Mengetahui masa lalu

Dalam sepekan rumah itu sudah di miliki oleh Reno dan Hilwa. Reno yang mempunyai sedikit tabungan dan Ayahnya yang menutupi kekurangannya. Hari ini, mereka akan menempati rumah itu.

Mereka mengadakan acara syukuran kecil-kecilan. Hilwa begitu bahagia, dia bisa hidup mandiri bersama suaminya.

Rumahnya memang sederhana, tapi itu cukup untuk mereka berdua. Daripada rumah mewah, tapi hati tertekan.

Hilwa bersyukur, Reno mengerti keadaannya. Memang setiap malam dia selalu mengeluh kepada suaminya. Tentang sikap ibu mertuanya yang tidak henti-hentinya menyinggung masalah anak.

"Terimakasih ya, kak. kakak sudah mau mengerti keadaanku. Dan maaf, jika selama ini aku terus-terusan mengeluh tentang ibu kakak". Hilwa yang saat itu sedang duduk di ruang keluarga.

" Iya sama-sama. itu sudah kewajiban kakak sebagai suami. dan masalah ibu, kamu harus bisa memakluminya, karena walau bagaimanapun, beliau tetap orangtua kakak".

Hilwa hanya mengangguk. Dia berharap kedepannya, akan lebih baik. Dan semoga impiannya untuk memiliki keturunan bisa terlaksana.

* * *

Kehidupan Hilwa memang jauh lebih baik. Dia yang sudah tidak tinggal lagi serumah dengan mertuanya. sehingga dia bisa bebas makan dan beraktivitas sesuka hati.

Tapi tetap saja, ibu mertuanya selalu bolak-balik ke rumah. Bu Tika masih ikut campur, urusan rumahtangga anaknya. Dia selalu marah, jika Hilwa berbelanja atau membeli apapun untuk kebutuhannya.

Dia selalu merasa jika Hilwa suka menghambur-hamburkan uang putranya. Pada suatu hari, Hilwa sedang kedatangan tukang kurir, dia yang sengaja memesan pakaian dari toko online. karena seminggu lagi, Reno akan mengajak Hilwa untuk pergi ke sebuah acara.

Hilwa yang memesan baju couple untuk mereka berdua. Tiba-tiba ibu mertuanya datang "Hebat kamu ya, mentang-mentang sudah punya rumah sendiri. seenaknya menghamburkan uang putraku. Padahal tetap saja, jika bukan karena bantuanku. kalian tidak akan memiliki rumah ini" cerocos Bu Tika.

deg. . .

Hilwa terkejut, tiba-tiba ibu mertuanya sudah ada di teras rumah. "Bu, saya tidak menghamburkan uang kak Reno. lagian saya beli ini, atas izin dari kak Reno".

"Huh memang benar ya. Kalau mempunyai anak laki-laki, kita yang cape-cape membesarkan dan menyekolahkannya. Eh udah gede dan dapat pekerjaan, malah orang lain yang menuai hasilnya".

Hilwa melirik tukang kurir yang masih di sana. Terlihat Abang kurirnya geleng-geleng kepala. Dan akhirnya dia pun pamit, karena tidak enak melihat Hilwa yang menahan rasa malu.

Hilwa tidak bisa membalas kata-kata mertuanya. Karena itu memang benar. Tapi apa salahnya? bukankah kewajiban seorang suami menafkahi istrinya?? Jika memang seorang ibu, tidak ingin berbagi hasil kerja keras anaknya atau berasa berhak, seharusnya dia jangan mengizinkan anak-anaknya untuk menikah.

Itu yang ada di dalam pikiran Hilwa saat ini. Tapi dia tidak bisa merealisasikan pikirannya, hanya bisa membatin dalam hati.

* * *

Hari-hari Hilwa selalu seperti itu. Dia harus selalu bersabar atas perkataan ibu mertuanya.

Untung saja dia mempunyai suami yang sangat menyayanginya. Kalau tidak, Hilwa mungkin tidak akan tahan hidup disana dan berjauhan dengan orangtuanya.

Selama ini, Hilwa tidak pernah membicarakan masalah rumahtangga kepada orangtuanya. Jika mereka menanyakan kabar, dia selalu memberitahu tentang kehidupannya yang bahagia saja.

Hilwa tidak ingin membebani orangtuanya, dengan memberitahu kehidupannya yang selalu tertekan oleh perkataan ibu mertuanya.

Hari ini akhir pekan, Reno sudah berjanji akan mengajak Hilwa untuk pergi ke sebuah acara.

Teman satu angkatannya yang akan mengadakan resepsi pernikahan.

Tempatnya yang lumayan jauh. Sehingga Reno harus meminjam mobil ayahnya.

Mereka pergi saat matahari sudah terik. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya mereka tiba di sebuah resepsi pernikahan.

Reno melihat teman-temannya sudah hadir. Mereka sedang mencicipi hidangan di sana. Sebelum dia berniat menyapa teman-temannya, dia terlebih dulu menghampiri pengantin yang duduk di kursi pelaminan.

Setelah bersalaman dengan pengantin, Reno mengajak istrinya untuk mencicipi hidangan yang sudah tersedia di sana. mereka mengantri untuk mengambil makanan.

Sebelum mereka duduk, salah satu temannya menyuruh Reno untuk duduk bergabung dengannya. akhirnya merekapun duduk bersama teman-teman Reno yang lain.

"Wah bro, lama tidak bertemu yah. Tau-tau udah bawa pawang aja !" Goda salah satu teman Reno

"Iya nih, semenjak menikah, dia jarang kumpul-kumpul lagi sama kita" ucap salah satunya lagi. Teman laki-laki Reno memang kebanyakan belum menikah.

"Tapi bening juga, istri lo bro. Kenalin dong sama kita-kita " mereka terus menggoda Reno dan Hilwa.

Reno saat masih kuliah memang cukup populer. Dia yang mempunyai wajah tampan dan dari keluarga terpandang juga. Cukup membuat para mahasiswi mengincarnya, dan tentu saja membuat para mahasiswa iri terhadapnya.

" Enak aja Lo, istri gue ini gak bakalan mau kenal sama kalian" sarkas Reno. Dia merasa marah, karena sedari tadi teman-temannya selalu menatap Hilwa.

"Huh dasar, mentang-mentang udah punya istri. Eh, tunggu dulu bro. perasaan dulu tipe cewe Lo, bukan kaya gini. Dulu kan elo, suka bawa-bawa cewe yang mengumbar-umbar aurat, ups!" teman Reno yang keceplosan. "Sorry".

"Dasar Lo, ya bisa aja Reno main-main dengan cewe model lan kaya gitu. tapi tetap aja kan dia pilih istri yang masih murni".

Reno sampai geleng-geleng kepala mendengar ocehan teman-temannya. Reno pun melirik istrinya. Benar, dulu dia suka gonta-ganti perempuan yang suka memakai pakaian terbuka. Tapi entah kenapa, untuk istri dia ingin seperti Hilwa sekarang. Yang selalu memakai pakaian tertutup ya anggun. Berasa sejuk saja, dia melihatnya.

Mungkin benar kata pepatah 'seburuk-buruknya nya laki-laki tetap akan memilih perempuan yang berakhlak baik untuk di jadikan istri'.

Di saat Reno dan teman-temannya yang lain sedang asyik mengobrol. Ada seorang wanita yang duduk tidak jauh dari mereka, mendengar semua perkataan yang Reno dan teman-temannya ucapkan. Tangannya terkepal, amarahnya terpancing. Wanita itu ingin sekali mendatangi Reno, tapi dia sudah tidak mempunyai hak untuk mendekatinya lagi.

Siapakah wanita itu?🤔

Setelah makanan Reno dan Hilwa habis, mereka bergegas pamit pulang. Bisa gawat, kalau mereka terus berlama-lama di sana, bisa-bisa terbongkar semua kelakuan Reno yang dulu ! Hahh !!!!

Sepanjang perjalanan, Hilwa terus memikirkan perkataan teman-teman suaminya. Apakah benar, suaminya dulu seperti itu?

Sebenarnya Hilwa merasa terganggu, mengetahui fakta kalau suaminya dulu seperti itu. Tapi mau bagaimana lagi, itu dulu dan sudah berlalu. Yang terpenting sekarang, Reno sosok laki-laki yang bertanggungjawab dan menyayangi istrinya.

"Kak, kita langsung pulang atau mampir dulu kemana gitu" tanya Hilwa yang menyudahi lamunannya.

Reno melirik istrinya sambil tangannya terus mengemudi " Memang kamu mau mampir kemana?"

" Eummm kalau kakak tidak keberatan, Hilwa mau mampir ke rumah ibu". ucap Hilwa ragu.

Reno tersenyum, mendengar istrinya yang terlihat ragu hanya ingin menemui orangtuanya "Baiklah, kita mampir dulu ke rumah orangtua kamu. Siapa tahu kamu mau menyusu dulu sama ibu kamu" goda Reno.

Plaakk. . .

Hilwa tanpa sadar memukul tangan Reno yang sedang menyetir. " Aww sayang, kenapa malah memukul ku sih !" Reno yang pura-pura meringis.

" Eh maaf-maaf, tidak sengaja kak ! lagian kakak nyuruh aku menyusu sama ibu sih, ada-ada saja" Tapi Hilwa tetap tersenyum menanggapi candaan Reno.

Dan mereka pun tertawa bersama. . .

Episodes
Episodes

Updated 60 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!