selamat." Ucap dokter Rania.
"Saya harap kalian tutup mulut atas kecelakaan wanita itu. Jika berita ini terdengar oleh wartawan saya tidak akan segan menuntut rumah sakit ini, mengerti ?"
Ucap Shanaz yang merupakan pengacara kondang di negeri ini.
"Baik, nyoya Shanaz!" Ucap dokter Rania yang tidak menyangka suami pengacara hebat ini selingkuh.
Shahnaz menemui Widia di ruang ICU dan melihat keadaan selingkuhan suaminya. Ia menarik sudut bibirnya sambil menatap keadaan Widia yang sangat mengenaskan.
"Sekuat apapun kamu ingin merebut tempatku, kau hanya wanita malang yang sedang mencari kehangatan suami orang lain entah demi apa." Ucap Shanaz begitu sinis.
Ia kemudian ke ruang bayi ingin melihat bayi suaminya di dampingi oleh dokter Rania.
Bayi itu terlelap dalam tidurnya.
Shahnaz menahan air matanya melihat bayi malang itu. Dadanya terasa makin sesak dengan tubuhnya menahan getaran.
Iapun membalikkan tubuhnya untuk segera meninggalkan rumah sakit itu dan lagi-lagi ia harus melihat suaminya yang sudah berdiri di belakangnya.
"Shanaz...! Ku mohon bawah lah putriku bersama kita karena dia tidak punya siapa-siapa selain aku dan kamu.
Keadaan Widia yang tidak tahu bagaimana nasibnya selanjutnya. Apakah dia akan kembali hidup ataukah akan mati. Aku mohon rawatlah putriku, Shanaz!"
"Apakah kamu gila ...? Kamu sudah melukai hatiku dan sekarang kamu ingin menyiram lagi dengan cuka..?
Kenapa tidak sekalian saja kamu bunuh aku, Bara? Kamu pintar bersandiwara dalam pernikahan kita selama tiga tahun, tapi inikah balasan cintamu yang setiap hari kamu katakan, bahwa tidak ada wanita lain di dunia ini yang kamu cintai selain aku untukmu yang kamu cintai.
Ternyata semuanya itu bull$hit....! I hate you, Baratayudha...!!" Ucap Shanaz langsung lari meninggalkan suaminya yang sedang berlutut sambil menangis.
Flash back!
Malam itu sekitar pukul sepuluh malam, Widia merasakan sakit pada perutnya. Harusnya ia belum saatnya melahirkan bayinya karena usia kandungannya masih delapan bulan lebih.
Lagi pula ia sudah meminta Bara untuk menginap di apartemennya saat menjelang persalinannya dengan dalih keluar negeri.
Karena terlalu merasakan sakit yang luar biasa, akhirnya Widia nekat membawa mobilnya sendiri menuju rumah sakit karena tidak kuat turun ke bawah menghampiri taksi.
Ingin rasanya ia menghubungi Bara, tapi mereka sudah berjanji untuk tidak saling menghubungi satu sama lain saat sudah berada di rumah agar istrinya Bara tidak curiga dengan perselingkuhan mereka.
Ketika berada di jalan raya, perut Widia makin sakit dan tidak terasa ketubannya pecah. Ia nekat mengambil ponselnya hendak menghubungi Bara.
"Semoga dia sendiri yang mengangkat telepon dariku." Harap Widia sambil mencari kontak Bara.
Tapi naas bagi Widia, ia tidak melihat lampu merah sudah menyala dan mobilnya sudah lebih condong ke depan membuat tabrakan itu tidak terelakkan lagi.
Brakkkk....
Mobil itu seketika berhenti dan Widia segera di bawa ke rumah sakit terdekat tidak jauh dari lokasi kejadian perkara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Wirda Lubis
lanjut
2023-04-15
1
Wicih Rasmita
mampir sepertinya bagus ceritanya
2023-03-03
1
Tri Soen
Mampir ya thor....
2023-02-19
1