"Hei, kau...kemari," panggil nyonya besar Hoon pada Norin yang baru saja masuk setelah mengantar Shin ke depan rumah. Norin menoleh dan mengangguk kecil kemudian berjalan mendekatinya.
"A...ada apa mommy?" tanya Norin dengan wajah menunduk, dia gugup serta takut ibu mertuanya akan mempertanyakan lagi tentang kehamilan nya.
"Mommy!"ucap ulang nyonya Hoon, pupil matanya melebar.
"Ma....maaf, maksud saya nyonya besar. A..ada apa nyonya besar memanggil saya?"tanya Norin ulang, dia meralat panggilan untuk nyonya Hoon.
Nyonya Hoon mendengus kesal, dia tidak suka Norin memanggilnya sama dengan panggilan Shin padanya."Dengar wanita aneh, aku tidak ingin mendengar lagi kau memanggilku mommy selain ketika di depan anak ku." Nyonya Hoon mengingatkan nya kembali dan peringatan ini merupakan pengingatan untuk yang kedua kalinya.
Norin menelan saliva nya dengan susah payah, sebegitu bencinya wanita yang telah melahirkan suaminya sehingga nyonya hoon tidak memperbolehkan Norin memanggilnya mommy. Setelah berhasil menelan saliva nya dia berkata,"baik nyonya besar, saya mengerti." Norin menjawab dengan tegas.
"Bagus."
Kemudian nyonya Hoon melihat pada jam mewah yang melingkar di tangannya lalu melihat kembali pada Norin yang masih berdiri di hadapannya dan berkata,"dengar aku, sebentar lagi teman temanku akan datang dan aku mau kau menyiapkan hidangan untuk mereka, kau paham?" meskipun Norin merasa heran namun Norin memilih mengangguk saja dan tidak ingin membantah perintah nyonya hoon.
Satu jam kemudian. Norin membawa sebuah nampan berisi beberapa minuman segar di atasnya lalu menghampiri sekumpulan wanita sosialita yang tengah berkumpul di dalam sebuah ruangan yang cukup besar. Setelah itu, dia meletak kan satu persatu minuman segar itu di atas meja. Penampilannya yang berhijab serta baju tertutup ternyata menjadi pusat perhatian mereka yang sedang melakukan jual beli berlian.
Norin merasa gugup di pandang aneh dan beberapa dari mereka memandang sinis ke arahnya sehingga secara tak sengaja dia menumpahkan satu gelas minuman dan cairan itu mengenai salah satu kaki jenjang milik seorang wanita cantik memakai dress sebatas atas lutut.
"Oh,f u c k i n s h i t," umpat wanita itu dengan kasar. Sorot matanya menatap tajam ke arah Norin. Norin sendiri sangat terkejut atas apa yang sudah dia lakukan secara tidak sengaja, kemudian dia segera memohon maaf."Maaf nona, saya benar benar tidak sengaja," sembari menundukkan wajahnya.
"Apa kau tidak punya mata, hah?"bentak wanita itu. Norin menggeleng pelan kemudian memohon maaf kembali." Maafkan saya nona saya benar benar tidak sengaja." Wajahnya masih menunduk.
Kemudian wanita itu menoleh pada nyonya Hoon yang tengah menatap tajam ke arah Norin dan berkata," Lihat aunt, wanita sialan ini telah mengotori kaki ku hingga menjadi kotor, lantas bagaimana ini?"wanita itu mengadu pada nyonya Hoon.
Nyonya Hoon semakin geram pada Norin, dia seperti di permalukan olehnya sehingga dia pun ikut membentaknya." Dasar wanita tidak tau diri. Kau sudah membuat kekacauan serta membuatku malu pada teman temanku, cepat kau bersihkan kaki nona jenny, maid."
Norin memejamkan matanya mendengar perintah nyonya Hoon. Bukan masalah perintahnya yang menjadi persoalan melainkan ucapan sang ibu mertua yang telah menyebutnya sebagai seorang pembantu di hadapan teman temannya. Meskipun sebenarnya hal itu merupakan bukan lah yang pertama baginya melainkan sudah berulang kali nyonya Hoon menyebutnya sebagai pembantu tapi tetap saja Norin merasa sedih sehingga dia meneteskan air mata.
"Hei, kau dengar tidak apa yang aku perintahkan wanita bodoh?" nyonya Hoon membentak ulang, karena norin masih saja menunduk dan belum melaksanakan perintahnya. Norin menghela nafas lalu segera mengusap air matanya dan berkata," baik nyonya!" kemudian beranjak pergi menuju dapur.
Norin memanggil nyonya Hoon dengan sebutan nyonya ketika di hadapan orang orang namun memanggil mommy ketika di hadapan Shin karena nyonya Hoon sendiri yang memerintahkan demikian dan Shin sendiri tidak pernah mengetahuinya.
Setelah tiba di dapur yang cukup luas Norin mencari seorang pelayan khusus dapur namun dia tidak menemukan keberadaanya.
"Kemana bibi Liu?" gumam Norin sembari pandangannya mengarah ke segala penjuru dapur. Tidak ingin membuang waktu, Norin mencari lap bersih sendiri. Dia membuka satu persatu laci kitchen set namun tidak satupun di temukan nya." Dimana bibi Liu menyimpan lap bersih?" Norin bergumam. Namun ditengah kebingungannya seseorang menyapanya dari arah belakang punggungnya.
"Nyonya muda, apa yang sedang anda cari?" Norin sedikit tersentak kemudian berbalik dan nampak wanita paruh baya yang tengah dia cari sedang berdiri tegak di hadapannya.
"Oh, bibi Liu, saya mencari anda sejak tadi. Anda dari mana saja?" tanya Norin karena tidak biasanya bibi Liu meninggalkan area dapur di saat saat jam tertentu.
"Maaf nyonya, tadi nyonya besar meminta saya untuk membantu Yuan membersihkan area taman belakang." Bibi Liu memberikan alasan ke tidak beradaannya di dapur.
Norin mengernyitkan dahi, dia heran kenapa Nyonya Hoon menyuruh bibi Liu membersihkan area taman belakang padahal itu merupakan bukan tugasnya. Tugas bibi Liu hanya memasak, memberi hidangan pada tamu serta membersihkan area dapur saja.
"Apa mommy sengaja agar aku yang mengambil alih pekerjaan bibi Liu?" pikiran Norin mengarah ke arah kesengajaan mertuanya untuk mengerjainya.
"Nyonya muda, ada apa?" tanya bibi Liu yang merasa heran melihat Norin tengah termenung.
"Oh, tidak bibi, saya membutuhkan lap bersih. Apa bibi tau dimana tempatnya?"
"Lap bersih, untuk apa nyonya?" tanya bibi Liu penasaran.
"Saya tidak sengaja menumpahkan minuman jeruk lalu mengenai sedikit kaki salah satu teman nyonya Hoon dan saya ingin membersihkannya."
"Astaga nyonya, apakah nyonya besar menyuruh anda membuatkan minuman untuk teman temannya? Dengan wajah terkejut bibi Liu bertanya kembali dan Norin mengangguk.
"Tapi kenapa nyonya besar tidak menyuruh saya melainkan menyuruh saya membantu Yuan membersihkan taman belakang?" Bibi Liu tak kalah herannya dengan Norin. Sementara Norin menggelengkan kepalanya karena dia sendiri tidak mengerti maksud dari nyonya Hoon sendiri.
"Bibi, dimana lap nya? saya tidak banyak waktu mereka pasti sudah menunggu saya." Norin menanyakan kembali lap bersih yang dia butuhkan.
"Ah, ya nyonya, sebentar saya ambilkan."Bibi Liu berjalan cepat ke arah kitchen set kemudian dia membuka salah satu laci yang belum sempat di buka oleh Norin. Setelah itu dia memberikan lap bersih tersebut padanya sambil berkata,"Ini nyonya muda!" Norin tersenyum lalu meraih lap di tangan bibi Liu dan mengucapkan terima kasih padanya. Selanjutnya Norin mengambil air bersih dan menaruhnya di sebuah wadah kecil kemudian beranjak pergi meninggalkan dapur serta bibi Liu.
Bibi Liu menatap punggung nyonya mudanya dengan perasaan iba karena sejak pertama kehadirannya di rumah besar keluarga Hoon, nyonya muda Hoon tak pernah mendapat perlakuan baik dari nyonya besar Hoon. Entah mengapa nyonya besar Hoon sangat membencinya. Meskipun penampilannya berbeda dari orang orang di negaranya termasuk dirinya tapi nyonya muda Hoon memiliki sikap yang baik dan lembut pada semua pelayan yang ada di rumah besar keluarga Hoon.
Norin kembali lagi ke tempat dimana nyonya Hoon sedang berkumpul bersama teman teman sosialitanya. Namun sebelum Norin sampai di tempat mereka, tanpa sengaja dia mendengar percakapan mereka yang cukup menyakiti hatinya.
"Kenapa anda bisa memiliki menantu berpenampilan aneh seperti wanita itu nyonya Hoon?" tanya salah satu temannya.
"Jangan kau sebut dia menantuku karena aku tidak sudi memiliki seorang menantu bodoh dan tidak jelas asal usulnya seperti dia," jawab nyonya Hoon dengan sinis serta suara lantang sehingga membuat beberapa temannya tercengang mendengarnya.
"Lantas kenapa anak anda bisa menikahinya nyonya, sementara anda saja tidak menyukai wanita itu?"
"Itulah yang aku sesalkan, kenapa anak ku menikahi wanita bodoh itu tanpa sepengetahuan kami. Andai saja sejak awal aku serta suamiku tau jika Hoon pergi ke Indonesia lalu menikahi wanita itu, mungkin kami sudah mencegahnya."
"Jadi, wanita itu orang Indonesia?" tanya salah satu temannya yang lain.
"Ya, kalian tau bukan negara Indonesia? wanita itu orang Indonesia, berasal dari keluarga miskin, bodoh dan berpendidikan rendah lalu di angkat derajatnya oleh anak ku. Aku sendiri heran, apa yang menarik dari wanita itu sehingga Hoon menikahinya."
"Apa jangan jangan dia hanya menginginkan harta kalian saja nyonya Hoon!"
"Aku rasa seperti itu, tapi lihat saja aku tidak akan membiarkan dia mengambil harta kami satu sen pun."
Norin memegang dadanya yang terasa sesak sekali mendengar hinaan serta tuduhan nyonya Hoon yang selama ini dia hormati meskipun tidak pernah bersikap baik padanya. "Astaghfiruallah hal adzim!" Norin mengucap kan kalimat istighfar agar hati dan fikirannya tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ciru
cakeep.
2023-07-09
0
Maulana ya_Rohman
semoga setelah hujan ada pelangi🤧
2023-04-12
3
Tri Handayani
kasian norin thorr'jngan buat trlalu menderita...lanjut thorrr'semangat
2023-02-09
2