Siang itu seperti biasa di siang-siang sebelumnya, Luna akan menjemput Caca ke sekolah diantar oleh Juna.
Luna turun dari mobil yang telah diparkir oleh Juna di parkiran sekolah, kemudian Luna berjalan ke arah lobby, di mana anak-anak menunggu jemputan.
Belum sampai di lobby, Caca nampak berlari-lari kecil sambil Melambaikan tangannya ke arah Luna, Luna pun tersenyum kemudian setelah sampai Luna memeluk Caca dengan erat seperti yang biasa dilakukannya.
"Kita jadi ke mall kan Bun?" tanya Caca.
"Iya dong Ca, kan Bunda sudah janji sama Caca, nanti Caca boleh makan apa saja yang Caca suka!" jawab Luna.
"Yes! Tidak apa-apa lah tidak ada ayah, bisa jalan sama Bunda saja aku sudah senang kok!" kata Caca yang kemudian menggandeng tangan Bundanya itu menuju ke mobil yang sudah menunggunya di parkiran.
Luna dan Caca kemudian langsung naik ke atas mobil Yang mesin mobilnya memang sudah dinyalakan oleh Juna, supaya tetap terasa sejuk.
"Kita jadi langsung ke mall Bun?" tanya Juna.
"Iya Bang, kita langsung ke mall saja ya, lagi pula aku sudah membawakan Caca baju ganti kok!" jawab Luna.
"Siap bunda!" jawab Juna yang kemudian langsung melajukan mobilnya itu keluar dari parkiran sekolah.
Kira-kira 30 menit perjalanan, mereka sampailah di sebuah mall yang cukup besar yang tidak jauh dari sekolah Caca.
Juna kemudian langsung masuk ke dalam mall untuk memarkirkan mobilnya, dan berhubung hari masih siang, mereka mendapatkan parkir tepat di depan mall tersebut.
"Saya tunggu di sini saja Bun! Biar Bunda dan Caca saja yang masuk ke mall!" kata Juna.
"Bang Juna ikut lah, ngapain tunggu di parkiran, kita makan sama-sama saja bang, ayo Bang!" ujar Luna.
"Iya Om Juna, Om Juna ikut saja! Lagian kita cuma berdua saja kok, biar rame gitu!" Timpal Caca.
"Tapi Bun, saya jadi tidak enak nih, tugas saya kan hanya mengantarkan sampai sini saja, tidak enak ikut makan sama bunda dan Caca!" tukas Juna sungkan.
"Bang Juna apaan sih, kita kan cuman makan bareng saja Bang, sekalian belanja bulanan juga, Ayolah Bang ikut sekalian!" bujuk Luna.
"Kalau begitu, baiklah Bun, saya ikut, Saya hanya menemani Bunda dan Caca saja, tidak ikut makan juga Tidak apa-apa kok!" kata Juna yang kemudian mulai mematikan mesin mobilnya dan keluar dari mobil.
Luna tersenyum, beberapa kali Luna memang sering kali mengajak Juna untuk ikut serta kalau dia dan Caca sedang jalan-jalan, tapi sepertinya Juna terlalu sungkan, baru kali ini Juna mau ikut diajak olehnya.
"Caca mau makan apa?" tanya Luna yang sedari tadi tak lepas menggandeng tangan Caca.
"Aku mau makan Bento saja Bun, lagi pengen!" jawab Caca.
"Oke deh, yuk kita naik sekali lagi, restorannya kan ada di atas!" ujar Luna.
Mereka kemudian berjalan kembali dan naik eskalator menuju ke atas Juna mengikuti di belakangnya.
Hingga mereka sampai di restoran yang diinginkan Caca, baru saja Luna mencari tempat untuk duduk, tiba-tiba matanya tertuju pada seseorang yang duduk di sudut restoran itu, dan dia mengenal Siapa orang itu.
Itu adalah Ivan, suaminya, yang sedang duduk makan bersama dengan seorang wanita.
"Bun, itu kan ayah!" seru Caca sambil menunjuk orang yang tadi dilihat oleh Luna.
Luna tidak bisa menyembunyikannya lagi, Ivan nampak sedang makan bersama dengan seorang wanita, tadinya dia mau buru-buru pergi meninggalkan restoran itu sebelum Caca melihatnya, namun ternyata Caca juga suda melihatnya.
"Ca, kita cari tempat lain saja ya, jangan makan di sini!" kata Luna.
"Itu Ayah sama siapa Bun? Kenapa tidak kita datangi saja Ayah? Lagian Sudah lama aku tidak bertemu ayah!" ucap Caca sambil menatap ke arah Luna.
"Tidak! Caca tidak boleh menemui ayah! Ayo kita keluar dari sini! Caca tidak mengerti apa yang dilakukan Ayah di sana!" sergah Luna yang kemudian langsung menarik tangan Caca keluar dari restoran itu. Dia terus berjalan sambil menarik tangan Caca.
"Bunda kenapa? Kenapa ayah dan bunda selalu musuhan? Memangnya kenapa kalau kita samperin Ayah ke sana? kenapa Bunda malah ajak aku keluar?" tanya Caca tak mengerti.
"Caca! kali ini Caca harus menurut Bunda! Kita tidak boleh bertemu ayah dalam situasi seperti ini, Ayah lagi bersenang-senang di sana, kita tidak boleh mengganggu dia!" jawab Luna yang matanya kini mulai memerah menahan genangan air yang hendak tumpah sedari tadi.
Tiba-tiba Juna yang sadari tadi mengikuti mereka mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, kemudian Juna langsung mengusap wajah Luna yang kini mulai meneteskan air mata itu dengan sapu tangannya.
"Bunda jangan menangis! Bunda tidak pantas menangis di sini!" ucap Juna.
"Terima kasih Bang, Ayo kita pergi dari sini!" kata Luna yang kembali menarik tangan Caca menuruni tangga eskalator.
Luna kemudian berhenti di sebuah restoran yang letaknya tidak jauh dari tempat mobil mereka terparkir, entah mengapa seleranya untuk makan tiba-tiba hilang, hatinya begitu sakit saat melihat Ivan makan berdua dengan seorang wanita.
Sejak lama Luna memang sudah tahu kalau Ivan berselingkuh, apalagi belakangan ini Ivan sering pulang malam, tapi Luna mencoba berpura-pura tidak tahu dan berpura-pura tegar, hanya untuk melindungi Caca.
Namun siapa sangka, Caca juga melihat dengan mata kepalanya sendiri, Ayahnya makan bersama dengan seorang wanita, Luna bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Caca.
Mereka kemudian duduk dan entah mengapa sejak tadi wajah Caca juga kelihatan muram.
"Ca, Katanya Caca lapar? Caca silakan pesan mau makan apa?" tanya Luna.
"Aku tidak mau makan di sini bun!" sahut Caca.
"Jadi Caca mau makan di mana? Kan Caca sendirian minta mau jalan-jalan ke Mall terus makan di Mall!" ujar Luna.
"Aku tidak mau makan, kalau wajah bunda saja sedih begitu!" sahut Caca.
"Kalau begitu kita pulang saja, kita makan di rumah!" kata Luna yang kemudian langsung berdiri dan berjalan keluar lagi dari restoran itu.
Juna kemudian langsung menggandeng Caca menyusul Luna.
"Saya tahu apa yang bunda rasakan, kalau begitu kita masuk mobil yuk Bun, Sepertinya saya tahu tempat yang nyaman buat bunda, supaya di sana bunda bisa menangis!" ucap Juna yang kini berjalan di samping Luna.
Luna hanya menganggukkan kepalanya tanpa menjawab, Kemudian mereka pun kembali masuk ke dalam mobil dan dengan cepat Juna kemudian langsung keluar dari parkiran Mall itu, hari ini mereka batal makan di mall, karena melihat Ivan yang juga makan bersama dengan seorang wanita, dan itu membuat Luna begitu sakit hati.
Juna terus melajukan mobil itu hingga mereka sampai ke satu taman kota, di situ ada danau dan ada beberapa pedagang kaki lima yang berjejer.
Meskipun cuaca panas namun di taman kota itu ditumbuhi banyak pohon rindang sehingga membuat teduh suasana
Juna kemudian memarkirkan mobilnya itu di pinggir jalan dan mengajak Luna juga Caca turun dari mobil. Mereka kemudian duduk di bangku taman.
"Bunda, di sini ada makanan Kayak bakso, siomay, cilok, ketoprak, rasanya walau kaki lima tapi enak kok, Bunda mau makan apa?" tanya Juna.
"Terserah Bang Juna saja, aku ikut apapun yang Bang Juna pesan!" jawab Luna.
"Kalau Caca mau makan apa?" tanya Juna sambil menoleh ke arah Caca.
"Aku mau makan siomay saja Om Juna!" jawab Caca.
"Baiklah, kalian tunggu sebentar ya, Saya akan pesankan makanan untuk kalian, kasihan perutnya sudah lapar kan!" ucap Juna yang kemudian langsung melangkah menuju ke tukang dagang yang berdiri berjejer tak jauh dari tempat itu.
Tak lama kemudian, Juna sudah kembali dengan membawa satu piring siomay dibantu oleh pedagang siomay, kemudian mereka makan siomay sama-sama di taman kota itu.
"Bagaimana rasanya? Enak kan?" tanya Juna.
"Iya Bang, rasanya enak sekali, aku jarang-jarang makan jajanan di pinggir jalan seperti ini!" jawab Luna.
"Iya Om, rasanya enak banget, ini aku malah mau nambah lagi!" Timpal Caca.
Juna tersenyum, setidaknya dia sudah berhasil membuat majikan dan anak majikannya itu tersenyum kembali, membayangkan betapa sedihnya wajah mereka saat berada di mall tadi.
Bersambung ....
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments