4. Hamil..!

Bara yang sudah dikuasai gairah menggebu-gebu, tidak lagi melakukan pemanasan. Ia segera menancapkan benda perkasanya pada milik Shanaz membuat Shanaz merasa kesakitan karena miliknya belum terasa lembab. Dan itu sangat membuatnya merasakan perih pada bagian intinya.

Bara memacu tubuh Shanaz dengan liar hingga Shanaz merasakan perutnya begitu sakit.

"Hentikan Bara ...! Perutku sangat sakit." Pinta Shanaz yang terlihat pucat dengan peluh membasahi wajah dan lehernya.

"Aku tidak akan berhenti menyiksamu, Shanaz ...!" Ucap Bara makin gencar menggempur istrinya hingga Shanaz berteriak histeris dan bersamaan dengan itu darah segar langsung keluar dari intinya Shanaz , membuat Bara terbelalak.

"Shanaz ....kau ...! Kenapa bisa berdarah...? Apakah kamu lagi haid sayang?" Tanya Bara terlihat cemas.

"Aku hamil ...!" Ucap Shanaz sambil menahan perutnya yang terasa makin sembelit.

Duaaarrr....

Bara terlihat syok mendengar pengakuan istrinya. Ia tidak menyangka Shanaz merahasiakan kehamilan bayi mereka sendirian tanpa memberitahunya.

Tapi wajah tegang itu berganti panik saat melihat Shanaz akhirnya pingsan karena tidak kuat menahan sakit.

Bara segera membawa tubuh Shanaz ke mobilnya. Ia meminta sopir untuk mengantar mereka ke rumah sakit terdekat.

Setibanya di rumah sakit, Dokter berusaha menyelamatkan janin Shanaz agar tidak keguguran.

Sementara itu, Bara seperti alat gosokan yang mondar-mandir tanpa berhenti membuat Eki menarik tangannya agar duduk diam.

"Duduklah yang tenang Bara ...!" Pinta Eki yang ikut pusing melihat tingkah lakunya Bara yang selalu terlihat egois.

"Kenapa Shanaz begitu tega padaku Eki? Dia hamil bayi kami tapi tidak memberitahuku. Apakah aku sudah di anggap mati olehnya?"

"Apakah kamu memberitahunya saat kamu akan punya anak dari wanita lain, Bara ?"

Eki balik bertanya pada Bara yang terlihat kalut.

"Kenapa kamu selalu membalikkan perkataanku dengan pertanyaan Eki?"

"Karena kamu terlalu egois, Bara. Shanaz melakukan itu karena kamu sudah mendidik dia seperti cara kamu memperlakukan dirinya." Sarkas Eki makin menyudutkan Bara.

"Kami sudah lama menantikan momongan dalam pernikahan kami, tapi di saat kebahagiaan itu hadir...-"

"Saat kamu sudah memberinya luka terlalu dalam pada Shanaz. Pahami sedikit saja perasannya Bara..!" Sela Eki sambil menepuk bahu Bara yang hanyut menarik nafas berat.

"Harusnya kami sudah merayakan kebahagiaan kami saat ini, Eki. Kenapa baru sekarang bayi kami hadir di tengah konflik keluargaku sedang memanas?" Ucap Bara sambil mengusap wajahnya kasar.

"Nasi sudah menjadi bubur, Bara. Apakah saat kamu selingkuh, pernah kamu berpikir bahwa suatu saat bom itu akan meledak membumihanguskan hati kalian berdua seperti saat ini?"

Tanya Eki geram juga dengan sikap Bara yang terlihat tidak ingin disalahkan dengan ulahnya sendiri.

"Aku sudah sepakat dengan Widia agar hubungan kami dijaga sebaik mungkin agar tidak terendus orang-orang yang mengenal kami.

Tapi memang sudah saatnya hubungan kami akhirnya ketahuan juga." Ucap Bara.

Cek..lek ...

Dokter keluar menemui Bara dan membicarakan tentang keadaan kandungnya Shanaz.

"Selamat tuan ..! Janin yang ada dalam kandungannya nona Shanaz , bisa kami selamatkan.

Tolong di jaga dengan baik dan saya harap untuk sementara jauhi aktivitas hubungan intim selama lima bulan ini karena usia kandungannya istri anda memasuki tiga bulan." Ucap dokter Keysa.

"Apakah istriku boleh di bawa pulang, dokter?"

"Tunggu sampai dengan satu pekan ini sampai tidak terjadi lagi pendarahan." Ucap dokter Keysa.

"Baiklah dokter. Terimakasih....!"

Satu pekan kemudian, Shanaz sudah berada di rumahnya. Ia belum bisa beraktivitas seperti biasa karena dokter masih membatasi ruang geraknya.

Sikap diam Shanaz makin menjadi pada sang suami yang hampir membunuh calon bayi mereka. Kali ini Bara tidak lagi memaksakan kehendaknya karena kondisi Shanaz yang sedang hamil muda.

Karena harus menjalani bed rest di rumah, Shanaz menjadi seorang pengangguran. Iapun memilih menghabiskan waktunya dengan merawat Baby Tisha.

Bayi berusia empat bulan ini makin menggemaskan Shanaz. Walaupun putri dari madunya itu belum bisa bicara, namun Shanaz mengajarkan apa saja pada Baby Tisha.

Hingga usia kandungan Shanaz mencapai tujuh bulan, Shanaz terlihat makin cantik dan seksi.

Sementara baby yang sudah bisa merangkak selalu mengusap perut maminya dan menciumnya penuh sayang.

Seperti saat pagi itu, Shanaz sedang mandi bersama Tisha di dalam bathtub. Pintu kamar mandi yang tidak di kunci membuat Bara yang masuk begitu ingin pipis tersentak melihat wajah cantik Shanaz dengan rambut yang di ikat asal.

Tubuhnya terlihat sampai bagian dada sekangnya yang terendam air hanya setengah membuat mata Bara tidak berhenti menatap wajah istrinya dari kaca wastafel.

Bukit kembar yang makin mekar itu seakan menggodanya untuk

dihisap. Sang junior nampak tidak mau ketinggalan saat penampakan seksi itu bangkit perlahan memperlihatkan seluruh tubuhnya dan turun dari bathtub hendak meraih handuknya, tapi Bara lebih dulu menjauhkan handuk itu.

"Berikan handuk itu ..!" Pinta Shanaz dengan wajah masam.

"Biar aku yang membantu mengusap tubuh kalian."

Ucap Bara yang mendekati Tisha duluan mengusap tubuh putrinya dan membawanya ke kasur.

Ia kembali lagi masuk ke kamar mandi mengusap tubuh Shanaz dengan tangan yang gemetar.

Shanaz yang juga mengharapkan sentuhan suaminya mulai tergoda dengan membiarkan suaminya melahap bagian pangkal pahanya hingga satu kaki Shanaz sudah berada di pundaknya.

"Ahhhhh....Shanaz mende$ah nikmat merasakan kehangatan lidah suaminya yang memanjakan miliknya di bawah sana.

Kedua tangan Shanaz bertumpu pada wastafel merasakan kembali setiap kecupan hangat Bara merambah naik ke punggungnya saat ini.

Merasa tidak ada perlawanan, Bara menancapkan benda perkasanya memasuki tempat yang sudah lama tidak bisa ia jangkau.

Permainan itu berlangsung singkat karena Baby Tisha di atas kasur sendirian yang hanya di beri Bara memegang ponselnya.

Rupanya Baby Tisha tertidur dengan tubuhnya yang belum memakai baju.

Beruntunglah temperatur AC di kamar tidak terlalu kencang hingga bayi itu tidak merasa kedinginan.

Sementara di dalam kamar mandi Bara seperti orang kelaparan yang mendapatkan makanan enak hingga terus memacu istrinya.

Lenguhan panjang disertai erangan Shanaz, membuat Bara makin bergelora melakukan apapun pada tubuh istrinya.

Rengekan manja Shanaz, kala sang suami kembali mendudukinya di atas wastafel dan kembali memanjakan miliknya di bawah sana, membuat Bara tidak berhenti mengusap cairan kenikmatan milik istrinya.

Usai melakukan percintaan, Shanaz dan Bara membersihkan lagi tubuh mereka di bawah pancuran shower dan sesekali keduanya saling berciuman.

"I love baby...! Thank you, honey..!" Ucap Bara yang sudah mendapatkan lagi jatahnya.

Shanaz terlihat masih malu-malu menyatakan perasaannya pada Bara.

"Astaga...! Baby Tisha..!" Shanaz baru ingat dengan anak itu dan segera menemui baby Tisha yang sudah tertidur sambil menggenggam ponsel milik ayahnya.

"Maafkan mami, sayang! Sampai melupakanmu." Ucap Shanaz lalu mencium kening putrinya.

Bara menyelimuti putrinya supaya baby Tisha tidak masuk angin.

Terpopuler

Comments

Wirda Lubis

Wirda Lubis

lanjut

2023-04-15

1

sasri

sasri

shanaz begitu sabar merawat tisya

2023-02-25

2

Iqlima Al Jazira

Iqlima Al Jazira

next thor..
menunggu baby tisya berceloteh🤭

2023-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!