Tyas segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya dan selang 15 menit kemudian dia sudah kembali mengenakan pakaian nya dan sedang mengeringkan rambutnya.
Sesekali dia melirik kearah dosen pembimbingnya yang sedang duduk di tepian kasur
" Jadi bagaimana pak tentang skripsi saya?." Tanyanya .
" Tenang saja minggu depan kamu sudah bisa sidang." Sahut dosen pembimbingnya mengulangi pernyataan nya seraya tersenyum.
Mendengar jawaban dosen pembimbingnya itu Tyas girang bukan alang kepalang spontan dia membalik kan badan dan hairdryer tercampak begitu saja.
Dia memeluk dosen pembimbingnya itu dan menghujani nya dengan ciuman ciuman di pipi dosen pembimbing nya.
"Muachh mucaaah muachhhh.. Terima kasih pak." Ucapnya senyum terkembang sempurna di wajah ayunya.
" Udah dong nanti adik bapak bangun repot." Dosen pembimbingnya melontarkan dark jokes.
Tyas tersipu malu malu dan kembali meneruskan mengeringkan rambut di depan meja rias hotel .
" Tyas bapak duluan, ingat ..ingat kamu harus ingat tips tips yang bapak berikan di depan penguji nanti ok.
" Sip pak." Tyas mengacungkan 2 jempol nya.
Satu minggu setelah sidang skripsi akhirnya Tyas di wisuda kegembiraan itu tidak bisa di sembunyikanya.
" Bu akhirnya anak mu ini di wisuda tepat waktu." seru Tyas sambil memeluk erat ibu nya setelah mengurus segala sesuatu nya untuk keperluan wisudanya nanti.
" Tenan'e?." Ujar ibunya seakan tidak percaya apa yang di katakan Putri Bungsu nya itu. Di hati perempuan berusia setengah abad itu ada rasa haru yang membuncah.
Akhirnya ia bisa mengantarkan putri bungsunya menjadi sarjana hukum sesuai amanat alamarhum suaminya.
Hari yang di tunggu pun tiba.
“ Ndang to bu ..” Seru Tyas dari depan kamar ibunya rencananya ia dan ibunya akan menghadiri wisudanya hari ini.
“ Sek to iki loch tinggal giwang .” sahut ibunya seraya memasang giwang sebesar koin 500 rupiah yang tampak gemerlap di timpa sorot lampu kamar. Tidak lama ibu dan anak yang tampil cantik paripurna dalam balutan kebaya masuk kedalam mobil menuju kampus untuk menghadiri wisuda.
“Lulusan terbaik kita tahun ini adalah Ananda Hayuningtyas Wardhani dari fakultas hukum dengan ipk 4.00.” Seluruh hadirin memberikan applaus bahkan beberapa memberikan standing applaus sebgai bentuk rasa kagum pada kecerdasan Tyas .
Namun di sudut hati Tyas yang terdalam dia merasa seperti badut di tengah sorak sorai mahasiswa dan seluruh yang hadir di acara wisuda hari itu.
Ia masih terbayang suara lenguhan panjang dosen pembimbingnya yang membuat ia bergidik ngeri jika mengingat peristiwa siang itu.
Di deretan kursi undangan seorang perempuan yang masih tampak cantik di usianya yang sudah lebih dari setengah abad tampak meneteskan air matanya mendengar putri nya di nobatkan sebagai lulusan terbaik dari fakultasnya. Ia tidak tahu jika putri nya yang ia rawat dan besarkan tak ubahnya berlian itu telah melepaskan keperawanannya demi bisa meraih gelar sarjana tepat waktu.
“Selamat ya jeng Tyas hebat loch , sudah cantik, pinter baik budinya beruntung yang jadi mertuanya nanti.” Ucap salah satu orang tua mahasiswa yang duduk di sebelahnya yang kebetulan satu fakultas dengan Tyas.
“Terima kasih jeng , semoga Almarhum bapaknya bangga anaknya bisa lulus tepat waktu.” Sahutnya sambil Kembali menitik kan air mata mengingat allmarhum suaminya yang telah meninggal beberapa tahun lalu.
Satu bulan setelah acara wisuda itu itu Tyas pamit pada ibunya untuk merantau ke ibukota ambisinya untuk jadi duta besar begitu menggebu gebu di hatinya.
“Bu doakan agar saya bisa sukses supaya impian saya agar jari jari ini penuh dengan berlian dan kelililing dunia itu terwujud.” Ujar Tyas sambil menggerakan jemarinya menirukan gaya lawyer flamboyan yang sering wara wiri di televisi itu.
“Ra sah mbok jalok samben dino yo kuwi seng dadi panyuwun ku maring gusti allah.” Sahut sang ibu sambil mengeleus kepala akan bungsunya itu.
Dengan berbekal uang hasil penjualan mobil yang biasa ia gunakan sehari hari ke kampus Tyas akhirnya meninggalkan kota kelahirannnya menuju ibukota untuk mewujud kan ambisinya , setelah mendapat kost yang nyaman dan strategis ia segera mencari lowongan pekerjaan dengan berbekal ijasahnya .
Sayang nya ibu kota tidak seindah seperti yang ia bayangkan sudah hampir dua bulan ia memasukan lamaran yang sesuai dengan back ground pendidikan nya satu pun belum ada yang memanggilnya untuk interview.
Rencananya sambil menunggu ada kesempatan seleksi penerimaan cpns ia ingin bekerja di tempat lain untuk bertahan di ibukota. Hingga bulan ketiga belum juga ada panggilan interview ia sudah hampir menyerah dan Kembali pulang kekota kelahiran.
Selama tiga bulan hidup di ibukota berbagai macam ujian sudah ia alami dari di tipu teman satu kost hingga nyaris di jadikan kupu kupu malam .
Dia menelfon ibunya dan meminta maaf jika ia sepertinya gagal menggapai mimpinya ia memutuskan untuk kembalai pulang.
“Bu nyuwun ngapunten saya ingin pulang saja sampai sekarang belum dapat kerja Jakarta tidak welcome terhadap saya.” Ujar tyas sambil menahan rasa malunya.
“Kan ibu sudah pernah bilang ra usah adoh adoh ngeyel nek di kandani.” Sahut ibunya di ujung telfon.
“ Heehe hhehe inggih bu .” ia terkekeh mendengar jawaban ibunya yang tidak marah mendengar ia gagal menggapai mimpinya di ibu kota.
Namun baru saja ia menekan tombol end pada smartphonenya panggilan lain masuk rupanya itu panggilan dari salah satu perusahaan untuk interview ,hatinya girang bukan alang kepalang mendapat panggilan interview dan sekaligus mendapat kabar kalau ia lolos di salah satu firma hukum yang ia pun sudah hampir lupa jika pernah interview disana.
Segera ia menghubungi ibunya Kembali jika ia tidak jadi pulang kandang karena berhasil mendapakan pekerjaan setelah sekian lama menunggu.
“ Alhamdullilah bu akhirnya besok saya kerja.” Serunya girang .
“ Tenanan opo ethok ethok ben ibu bungah.” Tanya ibu nya setengah tidak percaya dengan perkataan anak bungsunya itu.
“ Ya Allah bu kalau ndak percaya besok Tyas selfi di kantor biar ibu percaya.” Timpalnya sedikit kecewa karena ibunya mengira ia sedang bersandiwara.
“ Yo wes nek tenanan seng ngati ngati eling wekasane ibu yo.” Ibunya mewanti wanti .
Dengan semangat dia berdandan dan memakai baju terbaiknya mengingat ini hari pertamanya bekerja atmosfer di kantornya begitu menyenangkan rekan rekan nya sangat welcome terhadap karyawan baru di hari pertamanya bekerja ia langsung merasa kerasan.
Satu tahun pertama ia masih rajin berkirim kabar dan menstransfer separuh dari gajinya pada ibunya namun akhir akhir ini ia jarang memberi kabar pada ibunya meski masih tetap mentransfer karena kesibukannya.
Seiring waktu jabatannya pun mulai merangkak naik dan pundi pundinya semakin tebal gaya hidupnya pun berubah seiring jangkauan pergaulannya yang semakin meluas ia mulai masuk kekalangan sosialita Jakarta.
Meskipun dia bukan berasal dari keluarga yang tidak mampu namun ternyata saat ia masuk ke kalangan sosialita Jakarta itu status keluarganya bukan apa apa ,agar tidak di remehkan ia pun mulai mengarang cerita tentang asal usulnya.
Ia mengatakan bahwa orang tuanya adalah pemilik perkebunan apel terbesar di kota batu malang yang kini di Kelola oleh pamannya yang jahat dan rakus. Setelah orang tuanya meninggal satu sen pun dia tidak mendapat jatah dari kekayaan orang tuanya itu.
Hingga pada satu kesempatan dia di undang di salah satu pesta kebun yang di gelar oleh salah satu sosialita kondang dan bertemu dengan keluarga Prasodjo yang tampak terhasut dengan cerita palsunya.
Pada semua koleganya ia mengaku bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal sejak ia masih duduk di bangku smp karena kecelakaan pesawat saat dalam perjalanan bisnis ke dubai. Karena merasa kasihan dan pada dasarnya tidak memiliki anak perempuan keluarga Prasodjo memintanya menganggap mereka sebagai ganti orang tuanya.
‘’Anggaplah kami ini sebagai orang tuamu kebetulan kami tidak punya anak perempuan.” Ujar Amira Prasodjo pengusaha perempuan terkenal di ibukota yang juga terkenal sebagai pemilik Yayasan yang peduli terhadap pendidikan anak anak terlantar.
Tidak lama mereka meminta Tyas untuk tinggal bersama di kompleks elit yang sebagian besar penghuninya adalah sosialita kalangan top Jakarta. Tentu saja banyak privilege yang Tyas dapat kan setelah tinggal bersama keluarga Prasodjo pengusaha terkenal dengan sikap dermawannya itu.
Jangkauan pergaulannya pun kian meluas hingga kekalangan ekspatriat kaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments