Tyas semakin berubah ia merasa bahwa jalan untuk mewujudkan ambisinya sewaktu kuliah dulu semakin terbuka lebar.
Suatu hari karena sudah menganggap nya sebagai anak, Amira Prasodjo meminta nya mengurus dokumen yang di dalamnya ada kartu keluarga nya.
Tyas yang sudah gelap mata tidak mau menyia nyiakan kesempatan itu segera menyecan kartu keluarga itu untuk keperluan membuat identitas baru secara diam diam untuk memuluskan rencana nya.
Atas bantuan oknum pegawai kelurahan yang mata duitan dengan mudahnya ia berhasil mendapatkan identitas baru, bukan lagi Hayuningtyas Wardhani gadis yang berasal dari sebuah kabupaten di provinsi jawa timur.
Namun sebagai Alisha Prasodjo anak pengusaha dan sosialita kelas atas di ibu kota berkali kali Tyas memandangi ktp barunya sebagai warga Jakarta dengan alamat di sebuah perumahan elit dan nama baru ia tersenyum menyeringai lalu menyimpan ktp palsu itu secara aman.
“ Tyas pakai baju ini nanti malam makan ada jamuan makan di rizt carlton” Ujar Amira Prasodjo sambil menyerahkan box berukuran sedang yang berlogo designer muda kondang yang kemayu itu. Dengan antusias Tyas menyambut box yang di sodorkan mama angkatnya .
Dia masuk kedalam kamarnya dan segera mencoba baju yang di belikan oleh Amira Prasodjo dia berputar putar sejenak ia tertegun melihat sosok yang ada di cermin itu ia seperti tidak mengenali dirinya sendiri. Sosok yang terpantul di dalam cermin itu berbeda 360 derajat dengan Hayuningtyas Wardhani 2 tahun yang lalu.
“Dream do come true?!.” Gumamnya pada diri sendiri.
TOK TOK TOK!
Terdengar ketukan dari luar kamarnya tyas tampak tergopoh gopoh membuka pintu saat pintu terbuka pelayan keluarga Prasodjo tampak berdiri di depan kamarnya.
“ Ada mbok?.” Tanyanya pada pelayan yang seusia dengan ibunya di kampung. Cukup lama perempuan yang berusia lebih dari setengah abad itu memandangi dirinya dari atas ujung rambut sampai keujung kaki dengan pandangan yang sama sekali tidak bersahabat.
“ Di panggil nyonya .” Ujar Mbok Marni acuh tak acuh nyaris tanpa senyum. Sejak kedatangannya di rumah keluarga Prasodjo Mbok Marni sudah menampakan kan rasa tidak suka pada dirinya yang ia pun tidak tahu alasannya.
Tyas tidak mau ambil pusing dengan sikap Mbok Marni yang terang terangan menunjukan rasa tidak sukanya dengan masih memakai gaun yang di berikan Amira Prasodjo ia menuruni anak tangga menuju lantai satu di sana Amira Prasodjo menunggunya.
Amira Prasodjo sejenak tertegun melihat Tyas begitu menawan di balik balutan gaun yang ia belikan sejenak terbersit kekahawatiran di hatinya suatu hari Tyas akan menggeser posisinya di hati suaminya .
Namun segera di tepisnya jauh jauh prasangka buruk itu dari fikirannya apalagi ia Melihat Tyas sebagai pribadi yang terlihat begitu santun dan tahu diri selama ini.
“ Woow kamu tampak sempurna pakai gaun itu.” Puji Amira Prasodjo tampak tulus dilihat dari ekpresi wajahnya.
Tyas tampak tersipu mendengar pujian yang terlontar dari bibir Amira Prasodjo jauh di lubuk hatinya ia kagum pada perempuan yang tampak stunning di usia nya yang tidak lagi muda.
“Ya sudah ganti baju dulu ayo kita kesalon untuk nanti malam .” tanpa banyak bicara Tyas mengangguk dan Kembali menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk bertukar pakaian.
Mereka pergi ke sebuah luxury salon yang tidak jauh dari kompleks perumahan Tyas tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya atas design dan fasilitas di dalam salon itu ia menyapukan pandangan ke seluruh sudut ruangan di dalam salon .
“ Hai my queen .” Sambut bences pemilik salon yang gaya nya tidak kalah lux dari salonnya ,mereka tampak bagitu akrab saling cipika cipiki .
Sejenak bences centil itu melirik kearah Tyas dan bibirnya langsung melayat leot seolah olah mencibir Tyas dengan sikap nya.
“Asisten baru queen?.” Ujar bences centil pada Amira Prasodjo. Wanita anggun itu tersenyum tipis dan kemudian menggeleng.
“Ngawur jij ,ya she’s is my daughter you know.” Sergah Amira Prasodjo sambil mencolek bences centil dengan jari telunjuknya yang tampak lentik terawat.
Mendengar ucapan Amira Prasodjo bences centil itu langsung gelagapan dan sikap nya berubah 180 derajat dia tersenyum dengan manisnya kearah Tyas yang tampak acuh tak acuh dan melengos membuang pandangan kearah lain.
“Tapi wait wait since when you pregnant tiba tiba punya anak perempuan segede itu.” Bences centil tampak Masih belum puas .
“ Aduh love , anak kan tidak harus brojol dari rahim.” Amira Prasodjo mulai jengah dengan sikap bences centil.
“ Ok ok I see I see.”
Tepat jam 7 malam tyas dan Amira Prasodjo turun dari cadilac tepat di depan hotel mewah itu petugas hotel dengan sigap membuka kan pintu untuk mereka.
Tyas berjalan di belakang Amira Prasodjo dia menegak kan kepalanya dan menebar senyum yang hadir di ruangan itu meskipun tidak ada satupun yang ia kenal .
Meski awalnya tampak canggung Tyas segera ingat bahwa ada mimpi yang harus ia wujudkan dan dari tempat inilah mimpinya akan di mulai ujarnya dalam hati.
Tyas berusaha mengakrabkan diri dengan orang orang disana tidak lama Amira Prasodjo menghampirinya.
“Tyas saya di sana dengan kolega saya kamu saya tinggal gak apa apa kan?.” Tanya Amira Prasodjo seraya menunjuk salah satu spot dimana kolega Amira Prasodjo berdiri sambil memegang gelas wine.
Tyas menganggungguk sambil tersenyum
“Iya tidak apa apa bu.”
“Carilah relasi disini orang orang hebat semua.” Bisik Amira Prasodjo sambil menepuk bahunya dan beranjak menghampiri koleganya kembali.
Sepeninggal Amira Prasodjo seorang Wanita seusia dengan Amira Prasodjo mnehampirinya dena mengulurkan tangan mengajaknya berjabat tangan.
“ Hai kenalkan saya Daniar , kamu kenal dengan AmiraPrasodjo? Tadi saya lihat kalian cukup akrab.” Tanya Wanita yang tidak kalah glamour dengan Amira .
“Ouuh hai, saya Alisha tentu saya mengenal nya kami rekan bisnis.” Sahut Tyas berbohong tidak butuh waktu lama Tyas sudah tampak akrab dengan Daniar wanita pengusaha batubara itu.
Sepanjang malam itu cerita cerita bohong meluncur dengan mulusnya dari mulut Tyas .
Orang orang itu tampak percaya dengan cerita bohong yang Tyas karang sedemikian rupa karena melihat fisik dan penampilan Tyas yang mendukung .
Menjelang tengah malam perjamuan itu baru selesai Tyas merasa sedikit pengar karena terlalu banyak menenggak wine sambil berbincang bincang.
Namun ia mati matian berusaha mengontrol kesadaran di depan Amira Prasodjo.
“Are you okay?.” Tanya Amira Prasodjo tampak khawatir melihat tyas yang sedikit sempoyongan.
“ Saya baik baik saja kok bu.” Ujarnya sambil memaksakan senyum. Setiba nya di rumah megah itu tyas langsung masuk kedalam kamarnya.
Dengan terhuyung huyung ia berusaha menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 2 pandangannya kabur anak tangga itu seolah olah berputar putar dalam pandangan matanya.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Ryana
Lanjut kak update nya
2023-02-09
1