Di suatu pagi di sebuah desa yang berhawa sejuk seorang Wanita muda berparas ayu dengan tubuh tinggi semampai berkulit putih tengah menyaksikan sebuah tayangan gossip dari sebuah stasiun televisi swasta televisi itu tengah mewanwancari seorang artis ibukota dengan koleksi berliannya.
Dengan seksama Hayuningtyas Wardhani nama perempuan itu tampak tidak berkedip saat sang artis memamerkan koleksi berliannya matanya nanar menatap kilauan berlian yang tersorot kamera. Sesaat kemudian dia melirik kerah jemari lentik nya disana hanya ada satu cincin pemberian orang tua nya cincin bermata putih namun bukan berlian .
Dia memandangi cincin yang melingkar di jari manisnya sambil membayangkan bahwa itu adalah berlian seperti milik sang artis . Sesaat kemudian dia tersenyum menyeringai senyum yang tampak menakutkan bagi yang melihat nya . Tanpa dia sadari sepasang mata di depan pintu memandang heran kearahnya sambil menggeleng gelengkan kepala.
“ Ngopo to kowe mesam mesem dewe” Celetuk Sang Ibu yang tampak khawatir melihat kelakuan anak terakhirnya .Ya Hayuningtyas memang berbeda dengan ke 3 saudaranya yang semua perempuan Tyas begitu dia biasa di panggil dalam kesehariannya tumbuh sebagai gadis yang cerdas sekaligus ambisius.
Mendengar celetukan ibunya Tyas tampak tersipu malu dia tidak menyangka jika ibunya memperhatikan gerak geriknya tadi.
“Ibu .. Tyas akan buktikan suatu hari jemari ini akan berhiaskan berlian 4 karat bukan cincin ini lagi .”Sahutnya sambil menunjukan cincin pemberian ibunya.
“Sak karep mu,saiki seng penting ndang di selesaikan skripsinya biar mimpi mu itu terwujud.” Seloroh sang ibu sambil beranjak keluar untuk menyirami koleksi anggreknya di halaman depan.
Sepeninggal ibunya Tyas mematikan tivi dan segera menghabiskan sarapannya .Kemudian melenggang masuk kedalam kamarnya untuk bersiap siap ke kampus.
Ia menjumpai ibunya yang tengah merawat angrek angrek koleksinya.
" Bu pergi dulu." Seru Tyas.
Ibunya menoleh sambil menganguk namun ia melihat tangan Tyas menengadah.
" Opo maneh?."
" Duit to bu hihihi." Sahutnya sambil cengengesan.
Sang ibu segera menghentikan kegiatannya dan masuk ke dalam rumah kemudian kembali menjumpai putri bungsunya itu.
" Nyoh ojo boros boros to yo."
Tyas mencium punggung Tangan ibunya kemudian masuk ke dalam mobilnya menuju kampusnya.
"Pergi dulu bu."
"Yo seng ngati ati."Pesan ibunya melepas kepergian putri bungsu nya itu.
Sesampainya di kampus segera dia segera menuju ruangan pak Antono dosen pembimbing nya yang terkenal genit dan imannya setipis tissue.
Tok Tok Tok!
Tyas mengetuk pintu ruangan dosen pembimbingnya.
" Masuk."
Tidak berapa lama setelah berbasa basi pak Antono membuka lembar demi lembar proposal skripsi Tyas, Namun segera di kembalikan.
" Kamu Revisi lagi bagian ini dan ini." Tunjuk pak Antono.
Mata Tyas menatap nanar halaman demi halaman yang di maksud , otak nya nyaris meledak.
Ia tidak sanggup lagi membuka mulut untuk sekedar bertanya letak kesalahannya di mana ia hanya mengangguk dan izin undur diri.
Tyas berjalan gontai keluar dari ruang dosen pembimbing rasanya ia ingin menyerah dengan tugas akhirnya sebagai seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama di kota apel. Bagaimana tidak sudah dua kali dia di minta merevisi proposal skripsinya.
Buuugh!
Saat sedang asyik dengan fikirannya tiba tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
Spontan dia menoleh kebelakang untuk mencari tahu siapa mahluk jahil yang menepuk bahunya . Ia mendapati Wulan tampak nyengir tanpa rasa bersalah setelah menepuk bahunya secara tiba tiba.
“Sialan loe!.” Makinya pada sahabat nya itu dengan muka cemberut, Wulan segera menjajari langkahnya dan melingkarkan tangannya ke bahu Tyas.
“Kenapa sich loe manyun aja ,udah jelek makin jelek aja.” Goda Wulan sambil nyengir. Tidak terima di bilang jelek oleh sahabatnya Tyas mendorong tubuh Wulan berjalan maju sambil memberikan tas nya pada sahabatnya itu.
“ Pegang tas gw ,loe bilang gw jelek buta loe ya.” Gerutunya sambil mengarahkan dua jari tangannya kearah Wulan. ia mengibaskan rambut lurusnya yang berwarna pirang dan di highlite ia berlenggak lenggok sambil menyunggingkan senyum manis kemudian berpose sensual layaknya foto model professional di Lorong kampus yang hari itu kebetulan sepi.
Wulan tampak tidak bisa menahan tawanya melihat tingkah sahabat nya yang sedang di landa stress berat , karena sudah dua kali proposal nya di minta di revisi oleh dosen pembimbing nya.
“Hhahha hhaha hahha, iya dech loe emang cakep dan seksi.” Ujar Wulan seraya menghampiri sahabatnya sambil memberikan tas Tyas Kembali
“Terus kenapa loe manyun aja .”
”Gimana gw gak manyun dua kali gw diminta revisi otak gw hampir meledak.”Sungutnya.
“ Ooouh kalau itu sich gampang solusinya ,yuk di kantin aja ngobrolnya laper nih gw.” Celetuk Wulan sambil menjentikan jemarinya.
Mereka mempercepat langkah menuju kantin kampus dan segera memesan makanan di sela sela menunggu pesanan mereka datang Tyas Kembali bertanya pada Wulan apa solusi nya.
“ Eeeh kampret tadi loe, bilang gampang solusinya apaan cepet penasaran nih gw.” Desak Tyas tidak sabaran. Wulan memberi kode agar Tyas merapat kearah nya sejenak mereka terlibat obrolan serius sambil berbisik bisik.
“Sambar geledek matamu!.” Pekik Tyas sambil menoyor kepala sahabatnya itu, suara Tyas yang cukup kencang tak ayal membuat beberapa pengunjung kantin menoleh kearah mereka.
" Cangkem mu ! nek aku kesamber geledek,mbok ku nangis 7 dino 7 bengi ngko!." Wulan menimpali sambil nyengir kuda .
" Lah kowe yo edan kok ,mbok seng cetho nek kasih solusi iku!."
" Wes sak karep mu, rep mbok tandangi po enggak ya urusan mu!."
Bagaimana Tyas tidak kaget Wulan membisiki nya untuk mengambil jalan pintas agar cepat sidang yaitu dengan menawari dosen pembimbing kencing enak.
“Opo mlirak mlirik ndek mbah po piye kantin ki?.” Dengus Tyas kearah pengunjung yang masih menatap kearah mereka.
Malam nya Tyas tidak bisa memejam kan mata dia berkali kali membolak balik kan tubuhnya tapi matanya tak kunjung mau terpejam, ucapan Wulan Kembali terngiang ngiang di telinga nya.
Ia di landa dilema di satu sisi ia ingin cepat cepat wisuda kemudian mencari kerja demi mewujudkan mimpi mimpinya.
Tapi disisi lain ia mendapati fakta bahwa meskipun otaknya tergolong encer tapi nyatanya dua kali sudah ia di minta merevisi proposal nya apakah sikap nya yang yang tergolong judes pada dosen pembimbingnya itu makanya seolah olah di persulit?.
“Coba loe ubah sikap loe itu pada pak Antono, tawari ia kencing enak di jamin seminggu kemudian langsung sidang.” Ucap Wulan tadi siang saat mereka di kantin.
Membayangkan ia harus bergumul dengan lelaki yang usianya hampir sama dengan usia almarhum ayahnya itu membuat Tyas bergidik ngeri. Meski harus diakui dari sisi wajah dosen pembimbing nya itu bisa di bilang good looking bahkan berwibawa.
Namun seminggu kemudian idealisme Tyas Ambyar ,dia menuruti saran Wulan ia lancarkan aksinya dengan menggoda dosen pembimbingnya melalui chat .
Gayung pun bersambut Antono yang sudah sejak lama menaruh hati pada Tyas bak mendapat durian runtuh, setiap kali sesi bimbingan entah mengapa dia tidak bisa berkonsentrasi.
Pesona tyas benar benar mengalihkan dunia nya lebih gilanya lagi setiap kali HB ia membayangkan istrinya itu adalah Tyas.
Tubuh Antono bergetar hebat keringat mulai membasahi tubuh nya nyawanya seakan tercerabut dari raganya sesaat sebelum cairan panas itu menyembur dari benda di bawah perutnya. Ia melenguh Panjang tangannya mencengkeram sprei dengan kuat sebagai pegangan.
“AAARggggggggggh!, kaa… kamu luar biasa .” Ucap Antono terengah engah sesaat kemudian tubuhnya menggelosor lemas lunglai seolah tidak bertulang di samping mahasiswi cantik yang sedang melakukan bimbingan dengannya.
Tyas hanya tersenyum menyeringai Melihat dosen pembimbingnya itu terkulai tidak berdaya usai mereka melakukan pertempuran sengit.
‘’Minggu depan kamu sudah bisa sidang.” Ucap Antono sambil merapikan kemejanya di depan meja rias hotel.
Tyas tidak dapat menyembunyikan rasa bahagianya mendengar hal itu ia melompat lompat di ranjang seperti anak kecil ia lupa bahwa tidak ada selembar benang pun yang melilit tubuh mulusnya sehingga saat ia berjingkrak jingkrak kedua gunung kembarnya yang berukuran 36 itu ikut mantul mantul .
GLEK! Antono menelan ludah gunung kembar Tyas yang tergolong besar namun kencang itu tampak menggoda ia tertegun memandangi keindahan ciptaan tuhan itu dari pantulan cermin meja rias di depannya .
Antono merasa sesuatu di balik celananya itu tampak Kembali menegang namun untungnya ia segera sadar jika istrinya sedang menunggunya di rumah.
Tyas segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya dan selang 15 menit kemudian dia sudah kembali mengenakan pakaian nya dan sedang mengeringkan rambutnya.
Sesekali dia melirik kearah dosen pembimbingnya yang sedang duduk di tepian kasur
" Jadi bagaimana pak tentang skripsi saya?." Tanyanya .
" Tenang saja minggu depan kamu sudah bisa sidang." Sahut dosen pembimbingnya mengulangi pernyataan nya seraya tersenyum.
Mendengar jawaban dosen pembimbingnya itu Tyas girang bukan alang kepalang spontan dia membalik kan badan dan hairdryer tercampak begitu saja.
Dia memeluk dosen pembimbingnya itu dan menghujani nya dengan ciuman ciuman di pipi dosen pembimbing nya.
"Muachh mucaaah muachhhh.. Terima kasih pak." Ucapnya senyum terkembang sempurna di wajah ayunya.
" Udah dong nanti adik bapak bangun repot." Dosen pembimbingnya melontarkan dark jokes.
Tyas tersipu malu malu dan kembali meneruskan mengeringkan rambut di depan meja rias hotel .
" Tyas bapak duluan, ingat ..ingat kamu harus ingat tips tips yang bapak berikan di depan penguji nanti ok.
" Sip pak." Tyas mengacungkan 2 jempol nya.
Satu minggu setelah sidang skripsi akhirnya Tyas di wisuda kegembiraan itu tidak bisa di sembunyikanya.
" Bu akhirnya anak mu ini di wisuda tepat waktu." seru Tyas sambil memeluk erat ibu nya setelah mengurus segala sesuatu nya untuk keperluan wisudanya nanti.
" Tenan'e?." Ujar ibunya seakan tidak percaya apa yang di katakan Putri Bungsu nya itu. Di hati perempuan berusia setengah abad itu ada rasa haru yang membuncah.
Akhirnya ia bisa mengantarkan putri bungsunya menjadi sarjana hukum sesuai amanat alamarhum suaminya.
Hari yang di tunggu pun tiba.
“ Ndang to bu ..” Seru Tyas dari depan kamar ibunya rencananya ia dan ibunya akan menghadiri wisudanya hari ini.
“ Sek to iki loch tinggal giwang .” sahut ibunya seraya memasang giwang sebesar koin 500 rupiah yang tampak gemerlap di timpa sorot lampu kamar. Tidak lama ibu dan anak yang tampil cantik paripurna dalam balutan kebaya masuk kedalam mobil menuju kampus untuk menghadiri wisuda.
“Lulusan terbaik kita tahun ini adalah Ananda Hayuningtyas Wardhani dari fakultas hukum dengan ipk 4.00.” Seluruh hadirin memberikan applaus bahkan beberapa memberikan standing applaus sebgai bentuk rasa kagum pada kecerdasan Tyas .
Namun di sudut hati Tyas yang terdalam dia merasa seperti badut di tengah sorak sorai mahasiswa dan seluruh yang hadir di acara wisuda hari itu.
Ia masih terbayang suara lenguhan panjang dosen pembimbingnya yang membuat ia bergidik ngeri jika mengingat peristiwa siang itu.
Di deretan kursi undangan seorang perempuan yang masih tampak cantik di usianya yang sudah lebih dari setengah abad tampak meneteskan air matanya mendengar putri nya di nobatkan sebagai lulusan terbaik dari fakultasnya. Ia tidak tahu jika putri nya yang ia rawat dan besarkan tak ubahnya berlian itu telah melepaskan keperawanannya demi bisa meraih gelar sarjana tepat waktu.
“Selamat ya jeng Tyas hebat loch , sudah cantik, pinter baik budinya beruntung yang jadi mertuanya nanti.” Ucap salah satu orang tua mahasiswa yang duduk di sebelahnya yang kebetulan satu fakultas dengan Tyas.
“Terima kasih jeng , semoga Almarhum bapaknya bangga anaknya bisa lulus tepat waktu.” Sahutnya sambil Kembali menitik kan air mata mengingat allmarhum suaminya yang telah meninggal beberapa tahun lalu.
Satu bulan setelah acara wisuda itu itu Tyas pamit pada ibunya untuk merantau ke ibukota ambisinya untuk jadi duta besar begitu menggebu gebu di hatinya.
“Bu doakan agar saya bisa sukses supaya impian saya agar jari jari ini penuh dengan berlian dan kelililing dunia itu terwujud.” Ujar Tyas sambil menggerakan jemarinya menirukan gaya lawyer flamboyan yang sering wara wiri di televisi itu.
“Ra sah mbok jalok samben dino yo kuwi seng dadi panyuwun ku maring gusti allah.” Sahut sang ibu sambil mengeleus kepala akan bungsunya itu.
Dengan berbekal uang hasil penjualan mobil yang biasa ia gunakan sehari hari ke kampus Tyas akhirnya meninggalkan kota kelahirannnya menuju ibukota untuk mewujud kan ambisinya , setelah mendapat kost yang nyaman dan strategis ia segera mencari lowongan pekerjaan dengan berbekal ijasahnya .
Sayang nya ibu kota tidak seindah seperti yang ia bayangkan sudah hampir dua bulan ia memasukan lamaran yang sesuai dengan back ground pendidikan nya satu pun belum ada yang memanggilnya untuk interview.
Rencananya sambil menunggu ada kesempatan seleksi penerimaan cpns ia ingin bekerja di tempat lain untuk bertahan di ibukota. Hingga bulan ketiga belum juga ada panggilan interview ia sudah hampir menyerah dan Kembali pulang kekota kelahiran.
Selama tiga bulan hidup di ibukota berbagai macam ujian sudah ia alami dari di tipu teman satu kost hingga nyaris di jadikan kupu kupu malam .
Dia menelfon ibunya dan meminta maaf jika ia sepertinya gagal menggapai mimpinya ia memutuskan untuk kembalai pulang.
“Bu nyuwun ngapunten saya ingin pulang saja sampai sekarang belum dapat kerja Jakarta tidak welcome terhadap saya.” Ujar tyas sambil menahan rasa malunya.
“Kan ibu sudah pernah bilang ra usah adoh adoh ngeyel nek di kandani.” Sahut ibunya di ujung telfon.
“ Heehe hhehe inggih bu .” ia terkekeh mendengar jawaban ibunya yang tidak marah mendengar ia gagal menggapai mimpinya di ibu kota.
Namun baru saja ia menekan tombol end pada smartphonenya panggilan lain masuk rupanya itu panggilan dari salah satu perusahaan untuk interview ,hatinya girang bukan alang kepalang mendapat panggilan interview dan sekaligus mendapat kabar kalau ia lolos di salah satu firma hukum yang ia pun sudah hampir lupa jika pernah interview disana.
Segera ia menghubungi ibunya Kembali jika ia tidak jadi pulang kandang karena berhasil mendapakan pekerjaan setelah sekian lama menunggu.
“ Alhamdullilah bu akhirnya besok saya kerja.” Serunya girang .
“ Tenanan opo ethok ethok ben ibu bungah.” Tanya ibu nya setengah tidak percaya dengan perkataan anak bungsunya itu.
“ Ya Allah bu kalau ndak percaya besok Tyas selfi di kantor biar ibu percaya.” Timpalnya sedikit kecewa karena ibunya mengira ia sedang bersandiwara.
“ Yo wes nek tenanan seng ngati ngati eling wekasane ibu yo.” Ibunya mewanti wanti .
Dengan semangat dia berdandan dan memakai baju terbaiknya mengingat ini hari pertamanya bekerja atmosfer di kantornya begitu menyenangkan rekan rekan nya sangat welcome terhadap karyawan baru di hari pertamanya bekerja ia langsung merasa kerasan.
Satu tahun pertama ia masih rajin berkirim kabar dan menstransfer separuh dari gajinya pada ibunya namun akhir akhir ini ia jarang memberi kabar pada ibunya meski masih tetap mentransfer karena kesibukannya.
Seiring waktu jabatannya pun mulai merangkak naik dan pundi pundinya semakin tebal gaya hidupnya pun berubah seiring jangkauan pergaulannya yang semakin meluas ia mulai masuk kekalangan sosialita Jakarta.
Meskipun dia bukan berasal dari keluarga yang tidak mampu namun ternyata saat ia masuk ke kalangan sosialita Jakarta itu status keluarganya bukan apa apa ,agar tidak di remehkan ia pun mulai mengarang cerita tentang asal usulnya.
Ia mengatakan bahwa orang tuanya adalah pemilik perkebunan apel terbesar di kota batu malang yang kini di Kelola oleh pamannya yang jahat dan rakus. Setelah orang tuanya meninggal satu sen pun dia tidak mendapat jatah dari kekayaan orang tuanya itu.
Hingga pada satu kesempatan dia di undang di salah satu pesta kebun yang di gelar oleh salah satu sosialita kondang dan bertemu dengan keluarga Prasodjo yang tampak terhasut dengan cerita palsunya.
Pada semua koleganya ia mengaku bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal sejak ia masih duduk di bangku smp karena kecelakaan pesawat saat dalam perjalanan bisnis ke dubai. Karena merasa kasihan dan pada dasarnya tidak memiliki anak perempuan keluarga Prasodjo memintanya menganggap mereka sebagai ganti orang tuanya.
‘’Anggaplah kami ini sebagai orang tuamu kebetulan kami tidak punya anak perempuan.” Ujar Amira Prasodjo pengusaha perempuan terkenal di ibukota yang juga terkenal sebagai pemilik Yayasan yang peduli terhadap pendidikan anak anak terlantar.
Tidak lama mereka meminta Tyas untuk tinggal bersama di kompleks elit yang sebagian besar penghuninya adalah sosialita kalangan top Jakarta. Tentu saja banyak privilege yang Tyas dapat kan setelah tinggal bersama keluarga Prasodjo pengusaha terkenal dengan sikap dermawannya itu.
Jangkauan pergaulannya pun kian meluas hingga kekalangan ekspatriat kaya.
Tyas semakin berubah ia merasa bahwa jalan untuk mewujudkan ambisinya sewaktu kuliah dulu semakin terbuka lebar.
Suatu hari karena sudah menganggap nya sebagai anak, Amira Prasodjo meminta nya mengurus dokumen yang di dalamnya ada kartu keluarga nya.
Tyas yang sudah gelap mata tidak mau menyia nyiakan kesempatan itu segera menyecan kartu keluarga itu untuk keperluan membuat identitas baru secara diam diam untuk memuluskan rencana nya.
Atas bantuan oknum pegawai kelurahan yang mata duitan dengan mudahnya ia berhasil mendapatkan identitas baru, bukan lagi Hayuningtyas Wardhani gadis yang berasal dari sebuah kabupaten di provinsi jawa timur.
Namun sebagai Alisha Prasodjo anak pengusaha dan sosialita kelas atas di ibu kota berkali kali Tyas memandangi ktp barunya sebagai warga Jakarta dengan alamat di sebuah perumahan elit dan nama baru ia tersenyum menyeringai lalu menyimpan ktp palsu itu secara aman.
“ Tyas pakai baju ini nanti malam makan ada jamuan makan di rizt carlton” Ujar Amira Prasodjo sambil menyerahkan box berukuran sedang yang berlogo designer muda kondang yang kemayu itu. Dengan antusias Tyas menyambut box yang di sodorkan mama angkatnya .
Dia masuk kedalam kamarnya dan segera mencoba baju yang di belikan oleh Amira Prasodjo dia berputar putar sejenak ia tertegun melihat sosok yang ada di cermin itu ia seperti tidak mengenali dirinya sendiri. Sosok yang terpantul di dalam cermin itu berbeda 360 derajat dengan Hayuningtyas Wardhani 2 tahun yang lalu.
“Dream do come true?!.” Gumamnya pada diri sendiri.
TOK TOK TOK!
Terdengar ketukan dari luar kamarnya tyas tampak tergopoh gopoh membuka pintu saat pintu terbuka pelayan keluarga Prasodjo tampak berdiri di depan kamarnya.
“ Ada mbok?.” Tanyanya pada pelayan yang seusia dengan ibunya di kampung. Cukup lama perempuan yang berusia lebih dari setengah abad itu memandangi dirinya dari atas ujung rambut sampai keujung kaki dengan pandangan yang sama sekali tidak bersahabat.
“ Di panggil nyonya .” Ujar Mbok Marni acuh tak acuh nyaris tanpa senyum. Sejak kedatangannya di rumah keluarga Prasodjo Mbok Marni sudah menampakan kan rasa tidak suka pada dirinya yang ia pun tidak tahu alasannya.
Tyas tidak mau ambil pusing dengan sikap Mbok Marni yang terang terangan menunjukan rasa tidak sukanya dengan masih memakai gaun yang di berikan Amira Prasodjo ia menuruni anak tangga menuju lantai satu di sana Amira Prasodjo menunggunya.
Amira Prasodjo sejenak tertegun melihat Tyas begitu menawan di balik balutan gaun yang ia belikan sejenak terbersit kekahawatiran di hatinya suatu hari Tyas akan menggeser posisinya di hati suaminya .
Namun segera di tepisnya jauh jauh prasangka buruk itu dari fikirannya apalagi ia Melihat Tyas sebagai pribadi yang terlihat begitu santun dan tahu diri selama ini.
“ Woow kamu tampak sempurna pakai gaun itu.” Puji Amira Prasodjo tampak tulus dilihat dari ekpresi wajahnya.
Tyas tampak tersipu mendengar pujian yang terlontar dari bibir Amira Prasodjo jauh di lubuk hatinya ia kagum pada perempuan yang tampak stunning di usia nya yang tidak lagi muda.
“Ya sudah ganti baju dulu ayo kita kesalon untuk nanti malam .” tanpa banyak bicara Tyas mengangguk dan Kembali menaiki anak tangga menuju kamarnya untuk bertukar pakaian.
Mereka pergi ke sebuah luxury salon yang tidak jauh dari kompleks perumahan Tyas tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya atas design dan fasilitas di dalam salon itu ia menyapukan pandangan ke seluruh sudut ruangan di dalam salon .
“ Hai my queen .” Sambut bences pemilik salon yang gaya nya tidak kalah lux dari salonnya ,mereka tampak bagitu akrab saling cipika cipiki .
Sejenak bences centil itu melirik kearah Tyas dan bibirnya langsung melayat leot seolah olah mencibir Tyas dengan sikap nya.
“Asisten baru queen?.” Ujar bences centil pada Amira Prasodjo. Wanita anggun itu tersenyum tipis dan kemudian menggeleng.
“Ngawur jij ,ya she’s is my daughter you know.” Sergah Amira Prasodjo sambil mencolek bences centil dengan jari telunjuknya yang tampak lentik terawat.
Mendengar ucapan Amira Prasodjo bences centil itu langsung gelagapan dan sikap nya berubah 180 derajat dia tersenyum dengan manisnya kearah Tyas yang tampak acuh tak acuh dan melengos membuang pandangan kearah lain.
“Tapi wait wait since when you pregnant tiba tiba punya anak perempuan segede itu.” Bences centil tampak Masih belum puas .
“ Aduh love , anak kan tidak harus brojol dari rahim.” Amira Prasodjo mulai jengah dengan sikap bences centil.
“ Ok ok I see I see.”
Tepat jam 7 malam tyas dan Amira Prasodjo turun dari cadilac tepat di depan hotel mewah itu petugas hotel dengan sigap membuka kan pintu untuk mereka.
Tyas berjalan di belakang Amira Prasodjo dia menegak kan kepalanya dan menebar senyum yang hadir di ruangan itu meskipun tidak ada satupun yang ia kenal .
Meski awalnya tampak canggung Tyas segera ingat bahwa ada mimpi yang harus ia wujudkan dan dari tempat inilah mimpinya akan di mulai ujarnya dalam hati.
Tyas berusaha mengakrabkan diri dengan orang orang disana tidak lama Amira Prasodjo menghampirinya.
“Tyas saya di sana dengan kolega saya kamu saya tinggal gak apa apa kan?.” Tanya Amira Prasodjo seraya menunjuk salah satu spot dimana kolega Amira Prasodjo berdiri sambil memegang gelas wine.
Tyas menganggungguk sambil tersenyum
“Iya tidak apa apa bu.”
“Carilah relasi disini orang orang hebat semua.” Bisik Amira Prasodjo sambil menepuk bahunya dan beranjak menghampiri koleganya kembali.
Sepeninggal Amira Prasodjo seorang Wanita seusia dengan Amira Prasodjo mnehampirinya dena mengulurkan tangan mengajaknya berjabat tangan.
“ Hai kenalkan saya Daniar , kamu kenal dengan AmiraPrasodjo? Tadi saya lihat kalian cukup akrab.” Tanya Wanita yang tidak kalah glamour dengan Amira .
“Ouuh hai, saya Alisha tentu saya mengenal nya kami rekan bisnis.” Sahut Tyas berbohong tidak butuh waktu lama Tyas sudah tampak akrab dengan Daniar wanita pengusaha batubara itu.
Sepanjang malam itu cerita cerita bohong meluncur dengan mulusnya dari mulut Tyas .
Orang orang itu tampak percaya dengan cerita bohong yang Tyas karang sedemikian rupa karena melihat fisik dan penampilan Tyas yang mendukung .
Menjelang tengah malam perjamuan itu baru selesai Tyas merasa sedikit pengar karena terlalu banyak menenggak wine sambil berbincang bincang.
Namun ia mati matian berusaha mengontrol kesadaran di depan Amira Prasodjo.
“Are you okay?.” Tanya Amira Prasodjo tampak khawatir melihat tyas yang sedikit sempoyongan.
“ Saya baik baik saja kok bu.” Ujarnya sambil memaksakan senyum. Setiba nya di rumah megah itu tyas langsung masuk kedalam kamarnya.
Dengan terhuyung huyung ia berusaha menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 2 pandangannya kabur anak tangga itu seolah olah berputar putar dalam pandangan matanya.
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!