Mendadak Jadi Sosialita

Mendadak Jadi Sosialita

Obsesi

Di suatu pagi di sebuah desa yang berhawa sejuk seorang Wanita muda berparas ayu dengan tubuh tinggi semampai berkulit putih tengah menyaksikan sebuah tayangan gossip dari sebuah stasiun televisi swasta televisi itu tengah mewanwancari seorang artis ibukota dengan koleksi berliannya.

Dengan seksama Hayuningtyas Wardhani nama perempuan itu tampak tidak berkedip saat sang artis memamerkan koleksi berliannya matanya nanar menatap kilauan berlian yang tersorot kamera. Sesaat kemudian dia melirik kerah jemari lentik nya disana hanya ada satu cincin pemberian orang tua nya cincin bermata putih namun bukan berlian .

Dia memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya sambil membayangkan bahwa itu adalah berlian seperti milik sang artis . Sesaat kemudian dia tersenyum menyeringai senyum yang tampak menakutkan bagi yang melihat nya . Tanpa dia sadari sepasang mata di depan pintu memandang heran kearahnya sambil menggeleng gelengkan kepala.

“ Ngopo to kowe mesam mesem dewe” Celetuk Sang Ibu yang tampak khawatir melihat kelakuan anak terakhirnya .Ya Hayuningtyas memang berbeda dengan ke 3 saudaranya yang semua perempuan Tyas begitu dia biasa di panggil dalam kesehariannya tumbuh sebagai gadis yang cerdas sekaligus ambisius.

Mendengar celetukan ibunya Tyas tampak tersipu malu dia tidak menyangka jika ibunya memperhatikan gerak geriknya tadi.

“Ibu .. Tyas akan buktikan suatu hari jemari ini akan berhiaskan berlian 4 karat bukan cincin ini lagi .”Sahutnya sambil menunjukan cincin pemberian ibunya.

“Sak karep mu,saiki seng penting ndang di selesaikan skripsinya biar mimpi mu itu terwujud.” Seloroh sang ibu sambil beranjak keluar untuk menyirami koleksi anggreknya di halaman depan.

Sepeninggal ibunya Tyas mematikan tivi dan segera menghabiskan sarapannya .Kemudian melenggang masuk kedalam kamarnya untuk bersiap siap ke kampus.

Ia menjumpai ibunya yang tengah merawat angrek angrek koleksinya.

" Bu pergi dulu." Seru Tyas.

Ibunya menoleh sambil menganguk namun ia melihat tangan Tyas menengadah.

" Opo maneh?."

" Duit to bu hihihi." Sahutnya sambil cengengesan.

Sang ibu segera menghentikan kegiatannya dan masuk ke dalam rumah kemudian kembali menjumpai putri bungsunya itu.

" Nyoh ojo boros boros to yo."

Tyas mencium punggung Tangan ibunya kemudian masuk ke dalam mobilnya menuju kampusnya.

"Pergi dulu bu."

"Yo seng ngati ati."Pesan ibunya melepas kepergian putri bungsu nya itu.

Sesampainya di kampus segera dia segera menuju ruangan pak Antono dosen pembimbing nya yang terkenal genit dan imannya setipis tissue.

Tok Tok Tok!

Tyas mengetuk pintu ruangan dosen pembimbingnya.

" Masuk."

Tidak berapa lama setelah berbasa basi pak Antono membuka lembar demi lembar proposal skripsi Tyas, Namun segera di kembalikan.

" Kamu Revisi lagi bagian ini dan ini." Tunjuk pak Antono.

Mata Tyas menatap nanar halaman demi halaman yang di maksud , otak nya nyaris meledak.

Ia tidak sanggup lagi membuka mulut untuk sekedar bertanya letak kesalahannya di mana ia hanya mengangguk dan izin undur diri.

Tyas berjalan gontai keluar dari ruang dosen pembimbing rasanya ia ingin menyerah dengan tugas akhirnya sebagai seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama di kota apel. Bagaimana tidak sudah dua kali dia di minta merevisi proposal skripsinya.

Buuugh!

Saat sedang asyik dengan fikirannya tiba tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

Spontan dia menoleh kebelakang untuk mencari tahu siapa mahluk jahil yang menepuk bahunya . Ia mendapati Wulan tampak nyengir tanpa rasa bersalah setelah menepuk bahunya secara tiba tiba.

“Sialan loe!.” Makinya pada sahabat nya itu dengan muka cemberut, Wulan segera menjajari langkahnya dan melingkarkan tangannya ke bahu Tyas.

“Kenapa sich loe manyun aja ,udah jelek makin jelek aja.” Goda Wulan sambil nyengir. Tidak terima di bilang jelek oleh sahabatnya Tyas mendorong tubuh Wulan berjalan maju sambil memberikan tas nya pada sahabatnya itu.

“ Pegang tas gw ,loe bilang gw jelek buta loe ya.” Gerutunya sambil mengarahkan dua jari tangannya kearah Wulan. ia mengibaskan rambut lurusnya yang berwarna pirang dan di highlite ia berlenggak lenggok sambil menyunggingkan senyum manis kemudian berpose sensual layaknya foto model professional di Lorong kampus yang hari itu kebetulan sepi.

Wulan tampak tidak bisa menahan tawanya melihat tingkah sahabat nya yang sedang di landa stress berat , karena sudah dua kali proposal nya di minta di revisi oleh dosen pembimbing nya.

“Hhahha hhaha hahha, iya dech loe emang cakep dan seksi.” Ujar Wulan seraya menghampiri sahabatnya sambil memberikan tas Tyas Kembali

“Terus kenapa loe manyun aja .”

”Gimana gw gak manyun dua kali gw diminta revisi otak gw hampir meledak.”Sungutnya.

“ Ooouh kalau itu sich gampang solusinya ,yuk di kantin aja ngobrolnya laper nih gw.” Celetuk Wulan sambil menjentikan jemarinya.

Mereka mempercepat langkah menuju kantin kampus dan segera memesan makanan di sela sela menunggu pesanan mereka datang Tyas Kembali bertanya pada Wulan apa solusi nya.

“ Eeeh kampret tadi loe, bilang gampang solusinya apaan cepet penasaran nih gw.” Desak Tyas tidak sabaran. Wulan memberi kode agar Tyas merapat kearah nya sejenak mereka terlibat obrolan serius sambil berbisik bisik.

“Sambar geledek matamu!.” Pekik Tyas sambil menoyor kepala sahabatnya itu, suara Tyas yang cukup kencang tak ayal membuat beberapa pengunjung kantin menoleh kearah mereka.

" Cangkem mu ! nek aku kesamber geledek,mbok ku nangis 7 dino 7 bengi ngko!." Wulan menimpali sambil nyengir kuda .

" Lah kowe yo edan kok ,mbok seng cetho nek   kasih solusi iku!."

" Wes sak karep mu, rep mbok tandangi po enggak ya urusan mu!."

Bagaimana Tyas tidak kaget Wulan membisiki nya untuk mengambil jalan pintas agar cepat sidang yaitu dengan menawari dosen pembimbing kencing enak.

“Opo mlirak mlirik ndek mbah po piye kantin ki?.” Dengus Tyas kearah pengunjung yang masih menatap kearah mereka.

Malam nya Tyas tidak bisa memejam kan mata dia berkali kali membolak balik kan tubuhnya tapi matanya tak kunjung mau terpejam, ucapan Wulan Kembali terngiang ngiang di telinga nya.

Ia di landa dilema di satu sisi ia ingin cepat cepat wisuda kemudian mencari kerja demi mewujudkan mimpi mimpinya.

Tapi disisi lain ia mendapati fakta bahwa meskipun otaknya tergolong encer tapi nyatanya dua kali sudah ia di minta merevisi proposal nya apakah sikap nya yang yang tergolong judes pada dosen pembimbingnya itu makanya seolah olah di persulit?.

“Coba loe ubah sikap loe itu pada pak Antono, tawari ia kencing enak di jamin seminggu kemudian langsung sidang.” Ucap Wulan tadi siang saat mereka di kantin.

Membayangkan ia harus bergumul dengan lelaki yang usianya hampir sama dengan usia almarhum ayahnya itu membuat Tyas bergidik ngeri. Meski harus diakui dari sisi wajah dosen pembimbing nya itu bisa di bilang good looking bahkan berwibawa.

Namun seminggu kemudian idealisme Tyas Ambyar ,dia menuruti saran Wulan ia lancarkan aksinya dengan menggoda dosen pembimbingnya melalui chat .

Gayung pun bersambut Antono yang sudah sejak lama menaruh hati pada Tyas bak mendapat durian runtuh, setiap kali sesi bimbingan entah mengapa dia tidak bisa berkonsentrasi.

Pesona tyas benar benar mengalihkan dunia nya lebih gilanya lagi setiap kali HB ia membayangkan istrinya itu adalah Tyas.

Tubuh Antono bergetar hebat keringat mulai membasahi tubuh nya nyawanya seakan tercerabut dari raganya sesaat sebelum cairan panas itu menyembur dari benda di bawah perutnya. Ia melenguh Panjang tangannya mencengkeram sprei dengan kuat sebagai pegangan.

“AAARggggggggggh!, kaa… kamu luar biasa .” Ucap Antono terengah engah sesaat kemudian tubuhnya menggelosor lemas lunglai seolah tidak bertulang di samping mahasiswi cantik yang sedang melakukan bimbingan dengannya.

Tyas hanya tersenyum menyeringai Melihat dosen pembimbingnya itu terkulai tidak berdaya usai mereka melakukan pertempuran sengit.

‘’Minggu depan kamu sudah bisa sidang.” Ucap Antono sambil merapikan kemejanya di depan meja rias hotel.

Tyas tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya mendengar hal itu ia melompat lompat di ranjang seperti anak kecil ia lupa bahwa tidak ada selembar benang pun yang melilit tubuh mulusnya sehingga saat ia berjingkrak jingkrak kedua gunung kembarnya yang berukuran 36 itu ikut mantul mantul .

GLEK! Antono menelan ludah gunung kembar Tyas yang tergolong besar namun kencang itu tampak menggoda ia tertegun memandangi keindahan ciptaan tuhan itu dari pantulan cermin meja rias di depannya .

Antono merasa sesuatu di balik celananya itu tampak Kembali menegang namun untungnya ia segera sadar jika istrinya sedang menunggunya di rumah.

Terpopuler

Comments

Hibin

Hibin

Hai ka, aku mampir

2023-02-18

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!