You Are Mine
Sesuatu yang terlebih dahulu sudah tertanam, Alena, salah satu wanita yang kini berusia 27 tahun, seorang gadis yang berkarir, kini sudah enam tahun menjabat sebagai sekretaris.
Alena adalah seorang sekretaris yang cekatan, bersama bos nya yang kini sudah hampir berumur 55 tahun, bos nya bernama Alexander Rexford. Alena cukup berhubungan baik dengan keluarga bos nya, terlebih ibu bos nya, yang bernama Elisa Rexford.
(Visualnya, biar makin halu)
Kini Alena sedang menyeimbangkan langkah kakinya dengan tuan Alexander, meeting dengan klien ini cukup penting, mereka tidak ingin terlambat sedikit pun.
"Alena, semuanya sudah siap? setelah berada di ruang meeting, tolong cek angka nol, aku tidak mau jika nol nya lebih. Kau mengerti?" Alena mengangguk dengan terus berjalan mengikuti bos nya.
Mereka akhirnya datang, setelah itu duduk di kursi masing-masing, sebagai sekretaris, Alena lebih dari sekretaris, karena semua perusahaan ini dia yang melakukannya, bos nya hanya pergi jika Alena menyuruhnya untuk melakukan pertemuan bisnis.
"Bagaimana? semuanya sudah siap?" tanya Alexander pada yang lainnya, mereka di bagian bisnis dan juga departemen lainnya.
Seseorang masuk ke dalam bersama seorang asistennya juga, pria bertubuh kekar nan tampan bagai dewa Yunani. Mereka berdiri menyambut kedatangan orang itu. Pria yang bernama Alex, tuan Alex Maxwell.
Alena menyambut kedatangannya, tersenyum dan dengan hormat membungkuk. Alexandre menjabat tangan kliennya.
Beberapa jam sudah mendiskusikan tentang rencana kerja sama, Alexander akan bersiap-siap untuk menjalankan semuanya, kini barang 500pcs sudah di pesan, dengan syarat harus menerima barang yang bagus, tentu Alexander menjanjikan hal tersebut.
Setelah pertemuan itu, Alexander dan beberapa orang lain pergi keluar untuk merayakannya. Alena juga ikut ke restoran tempat mereka akan makan bersama di sana.
"Bagus, Alena. Semua yang kau lakukan tidak pernah gagal sekalipun." puji Alexander. Alena ikut tersenyum, beberapa orang juga bahagia karena barang mereka akan langsung di antar ke negara tetangga.
Beni, menepuk pundak Alena, memberikan pujian padanya.
"Tidak salah lagi, tuan Alexander memang tidak salah merekrut mu, Alena." ujar Beni terkekeh.
"Ya ya ya, itu biasa saja. Aku Alena, Ben, jangan main-main, oke?" sombong Alena. Alexandre terkekeh mendengarnya, meskipun pintar dan cerdas, Alena tipe orang yang ceria dan memiliki sifat sombong.
"Bos, jangan lupa bonus dan uang lembur ku ya." Alena tersenyum imut pada bos-nya, lalu di hadiah kekehan oleh Alexander, begitu juga dengan Alisa, teman Alena melayangkan tinju kecil pada bagian lengan Alena.
"Tenang saja, kau dan kalian akan mendapatkan bonus." jawab Alexander.
"Tapi, untuk uang lembur mu Alena, aku tidak bisa sepertinya." lanjut Alexander menampilkan wajah di buat seolah sedih, Alena menautkan alisnya.
"Bos, tidak ada alasan apa-apa lagi, uang lembur dan bonus, sedang ku tunggu!" sergah Alena. Alexandre tertawa keras dengan gelengan kepalanya.
"Bos, sepertinya Alena ingin di usir dari perusahaan, apa ada seorang sekretaris meminta bonus tambahan dan uang lembur secara langsung seperti ini?" Goda Rendi yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Alena.
Alena dan ke empat temannya sudah di anggap sebagai anak sendiri. Alena lah yang paling dekat dengan keluarga Alexander, Alena wanita yang baik, namun sayang Alexander tidak bisa menjodohkan sekretarisnya dengan sang putra karena Alena sudah memiliki anak.
Mereka semua mulai makan, Alena menatap satu-persatu, pikirannya kini sedang memikirkan putranya yang sudah berusia 7 tahun. Alena merindukannya, putranya itu seorang hacker, kecil-kecil cabe rawit, itulah nama yang biasa Alena gunakan untuk putranya.
Bukan hanya itu, tapi putranya sudah mengerti tentang bisnis, Alena hanya menghela nafas kasar saat dirinya bertemu dengan putranya, ini semua karena pamannya Alena yang mengajarkan tentang bisnis pada putranya.
"Alena, ada apa?" tanya Alisa menepuk bahunya. Alena tersadar.
"Aku merindukan putraku, dia masih belum memberi sinyal." gumam Alena sedih. Alexandre segera meletakkan sendok dan garfunya.
"Alena, kau ingin perusahaan di bajak oleh putramu lagi? sudah cukup para IT di perusahaan ku kebingungan saat perusahaan mengalami kebobolan!" Alexandre berkata dengan serius, namun raut wajahnya tidak, malah seperti sedang bercanda.
"Bagaimana ya bos, namanya anak jenius, aku bahkan jengkel jika dia sudah melakukan itu, sudah berkali-kali aku menasehatinya untuk menelpon jika merindukan ku, tapi anak itu benar-benar nakal!" cibir Alena pada putranya sendiri.
Alexandre terkekeh geli, bersaman itu, Alisa, Beni, Karina dan Rendi ikut tertawa mendengar celotehan bos mereka.
"Sudahlah, nanti telpon saja -"
Drrtt.... drtttt.... ponsel Alexander berdering, dengan cepat mengangkat telponnya.
"Ya, ada apa?" tanya Alexander.
"Apaaa?!" pekik Alexander. Tubuhnya yang berdiri secara spontan langsung ia duduki kembali, memijit kepalanya.
"Lihatlah, baru saja putramu melakukan pembobolan lagi!" celetuk Alexander.
"Boleh saya pulang, bos?" tanya Alena meminta izin. Alexandre hanya mengangguk, hanya dengan ini lah perusahaannya akan kembali normal.
"Bagaimana dengan bonus ku?" tanya Alena sebelum pergi dari sana.
"Asisten ku akan mengirimkannya, kau tenang saja, kau menagihnya seakan aku orang yang tidak menepati janjiku!" cibir Alexander. Alena terkekeh geli, sebelum pergi ia meminum jusnya, lalu pergi dengan cepat.
Alena menunggu di bandara, putranya pasti sudah menunggunya lama. Suara lengkingan terdengar, Alena menoleh ke arah putranya yang sedang berlari.
Alena merentangkan tangannya, lalu menangkap tubuh putranya.
"Kabir!!!!!" teriak Alena.
"Mommy!" grep! Alena segera menangkap tubuh putranya dan bangkit lagi. seorang pria paruh baya mendekat ke arah mereka.
"Paman, bagaimana kabar mu?" tanya Alena, cukup senang karena pamannya juga ikut.
"Allah menjagaku, bagaimana kabarmu, Alen?" tanya pamannya yang bernama Aditya.
"Aku baik, Allah ada di samping ku." jawab Alena tersenyum. Aditya mengusap rambut Alena dengan senang.
"Ayok kita pulang, ini sudah sore." ajak Alena pada keduanya. Mereka berjalan keluar dari bandara, lalu pergi menaiki taxi.
"Alena, kenapa kau masih belum membeli mobil? bukankah kau bekerja sebagai sekretaris? kenapa masih belum membelinya?" tanya Aditya melirik pada ponakannya.
"Iya mom, jika ibu mempunyai mobil, pasti akan lebih bagus dan kita bisa berjalan-jalan tanpa harus menunggu mobil taxi!" timpal sang anak dengan serius. Alena mengerutkan alisnya, lalu mencubit hidung putranya.
"Jika mau jalan-jalan menaiki mobil, tunggu saja nanti saat ibu mempunyai banyak uang. Kita akan jalan-jalan sepuasnya." jawab Alena.
"Paman, apa selama di sana, Kabir melakukan kesalahan?" tanya Alena.
"Tidak, Kabir bahkan membantuku, pekerjaan ku banyak, sehingga Kabir membantuku dengan cekatan, aku tidak tahu otak apa yang di buatkan oleh Tuhan sehingga Kabir memiliki otak yang lancar?" Aditya bingung dengan keponakan kecilnya.
"Paman, aku adalah putra ibu, jadi sudah pasti kepintaran mommy turun ke padaku!" balas Kabir dengan baik. Alena tertawa kencang mendengarnya, sejak kapan Alena pintar? dia bahkan bingung karena tiba-tiba pintar seperti ini.
"Ingatlah Kabir, jangan mengatakan hal-hal yang aneh jika berada di perusahaan ibumu." tegur Aditya. "Alena akan menendang mu jika kau melakukan kesalahan!" lanjut Aditya dengan kekehannya.
Kabir berdehem, tidak ada niat untuk membalas ucapan pamannya.
Setelah sampai, Aditya pamit pergi, sedangkan Kabir berasa di sini untuk waktu yang lama. Sebentar lagi akan tahun baru, Kabir tentu saja ingin menggunakan waktu sebaik mungkin bersama mommynya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments
ALIKA🥰🥰CHEN ZHE YUAN.LIN YI
😁
2023-06-30
0
Zia_Lin
hai nitip dulu nanti balik lagi ya🤭
2023-04-10
0