Ikatan Cinta Suami Korea

Ikatan Cinta Suami Korea

Surat perjanjian

"Negatif !"

Kedua sudut mata bulatnya mulai mengeluarkan cairan bening seraya menatap pada sebuah benda panjang dan terdapat garis satu berwarna biru. Untuk ke sekian kalinya dia melakukan tes kehamilan dengan harapan sosok malaikat kecil yang bernyawa sudah hadir di dalam rahimnya. Dengan linangan air mata dia mengusap perutnya yang masih terlihat rata dan berkata,"kenapa kamu belum saja hadir di perut mama nak? apa yang harus mama lakukan agar kamu segera hadir? tolong mama nak, mama tidak ingin berpisah dari papamu."

Norin tidak bisa membayangkan jika suatu hari nanti dia harus berpisah dengan sang suami yang sangat di cintai nya. Suami mualaf yang baru enam bulan menikahinya di sebuah pondok pesantren milik pamannya tanpa dia duga. Norin sendiri tidak pernah berkhayal bahkan bermimpi akan di nikahi oleh bos nya sendiri sekaligus pria yang sudah merenggut kesuciannya. Pria asing yang tampan dan rupawan serta kaya raya berkebangsaan Korea.

Flashback

Brakk...

Sebuah file serta satu buah pena tergeletak di atas meja tepat di hadapan Norin yang sedang duduk di sebuah kursi sembari membaca buku. Nyonya Hoon telah melemparnya dengan kasar sehingga membuatnya terperanjat. Norin segera menutup bukunya, menegak kan posisi duduknya lalu meraih file itu dengan perasaan ragu. Sejenak dia memperhatikan file di tangannya kemudian mendongak melihat pada kedua orang yang sangat dihormatinya sedang berdiri angkuh di hadapannya yang berjarak dua meter darinya.

Dengan perasaan campur aduk antara heran, terkejut, serta gugup, dia memberanikan diri untuk bertanya pada kedua mertuanya itu." Dad...Mom..apa ini?"sembari menunjukan file yang tengah di pegang olehnya pada mereka.

Nyonya Hoon tersenyum sinis kemudian menumpukan ke dua belah tangan nya di atas perutnya dan berkata,"baca saja dan setelah itu segera kau tanda tangani tanpa harus protes," titah nyonya Hoon, tegas dan menekan serta tatapan tajamnya tidak lepas dari wajah cemas sang menantu yang tak pernah di anggap olehnya.

Sejak dari pertama kali Norin menginjak kan kakinya di rumah besar keluarga Hoon yang bertempat di Seoul, Korea, nyonya Hoon sudah menunjukan sikap ketidaksukaan nya pada Norin sebagai seorang menantu yang berasal dari Indonesia. Dia tidak pernah merestui pernikahan Shin dengan wanita yang di anggapnya sebagai wanita miskin serta berpenampilan aneh. Sebab, di negara korea tidak ada wanita yang berpenampilan seperti Norin, memakai baju tertutup serta hijab panjang dan hanya menampakan wajah serta telapak tangan saja.

Menurut nyonya Hoon, Norin tidak pantas berada di tengah - tengah keluarga Hoon yang berkiblat pada paham atheisme sekaligus keluarga kaya raya pemilik perusahaan Nobland Group yang terpandang dan terhormat.

Nyonya Hoon beranggapan bahwa pernikahan mereka merupakan sebuah kesalahan besar karena menikah tanpa sepengetahuannya serta suaminya, Yeun jin Hoon. Dia sangat menyesali kenapa anaknya yang sempurna itu menikahi seorang wanita biasa berasal dari Indonesia serta dari kasta bawah.

Dengan tangan sedikit gemetar Norin menuruti perintah nyonya Hoon untuk membuka sampul file berwarna kuning kemudian menemukan selembar kertas putih berisi tulisan. Dia membacanya setiap kata demi kata dan dalam hitungan detik wajahnya berubah menjadi tegang, ternyata kertas itu merupakan sebuah kertas berisi perjanjian yang telah di buat oleh mertuanya untuk dirinya yang mana perjanjian itu berisi dua pilihan yaitu yang pertama, Norin harus meninggalkan negara Korea serta meninggalkan suaminya untuk selamanya. Dan yang ke dua, Norin tetap berada di Korea dan menjadi istri anaknya namun harus merelakan suaminya untuk menikah lagi dengan wanita lain jika dalam satu tahun ini dia tidak bisa memberikan keturunan untuk keluarga Hoon.

Sungguh dua pilihan yang sangat berat tentunya, bagaimana mungkin Norin sanggup menyetujui dua pilihan itu karena dia sendiri sangat mencintai anak mereka. Kedua bola mata bulatnya mulai berkaca kaca, Norin tidak menyangka baru tiga bulan usia pernikahannya dengan Shin, dia sudah mendapatkan tuntutan dan tekanan dari sang mertua.

Norin menatap getir pada kedua mertuanya yang masih berdiri angkuh dan seolah olah memandang rendah dirinya. Nyonya Hoon yang dia hormati selama ini tidak pernah menunjukkan kesukaannya pada dirinya sejak awal kehadirannya di rumah besar keluarga Hoon. Sementara Tuan Hoon sendiri berubah sikap dari yang mulanya bersikap baik dan hangat menjadi dingin padanya. Air mata Norin mulai mengalir ke dasar pipi mulusnya, dia tidak pernah memikirkan tentang bagaimana sikap orang tua suaminya terhadap dirinya ketika dia memutuskan untuk ikut dengan sang suami tinggal bersama mertuanya di korea.

"Cepat kau tanda tangani kertas itu wanita aneh, aku jijik sekali melihat air mata wanita munafik seperti mu." Nyonya Hoon menekan kan kembali apa yang harus Norin lakukan setelah membacanya. Kekesalannya semakin bertambah karena Norin tidak langsung menandatangi kertas itu melainkan dia mengeluarkan air mata. sebab, nyonya Hoon sendiri tidak suka melihat orang menangis. Dia beranggapan bahwa orang menangis merupakan orang yang bodoh dan lemah, maka tak jarang dia menyebut Norin adalah wanita bodoh dan lemah karena sering kali menangis.

Air matanya semakin mengalir deras, rasanya ingin mengatakan bahwa dia tidak mau menandatangi perjanjian itu namun lidah nya terasa kelu dan sulit mengucapkan kata kata.

"Jangan kau buang buang waktu kami, apa kau pikir kami sudi memiliki menantu yang asal usulnya tidak jelas sepertimu? harus nya kau sadar diri siapa dirimu? kau tak pantas berada di tengah tengah kami." Nyonya Hoon kembali menekan Norin dengan suara lantang.

Tuan Hoon sendiri sebenarnya merasa iba pada sang menantu yang tidak pernah di perlakukan baik oleh istrinya. Namun ego nya yang sangat besar untuk memiliki seorang keturunan dari Shin membuatnya menutup mata dan hatinya. Kemudian dia pun ikut berkata," benar apa yang dikatakan istriku, kau jangan membuang buang waktu kami. Kau tau siapa aku bukan? aku harus memiliki seorang keturunan sebagai penerus ku, jika aku tidak memiliki penerus lantas siapa yang akan meneruskan perusahaan besar ku ini di masa depan? aku harap kau mengerti keinginanku."

Tekanan dari kedua mertuanya membuat Norin tidak bisa berbuat apa apa. Mereka sama sekali tidak memberikan toleransi padanya dan mau tak mau dia harus mengikuti keinginan kedua mertuanya untuk menanda tangani kertas yang masih di pegang erat olehnya meskipun sebenarnya sangat berat, berat sekali.

Norin mengusap air matanya terlebih dahulu sebelum menorehkan tinta berwarna hitam di atas kertas tersebut, kemudian dia berucap dalam hati."Maaf kan aku suamiku atas apa yang aku lakukan tanpa sepengetahuan dan seijin mu. Ketahuilah apa pun yang terjadi nanti aku akan selalu mencintaimu sepanjang hayat ku."Setelah berkata dalam hati, Norin pasrah dan dengan tangan gemetar dia membubuhkan tanda tangannya di atas kertas perjanjian yang tersebut. Hal itu tentu saja di sambut tepuk tangan serta senyuman yang merekah di bibir Nyonya Hoon.

"Ingat, kau tidak boleh mengadu pada anak ku tentang perjanjian ini. Jika tidak, lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu."Nyonya Hoon mengancam, kemudian dia mengambil kasar file yang sudah di tanda tangani di atas meja lalu beranjak pergi dari hadapan Norin. Sementara tuan Hoon hanya melirik ke arah nya tanpa berucap sepatah kata pun padanya. Setelah itu, dia pergi begitu saja meninggalkan sang menantu yang tengah tergugu.

Norin memegang dadanya yang terasa sesak sekali dan dia berkata menenangkan perasaannya sendiri." Sabar Norin...sabar...ini masih tiga bulan dan masih ada sisa sembilan bulan lagi, yakin lah kamu pasti bisa memberikan mereka seorang keturunan seperti yang mereka inginkan." Setelah berkata, dia memejamkan matanya dan berharap apa yang telah terjadi merupakan hanya sebuah mimpi buruk bukan kenyataan pahit.

Flashback off

Setiap hari Norin merasa menjalani kehidupannya dengan perasaan tidak pernah tenang mengingat perjanjian dirinya dengan mertuanya yang selalu berputar putar di otaknya. Dan sekarang kecemasan pun mulai menyelimuti hatinya karena sudah enam bulan usia pernikahannya dia masih saja belum kunjung hamil. Norin berpikir bagaimana nasib rumah tangganya jika dia benar benar tidak bisa hamil dalam jangka waktu satu tahun ini.

"What are you doing here, honey?" Suara bariton sang suami menyapanya.

Terpopuler

Comments

ciru

ciru

cakeep. Aduh Norin ternyata penderitaanmu belum berakhir jg 😭😭

2023-07-09

0

Ety Nadhif

Ety Nadhif

berawal dari othor ngikuti akun ku,,aku mampir deh ,,semoga cocok sama hati aku

2023-06-24

2

Lili aja❤️

Lili aja❤️

hadir Thorr 💞💞💞

2023-06-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!