Puber Ke-2
Luna baru saja menyelesaikan ceritanya malam itu pada Caca, putrinya, namun Caca masih belum dapat memejamkan matanya.
Luna sudah menyiapkan mentalnya untuk menjawab pertanyaan Caca, seperti malam-malam sebelumnya.
"Ayah pulang malam lagi ya Bun?" tanya Caca.
"Iya Ca, Caca bobo duluan saja, bunda akan temani Caca di sini sampai Caca bobo!" jawab Luna.
Caca, gadis mungil yang berumur 9 tahun yang baru duduk di kelas 3 SD itu, nampak menghembuskan nafasnya dengan wajah cemberut, lagi-lagi ada kekecewaan yang tersirat dari wajah mungilnya itu.
Luna juga tidak bisa melakukan banyak hal untuk Caca, dia hanya bisa menemani Caca, sampai Caca benar-benar tertidur.
"Teman-temanku sering cerita, kalau ayah mereka sering pulang cepat, dan membawakan makanan, juga mengajak mereka jalan-jalan, sedangkan ayah, sudah lama tidak pernah mengajak kita jalan-jalan lagi!" gumam Caca sambil memeluk gulingnya.
"Maafkan ayah Ca, mungkin Ayah sedang sibuk, ya sudah sekarang Caca bobok, besok pulang sekolah Bunda ajak jalan-jalan ke mall ya, diantar oleh Bang Juna!" ujar Luna.
Caca hanya menganggukkan kepalanya, meskipun kekecewaan masih terpancar di wajahnya, gadis mungil itu kemudian berusaha untuk memejamkan matanya, karena dia sadar besok pagi dia harus bangun pagi-pagi untuk berangkat ke sekolah.
Setelah menunggu beberapa saat lamanya, Caca benar-benar sudah nampak tertidur, saat itulah Luna mulai beranjak dari tempat tidur Caca, kemudian dengan perlahan menutup pintu kamar Putri semata wayangnya itu.
Luna berjalan ke arah ruang makan, di meja makan itu masih ada makanan bekas makan malam tadi, dulu makan malam selalu habis tanpa sisa, namun setahun belakangan ini, semuanya berubah, tidak ada lagi makan malam bersama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Luna menarik nafas panjang membayangkan dulu, Ivan suaminya selalu pulang sore, membawakan makanan kesukaannya atau mainan-mainan untuk Putri kecil mereka, di awal-awal pernikahan rasanya mereka begitu bahagia.
Namun ternyata, kebahagiaan itu tidaklah bertahan lama, apalagi sejak Ivan mulai sering pulang terlambat, dan lama-kelamaan hampir setiap malam Ivan selalu pulang larut malam, dia baru akan pulang di atas jam 12.00 malam, dan keesokan harinya dia sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali, begitu seterusnya.
Pernah suatu ketika Luna menanyakan hal itu pada rekan-rekan di kantornya, dan Luna harus menerima kenyataan, bahwa Ivan sudah mulai tergoda oleh wanita lain, dan itu menyebabkan suaminya itu sering pulang larut malam.
Luna bisa saja marah ataupun menggugat Ivan, namun dia teringat akan Caca, demi Caca Luna terpaksa harus diam dan menyimpan semuanya di dalam hatinya.
Beberapa kali Luna pernah menegur Ivan dan mengajaknya bicara dari hati ke hati, Namun sepertinya Ivan sedang mengalami masa di mana dia kembali jatuh cinta pada orang lain, dan Luna berusaha menutupi semuanya itu dari Caca, Luna tidak ingin hati Caca terluka.
Akhirnya Luna membiarkan saja Ivan pulang sesukanya, dan dia tetap menjalankan peran seorang istri seperti biasanya, meskipun kini hatinya sudah terasa sangat hambar dan hampa, seolah sudah tidak ada lagi cahaya di dalam rumah ini.
Hanya Caca lah harapan satu-satunya Luna untuk bisa terus bertahan.
Untuk menyibukkan diri dan supaya tidak terlalu berlarut-larut dalam situasi rumah tangga yang sedang tidak baik-baik saja ini, Luna membuat beraneka macam kue melalui pesanan online, sehingga Luna bisa sejenak melupakan apa yang dirasakannya.
"Lho Bunda Luna masih duduk di sini? belum tidur toh Bun?" tanya Ijah, asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumah ini sejak Luna menikah.
"Sebentar lagi juga tidur Jah, Oh ya bahan-bahan buat kue besok sudah siap belum? kebetulan ada pesanan di komplek sebelah!" sahut Luna.
"Sudah siap Bun, Pokoknya besok tinggal buat saja, saya juga sudah bilang kok sama Bang Juna Untuk mengantarkan Bunda Luna, jadi besok pagi-pagi sekali Bang Juna sudah sampai rumah!" kata Ijah.
"Oh iya, sampai lupa, besok kan hari Senin ya, waktunya Bang Juna pulang ke sini, Aku sampai lupa hari!" gumam Luna.
"Iya Bun, lagi pula kan seminggu sekali Bang Juna memang pulang ke kampung, karena dia di sana ada istrinya, tapi kan cuman satu hari saja, habis itu dia balik lagi ke sini!" sahut Ijah.
"Ya sudah Jah, kamu boleh tidur, sebentar lagi aku juga mau masuk kamar kok, sudah mengantuk!" ujar Luna yang kemudian bangkit dan melangkah ke arah kamarnya.
Setelah sampai di kamarnya, Luna kemudian menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidurnya, lagi-lagi malam ini dia sendiri di tempat tidurnya, entah jam berapa Ivan akan kembali, kini Luna sudah tidak peduli lagi.
Waktu sudah menunjukkan jam 12.00 malam, biasanya Ivan sudah pulang dan kemudian langsung tidur, tapi malam ini sepertinya Ivan belum pulang karena tidak terdengar tanda-tanda dia pulang.
Hingga setelah beberapa saat lamanya, barulah terdengar suara deru mesin mobil dari arah luar, itu adalah mobil Ivan, setelah memarkir mobilnya, Ivan pun nampak masuk ke dalam rumah dan berjalan langsung menuju ke kamarnya.
Seperti biasanya, setelah sampai di kamar Ivan pun langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, sementara Luna masih terlihat berbaring, seolah tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh Ivan, karena Luna merasa dia sudah capek.
Setelah itu Luna merasa tempat tidurnya seperti bergoyang, ternyata Ivan sudah mulai berbaring di sampingnya, meskipun belakangan ini mereka jarang sekali berkomunikasi, namun mereka masih tidur dalam satu ranjang, dan di depan orang-orang hubungan mereka seolah baik-baik saja.
"Caca sudah tidur?" tanya Ivan.
"Ini sudah jam berapa ya? Tentu saja Caca sudah tidur, masa iya dia menunggumu sampai jam segini!" jawab Luna.
"Kapan-kapan aku akan mengajak Caca jalan-jalan!" kata Ivan yang kini mulai mengeluarkan ponselnya, dan bermain-main di sana, sementara Luna masih berbaring membelakangi Ivan.
"Sudah berapa kali Ayah mengucapkan janji itu pada Caca, tapi belum sekalipun Ayah memenuhi janji itu, Ayah boleh mengabaikan Bunda tapi jangan Caca!" cetus Luna.
"Maaf Bun, tapi besok ayah akan berusaha untuk memenuhi janji kepada Caca!" ujar Ivan.
Tiba-tiba Luna membalikkan tubuhnya, kemudian duduk di atas tempat tidurnya Itu sambil menatap ke arah Ivan suaminya, yang masih berbaring santai sambil memegang ponselnya.
"Kalau ayah tidak mampu untuk memenuhi janji pada Caca, lebih baik ayah tidak usah berjanji sekalian, Apakah Ayah sadar kalau Ayah telah melukai hati Caca? Ayah boleh melukai hati Bunda, tapi jangan Caca!" seru Luna yang sudah sejak tadi menahan keinginannya untuk berbicara pada Ivan.
"Bunda! Apa begitu cara berbicara dengan suami?" tanya Ivan yang kemudian ikut duduk di atas tempat tidur di hadapan Luna.
"Apakah masih ada penghargaan di antara kita? Apakah Ayah masih menganggap Bunda sebagai istri ayah?" seru Luna yang kini sudah diambang batas kesabarannya.
Bersambung ...
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
KUNCORO'S Days
Yaahhh, ternyata Bang Juna juga udah punya istri toh... Jadi penasaran kaaannn... Semangat Kak Dewi... kutunggu lanjutannya😍😍😍
2023-02-07
1