Norin terkejut mendengar suara suaminya yang bersumber dari arah belakang punggungnya. Dia menjadi panik lalu segera menghapus air matanya dengan asal. sebab, dia tidak ingin suaminya mengetahui jika dirinya tengah menangis hanya karena sebuah testpack yang telah menunjukan hasil negatif.
Norin pikir Shin masih tidur ketika dia beranjak dari tempat tidur tapi ternyata Shin sudah terbangun dan mencarinya hingga ke walk in closet. Shin sendiri merasa heran kenapa istrinya lama sekali berada di walk in closet, oleh sebab itu, dia menyusulnya dan mendapati sang istri hanya berdiri mematung membelakanginya.
Baru saja Norin menghapus air matanya, tiba tiba dua buah tangan kekar sudah melingkar di perut ratanya, sebuah dagu mendarat di pundaknya kemudian bisikan lembut dan manja menyapanya," kamu sedang apa di sini sayang? kenapa lama sekali meninggalkan aku sendirian di ranjang?" Setelah menyapa, dia mengecupi punggung mulus milik sang istri yang masih berdiam diri.
Sejenak Norin memejamkan matanya menetralisir perasaannya. Setelah di rasa perasaannya stabil, dia membalik kan tubuhnya menghadap pada wajah tampan Shin lalu memberikan senyuman semanis mungkin padanya.Tangan kanannya bergeliar manja di dada bidang yang terbuka sambil berkata," aku sedang mencari pakaian ganti sayang." Norin berusaha bersikap setenang mungkin agar suaminya tidak curiga.
Semenjak tinggal di rumah besar keluarga Hoon, Norin kerap kali bicara bohong pada Shin menutupi perlakuan buruk kedua mertuanya padanya. Bukan tanpa alasan dia berbicara bohong, sebab, Norin sendiri tidak ingin hubungan antara anak serta orang tua menjadi renggang hanya karena pengaduannya.
Kelakuan tangan nakal Norin membuat Shin merasa kegelian dan membangunkan birahinya namun hal itu dapat dikendalikan setelah mendapati sisa air mata yang menempel di wajah Norin. Kemudian Shin meraih wajahnya lalu menghapus jejak air mata yang masih ada secara perlahan. Apa yang di lakukan oleh Shin sontak saja membuat Norin terkejut, bagaimana bisa dia melupakan tentang bagaimana kondisi wajahnya setelah menangis melihat hasil testpack.
"Kenapa ada sisa air mata di wajahmu? apa kau habis menangis sayang?" Shin bertanya, Sorot mata sipitnya tak lepas dari wajah sembab Norin.
Norin membisu, dia kebingungan alasan apa yang harus dia katakan pada Shin.
Shin menatap lekat wajah cantik Norin, ada rasa kekhawatiran di dirinya pada wanita yang sangat dia cintai melihat wajahnya terdapat jejak air mata, kemudian dia bertanya ulang," what happen, what happen, honey? tell me please."
Tidak ada alasan yang bisa Norin katakan pada Shin selain menundukkan wajahnya menghindari tatapan menyelidik, rasanya dia tidak sanggup di tatap demikian oleh pria yang sangat tulus mencintainya.
Kemudian Shin melepaskan sebelah tangan dari pinggang rampingnya dan meraih dagunya, menatap lekat sorot mata bulatnya kemudian memberikan kecupan singkat pada bibirnya dan berkata," bibir manis mu ini tidak pernah bicara bohong pada suamimu, katakanlah sayang, ada apa?"
Norin masih membisu, hatinya terasa teriris mendengar ucapan sang suami yang selalu mempercayai setiap kata kata yang dia lontarkan padanya. Tidak pernah bicara bohong, anggapan Shin selama ini padanya namun sebenarnya Norin selalu menciptakan kebohongan di antara mereka.
Ingin rasanya Norin bicara jujur bahwa dia telah menanda tangani sebuah surat perjanjian dengan orang tua shin tiga bulan yang lalu. Namun, dia berpikir ulang dan dia tidak ingin mendapatkan sebuah resiko yang dapat memperburuk hubungan antara dirinya serta suaminya mengingat ancaman yang telah di katakan oleh nyonya Hoon padanya.
"Sayang, katakanlah ada apa? kenapa kau menangis, hem?" untuk ke sekian kalinya Shin bertanya ulang karena Norin masih saja belum ingin menjawabnya.
Shin menghela nafas pendek, sedikit kesal pada istrinya yang diam saja. Kemudian dia meraih tangan kirinya dan tak sengaja dia merasa seperti memegang benda keras dan panjang dalam genggamannya. Norin menyadari itu, dia segera mempererat genggaman tangannya, dadanya berdegup kencang, kecemasan mulai terlukis di wajahnya, Norin tidak ingin sang suami mengetahui apa yang sudah dia lakukan.
Pandangan Shin beralih ke arah bawah dimana letak benda yang sedang di pegang erat oleh Norin, kemudian Shin bertanya dengan rasa penasaran."Sayang, apa yang sedang kau pegang itu?"
Norin berusaha menetralisir perasaan gugupnya agar tenang kembali, setelah itu dia menjawab," bukan apa apa sayang, ini hanya...!"ucapannya terhenti, seketika dia teringat perkataan Shin yang mengatakan bahwa dia tidak pernah bicara bohong. Apakah saat ini Norin harus bicara bohong kembali pada suaminya? suami yang selalu mempercayai setiap ucapannya.
Di tengah kediaman Norin, Shin mengambil paksa benda tersebut. Norin membulat kan pupil matanya, dia menjadi panik karena Shin telah mendapati benda yang dapat membuatnya marah padanya.
"Testpack!"ucap Shin lirih. Kemudian pandangannya di alihkan pada wajah panik sang istri.
Norin segera menundukkan wajahnya kembali menghindari tatapan tajam Shin padanya. Dia me re mas buku buku jarinya sebagai suatu kebiasaan ketika tengah dalam kondisi cemas atau panik.
"Kamu menggunakan testpack lagi? apa gara gara ini kau menangis?"Shin memberikan pertanyaan dengan nada menekan membuat Norin semakin menundukkan wajahnya.
"Sudah berkali kali ku katakan padamu jangan pernah lagi menggunakan benda ini tapi kenapa kau masih saja menggunakannya? apa aku pernah menuntut mu untuk segera memberikan ku seorang anak, tidak pernah bukan?"sambung Shin dengan suara tinggi. Kemudian Shin melemparnya ke dinding sehingga benda tersebut memantul lalu terjatuh dan tergeletak di atas lantai. Setelah itu, shin mengacak acak rambutnya merasa frustasi.
Wajar saja jika Shin merasa kesal terhadap apa yang dilakukan oleh istrinya. Dia tidak habis pikir istrinya masih saja membandel tidak mau menuruti apa yang telah dia katakan berulang kali untuk tidak mempermasalah kan soal keturunan. Bukan tanpa alasan Shin bersikap demikian, dia hanya tidak ingin melihat Norin selalu sedih dan menangis hanya karena belum diberi rezeki seorang anak di tengah tengah mereka.
Kedua bahu Norin berguncang pelan, dia menangis tapi bukan menangis karena mendapat kemarahan dari Shin melainkan dia menangisi dirinya sendiri yang tak kunjung hamil serta mengingat surat perjanjian yang sudah terlanjur di tanda tangani olehnya. Norin sedih, bagaimana jika setelah satu tahun usia pernikahannya dia harus berpisah dari Shin.
Shin mengusap wajahnya dengan kasar lalu melihat ke arah sang istri yang tengah menangis sembari menunduk. Ada rasa penyesalan di dirinya, dia menyesal telah membentak sang istri yang berhati lembut dan membuatnya menangis kembali.
Tangan Shin terulur meraih tubuh bergetar sang istri lalu membawanya ke dalam dekapannya, memeluknya erat serta menciumi pucuk kepalanya dan berkata,"maafkan aku sayang, bukan maksudku untuk memarahi mu, aku hanya tidak ingin kau selalu mengecek nya dan membuatmu menangis. Aku tidak ingin melihat mu sedih dan menangis karena aku menikahi mu untuk membahagiakanmu bukan untuk membuatmu sedih."
Kemudian Shin menakup wajah Norin dengan kedua tangannya, sambil menghapus air matanya yang terus menerus mengalir dia berkata kembali." Berhentilah menangis sayang, ingat, ada atau tanpa kehadiran seorang anak di tengah tengah kita, aku akan selalu mencintaimu dan tidak akan pernah meninggalkan mu. Aku menikahi mu bukan karena seorang anak tapi aku menikahi mu karena aku ingin di sepanjang hidupku di temani olehmu hingga ke Jannah, karena kamu adalah bidadari surga dunia ku. Jika Allah menghendaki memberikan rezeki seorang anak itu merupakan suatu bonus pelengkap rumah tangga kita, namun jika Allah tidak memberinya tidak apa apa, kita masih bisa menjalani hidup kita berdua saja hingga menua."
Perkataan Shin yang bijak mampu menghangatkan perasaan Norin, dia terharu kemudian menenggelamkan wajahnya di dada bidang Shin dan menangis kembali. Dalam hati dia bersyukur meskipun kedua mertuanya tidak menyukai nya namun dia memiliki sosok suami yang begitu pengertian serta mencintainya dengan tulus.
Beberapa saat kemudian, air mata Norin telah surut dan di gantikan oleh senyuman mengembang di bibirnya, tangannya terangkat mengelus pipi Shin dan berkata," terima kasih atas cinta mu yang begitu besar padaku, kau tau bahwa aku sangat mencintaimu suami sholeh ku, sangat."
Shin tersenyum hangat kemudian meraih telapak tangan Norin yang masih menempel di pipinya lalu menciuminya bertubi tubi.
"Begitu pula denganku, aku sangat mencintaimu, sangat...sangat...bidadari ku, istri sholehah ku," kata Shin sembari terus menerus mengecupi telapak tangan sang istri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
ciru
cakeep.
2023-07-09
0
Maulana ya_Rohman
😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2023-04-12
2
Baihaqi Sabani
huft.....seandainyaaaa shin tahu......momy n dady yaaaaa
2023-03-22
2