DERITA MENANTU RAHIM YANG KOSONG
Hilwa Anindya saat ini sedang berada di kamar. Dia sedang berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya. Mencoba mencari baju dan hijab yang cocok untuknya.
Siang ini Hilwa akan kedatangan tamu, yang sudah dia tunggu-tunggu. Seorang laki-laki yang sudah 2 bulan ini menjalani komunikasi dengannya.
Laki-laki itu mengaku bernama Reno Ardinata yang awalnya dia kenal di Media sosial. Setelah melakukan pendekatan selama 2 bulan, akhirnya Reno memutuskan untuk mengunjungi rumah Hilwa.
Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, yaitu mengerjakan pekerjaan rumah seperti gadis pada umumnya. Hilwa bersiap-siap memakai baju yang telah dia pilih.
Dia sedikit memakai polesan di wajahnya. Serta tidak lupa memakai hijab yang senada dengan warna baju yang dia pakai.
Tok. . tok. .tok
Suara ketukan pintu depan terdengar. Hilwa menoleh dan bergegas untuk membukanya.
Hilwa terkejut, melihat sesosok laki-laki sedang berdiri di depan itu.
"Assalamu'alaikum" Laki-laki itu tersenyum dan menatapnya.
" Ka-kak Reno? apakah benar, ini ka Reno??" ucapnya yang masih ragu. karena baru kali ini bertemu secara langsung.
" Iya benar, saya Reno. Bukankah kita sudah janjian untuk bertemu?"
" Aah iya, maaf kak. Aku tidak menyangka kakak akan sepagi ini datang ke rumah "
Reno pun gelagapan. Benar, Reno memberitahu Hilwa akan berkunjung siang hari. Tapi karena dirinya sudah tidak sabar dan takut terkena macet, sehingga pagi-pagi sekali berangkat dari rumah.
Dia tidak menyangkan, akan tiba sepagi ini di rumah Hilwa. Karena jalanan yang lancar tanpa adanya kemacetan sepertinya biasanya.
" Eumm kakak, berangkat dari rumah pagi-pagi sekali, karena takut terkena macet. Tapi sepertinya jalanan pun tidak ingin menghambat niat kakak untuk segera menemui mu" Reno mengusap tengkuknya untuk menahan malu.
Hilwa pun tersenyum yang melihat tingkah Reno. Menurutnya, Reno sosok laki-laki yang humoris. Dan dia sangat menyukainya.
" Ayo duduk kak !" Hilwa yang mempersilahkan tamunya untuk duduk di teras rumah. Karena orangtuanya sedang tidak ada dan takut menimbulkan fitnah.
" Maaf ya kak, aku tidak bisa mengajak kakak untuk masuk. Sebab di rumah tidak ada siapa-siapa"
" Iya gak apa-apa, neng. Di sini lebih nyaman"
Hilwa pamit pergi ke dapur, untuk mengambil minum dan camilan.
Setelah selesai membuatnya, Hilwa kembali ke teras rumah.
" Maaf kak, hanya teh saja" Hilwa yang meletakkan cangkir teh di atas meja.
" Terimakasih neng. Kebetulan kakak sedang haus" Reno tanpa basa-basi langsung meminumnya.
Ya, Reno tipe orang yang tidak neko-neko. Bawaannya yang jujur dan humoris yang membuat Hilwa merasa nyaman telah mengenal laki-laki yang sedang duduk di sampingnya.
Awalnya Hilwa mengenal sosok Reno di media sosialnya. Reno yang meminta pertemanan dan langsung mengirimkan pesan.
Komunikasi mereka terjalin sejak saat itu. Hilwa yang awalnya ragu, tapi karena Reno terus mengirimkan pesan dan mengajaknya untuk berkenalan. Dan akhirnya, obrolan itu beralih ke jalur pribadi.
Mereka semakin intens, saling bertukar obrolan. Hingga setelah satu bulan, Reno menyatakan perasaannya, ingin lebih mengenal sosok wanita yang sudah mencuri perhatiannya, sejak pertama kali melihat foto profil di akun media sosialnya.
" Neng, memang bapa dan ibu pergi kemana?" Reno berbasa-basi
" Bapak pergi bekerja dan ibu sedang mengantar Alif ke sekolah"
" Kakak jam berapa berangkat dari rumah?"
" eummm habis sarapan kakak langsung berangkat, neng"
" Neng, bagaimana kelanjutan hubungan kita selanjutnya?" Reno yang menyudahi basa-basi nya.
" Hilwa terserah kakak saja, bagaimana baiknya"
" Bagaimana kalau secepatnya kakak melamar mu?" Reno yang to the point
Deg. . .
Ada perasaan bahagia di hati Hilwa. Tapi apakah dia sudah yakin dengan laki-laki yang ada di hadapannya itu?
Sepertinya untuk menuju ke jenjang yang lebih serius, Hilwa perlu mempertimbangkannya. Dia tidak ingin tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Apalagi untuk menikah di usia muda, dia perlu mempersiapkan mentalnya.
Ya, Hilwa yang sebentar lagi akan menginjak usia yang ke 21 tahun. Sedangkan Reno berusia 25 tahun. Memang usia mereka sudah layak untuk menikah, tetapi kembali lagi dengan persiapan mental yang harus mereka persiapkan sebelumnya.
" Aku perlu bertanya terlebih dahulu sama bapak dan ibu, kak" Hilwa yang tidak ingin mengambil keputusan tanpa meminta persetujuan dari orangtuanya.
" Baiklah kalau begitu. Kakak akan menunggu jawaban kamu" Reno yang akhirnya memahami perasaan Hilwa.
Mereka terus asyik mengobrol selama beberapa jam. Sampai akhirnya ibunya Hilwa pulang ke rumah.
Bu Tini sedikit terkejut mendapati seorang laki-laki sedang duduk di teras bersama putrinya. dia yang baru saja mengantarkan putranya bersekolah dan mampir ke pasar untuk membeli sayuran.
Reno yang melihat ibunya Hilwa pulang, dia langsung berdiri dan menyalami Bu Tini.
" Selamat pagi, Bu? ibu habis dari mana??" tanya Reno basa-basi
" eummm anu, ibu habis dari sekolah mengantarkan adiknya Hilwa"
" Ibu kok bawa sayuran?" Hilwa yang menyudahi percakapan ibunya dan Reno
" Iya, ini ibu langsung mampir dulu ke pasar. sekalian beli sayuran untuk sore masak"
" Kok, tamunya gak di jamu sih neng. Maaf ya nak, di sini tidak ada makanan apa-apa"
" gak apa-apa Bu, ini sudah lebih dari cukup. dan sebenarnya saya, sudah mau izin pulang Bu"
" Lho kok buru-buru nak, ini masih pagi. Tunggu dulu, biar ibu masak dulu"
" Terimakasih Bu, saya sudah sarapan. maaf ya Bu, kalau saya mengganggu aktifitas putri ibu"
" nggak kok nak, tidak menggangu sama sekali"
" Kalau begitu, saya pamit dulu Bu " Reno yang menyalami kembali tangan Bu Tini dan mencium telapak tangannya.
" Neng, kakak pamit pulang dulu ya? Insyaallah kakak akan berkunjung lagi ke sini ". Reno yang bergegas menuju sepeda motornya.
Hilwa menatap kepergian Reno dengan sedikit kecemasan. Apakah perkataannya tepat, saat Reno berbicara ingin melamarnya?
Dia berharap Reno tidak akan kecewa dan tetap akan melanjutkan hubungannya. Sebab, Hilwa pun sudah menyukai Reno saat mereka bertukar obrolan di akun media sosialnya.
" Neng, apakah itu pemuda yang bernama Reno?" Bu Tini yang sudah mengetahui kedekatan putrinya dengan seseorang.
" Iya Bu, dia kak Reno yang sudah Hilwa ceritakan sama ibu"
" Sepertinya dia pemuda yang baik dan sopan. Apakah kalian serius menjalaninya?"
" Iya Bu, bahkan kak Reno berniat melamar Hilwa secepatnya"
" Bagaimana menurut ibu?" Hilwa yang meminta saran ibunya. apa yang harus dia putuskan .
" Ibu sih terserah kamu aja neng, kamu kan yang akan menjalaninya. Tapi sebaiknya kamu pikirkan dulu baik-baik. Coba kamu beristikharah dulu, meminta petunjuk sama yang Maha Kuasa" Bu Tini yang memberi nasihat kepada putrinya.
" Baik Bu, insyaallah Hilwa akan bangun tengah malam. dan meminta petunjuk, apa yang terbaik untuk Hilwa ke depannya "
Bu Tini tersenyum, dia tidak menyangka bahwa putrinya ternyata sudah besar, bahkan sebentar lagi akan ada seseorang yang melamarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Vivie_3ky
semangat thorr.. jangan pada lupa untuk mampir karya ku yaa..
2023-07-19
2