Misteri Kerajaan Ghaib

Misteri Kerajaan Ghaib

Darah segar

Dua alam berdampingan

Di sebuah kota yang dahulu pernah berkembang pesat menyimpan cerita mistis sampai saat ini menjadi momok menakutkan. Kebanyakan orang menutup mulut rapat-rapat, tidak memperbincangkan segala tragedi yang terjadi. Di kota itu terdapat sebuah kerajaan ghaib yang di pimpin oleh seorang ratu yang bernama Singkasa. Ratu kejam yang berparas cantik, berkulit kuning langsat, bermata coklat, berambut pirang. Dia selalu di damping para dayang kemanapun dia berada.

Tidak terkecuali hari ini, di balik kecantikannya itu menyimpan sebuah kisah hitam. Sang ratu menggunakan persembahan para wanita perawan sebagai ritual kecantikan dan keabadiannya. Hari ini di bulan purnama merah ketiga yang berwarna merah darah, dia memerintahkan para algojo untuk membawa tujuh para gadis perawan sebagai persembahan ritual di kolam raksasa rahasia. Ada sebuah patung setan yang berdiri di tengah-tengahnya. Kota ghaib terbengkalai setelah berbagai teror dan kejadian, hanya beberapa para wisatawan atau pengunjung yang singgah.

Mimpi sang ratu

Dia menangis tersedu-sedu meraih sapu tangan untuk menyeka air matanya. Singkasa mengira mimpi buruknya tadi sudah selesai. Tapi berlanjut ketika dia memulai tidurnya kembali, sambungan mimpi sosok makhluk halus mencekik dirinya. Kamar kebesarannya berubah menjadi sebuah tempat yang mengerikan. Dari dinding keluar sosok, kepala tengkorak berjatuhan bergerak mendekati. Tidak terkecuali sosok makhluk berbaju putih yang sebelumnya mencekik dirinya

“Siapa kau! Mau apa kau?” tanya sang ratu.

Dia tertawa menyeringai, melemparkan kepala tengkorak . Amarah terlihat dari goresan mata, jemarinya yang panjang, kuku hitam sesekali mendekat menyayat tubuhnya.

“Ratu, kejahatan mu telah di saksikan oleh langit. Di suatu masa kerajaan mu akan runtuh, jiwa mu akan melayang dan leher mu akan di tebas pendekar wanita dari kota terpencil” gema suara wanita itu lalu menghilang di udara.

......................

“Ada apa ratu? Apakah ada yang kurang dari ritual ini?” tanya sang dayang pendamping.

“Tidak, cepat jalan kan ritualnya!” bentak sang ratu mendongakkan dagu berjalan duduk di depan kolam.

Seorang penyihir tua mengetuk tongkat ular sebanyak tujuh kali. Satu persatu gadis perawan persembahan di masukkan ke dalam air. Leher mereka di tebas dengan keadaan sadar, suara tangis bercampur jeritan tidak berhenti terdengar di ruangan besar itu. Tidak ada kata kasihan ataupun rasa iba, sang ratu malah tertawa, dia sudah tidak sabar untuk mempercantik wajah dan keabadiannya.

Sudah terhitung enam gadis masuk ke dalam kolam sampai lah pada gadis ke tujuh. Tanpa di sangka-sangka rembulan merah tiba-tiba tertutup awan pekat hitam. Sang penyihir kebingungan mendongakkan kepala menoleh ke atas langit. Tidak seperti biasanya fenomena alam terjadi seperti ini. Para makhluk bergentayangan dan raja setan perlahan menghilang. Patung raksasa merah yang sempat menyalakan mata kini kembali seperti semula.

“Apa yang terjadi?” tanya sang ratu.

Penyihir menutup mata, melanjutkan membaca mantra berharap rembulan merah kembali bersinar dan awan berselimut kabut hitam pekat memudar. Dalam benak sang ratu berkecamuk, dia mengingat lagi mimpi yang baru saja di alami. Tanpa menunggu bulan purnama merah memperlihatkan sinarnya, dia merampas pedang dari tangan sang algojo. Seperti sudah kerasukan setan, sang ratu menebas leher gadis terakhir sampai kepalanya yang terlepas terhempas keras di ubin.

“Ratu, apa yang telah kau lakukan?” ucap sang penyihir.

“Cepat selesaikan ritualnya!” teriak sang ratu.

Setelah membunuh gadis persembahan terakhir, sinar rembulan merah menampakkan cahayanya kembali. Mata setan di balik patung menyala tajam menerbangkan arwah gentayangan masuk ke dalam kolam yang sudah bersimbah darah. Harum aroma darah membuat para iblis dan setan kegirangan. Terutama raja iblis langsung mengabulkan semua permintaan sang ratu. Para sukma gadis yang telah mati itu dia rantai di dalam kurungan neraka iblis. Salah satu sukma yang masih sulit dia raih akibat kejadian bulan merah yang tertutup.

Sang iblis mencari cara, memaksa merampas sukma yang masih menangis di sudut kolam. Di sisi lain, sang ratu memakai gaun putih yang berjalan masuk ke dalam kolam darah. Membasuh wajah, menenggelamkan tubuh mendengar suara mantra si penyihir yang bercampur teriakan makhluk halus.

“Hahaha! Akulah ratu tercantik di negeri ini!” ucap suara keras Singkasa.

...💀...

...----------------...

Kebanyakan kaum hawa mengira bahwa kecantikan dapat menjadi daya tarik dan pemikat kaum adam ataupun menjadi sebuah kebanggaan pada dirinya sendiri. Persepsi, hawa nafsu berlebihan ingin terlihat berbeda dan segalanya di mata khalayak ramai. Menggunakan berbagai cara yang di tempuh hingga melupakan kodrat yang seharusnya menua sampai batas usia yang tidak di tentukan.

Apa yang kita tanam, itulah hari esok yang akan kita tuai. Segala sebab akibat, perbuatan tingkah laku dan cara yang menyalahi aturan hidup akan terganti dan terbayar sesuai takdir dan nasib manusia. Putri Singkasa semakin menyombongkan diri, hari demi hari para bangsawan hingga sampai ke seluruh penjuru memuja kecantikannya.

Pagi hari di cuaca yang mendung, dari kejauhan sang penjaga pintu gerbang istana mendengar ramai suara tapak kuda berlari. Dia menggunakan teropong melihat sinyal bendera hitam lambang matahari memasuki wilayah batas kerajaan. Dia begitu terkejut sampai menjatuhkan teropong lalu berlari mencari panglima.

“Cepat bersiap-siap untuk menyambut mereka” perintah sang panglima.

Di dalam ruangan sang ratu

Dayang pendamping tanpa mengetuk pintu langsung masuk ke dalam ruangan. Hampir saja pelipisnya terkena lemparan tusuk konde ukuran kalajengking milik sang ratu.

“Rasma! Berani sekali kau masuk tanpa mengetuk pintu!” bentak sang ratu.

Sang dayang membungkuk dan berkata: “Maafkan hamba yang mulia, ada penguasa bendera matahari menuju ke sini.”

“Apa? Bukankah simbol matahari adalah milik penguasa terkaya di negeri ini?” gumamnya.

“Cepat bantu aku bersiap menyambut mereka” perintah Singkasa.

Suara pukulan tabu bersahutan, bunyi sofhar dan para prajurit berbaris menyambut pangeran Eden memasuki halaman istana. Dia turun dari kuda hitam berdiri melihat kedatangan sang ratu. Pandangan tidak bisa terlepas mengamati wajah wanita yang membuat dirinya begitu penasaran.

“Ternyata benar kabar angin yang membawa ku kesini. Kau adalah ratu tercantik dari seluruh penjuru negeri” ucap pangeran Eden sambil menyodorkan tangan ke Singkasa.

“Terimakasih atas pujian mu wahai pangeran terkuat dari seluruh penjuru negeri” balas sang ratu.

“Hahaha! wahai ratu, engkau bisa juga bergurau pada ku.”

Gaun indah berlapis sutra dan emas membungkus tubuh sang ratu, aksesoris, mahkota dan perhiasan lengkap menghiasi tubuhnya. Pertemuan keduanya di gelar di alun istana, sang pangeran masih tidak henti melihat sang ratu. Di depannya telah di hidangkan minuman, makanan dan buah-buahan begitupun jamuan untuk seluruh para prajurit yang dia bawa. Sang ratu hanya sesekali membalas tatapannya kemudian meneguk segelas minuman sampai habis.

“Pangeran Eden harus menjadi milik ku! Dengan memperluas kekuasaan, aku bisa sangat mudah mendapatkan para gadis perawan sebagai persembahan kecantikan ku” gumam Singkasa.

Iringan musik dan tarian khas melambai indah di nikmati oleh para prajurit negeri matahari. Sang pangeran meraih pisau hendak memotong apel hijau di hadapannya. Tatapan mata masih memperhatikan sang ratu. Tanpa sadar, Eden memotong ujung kulitnya sendiri, darah keluar deras membuat pengawal pendampingnya panik.

“Pangeran hentikan, ujung jari mu sudah terluka!” ucap sang pengawal menyadarkan lamunannya.

Ratu hanya tertawa melihat tingkah Eden, hal itu membuat sang pangeran semakin penasaran. Dia hanya menutup luka dengan sapu tangan lalu berjalan mendekati sang ratu. Menunduk menyodorkan sebuah simbol matahari tanda kepemilikan dirinya. Melihat hal itu semua mata terperangah kepada mereka.

“Jika mengetahui hal ini maka raja matahari akan sangat marah dengan kita” bisik sang prajurit.

Kepulangan pangeran Eden dan pasukannya di antar sampai di depan pintu gerbang. Pangeran meninggalkan beberapa peti dan bahan sutra untuk sang ratu. Dia berjanji akan kembali lagi dan langsung meminta sang ratu agar mau menjadi istrinya. Namun, keinginan sang pangeran di tentang oleh raja. Raja Matahari murka hingga dia meminta eden memilih dirinya atau sang putri. Pangeran sangat kecewa dengan sang raja. Setelah hari itu, kedekatan antara ayah dan anak semakin renggang.

Malam berganti, mimpi buruk ratu Singkasa tidak pernah berhenti menggangu. Tidur tidak nyenyak dan kondisi kesehatannya menjadi menurun. Para tabib sibuk memeriksa, ramuan dan obat yang di racik masih enggan di minum olehnya.

“Wahai ratu, bagaimana engkau bisa sembuh jika semua obat ini tidak engkau sentuh sedikitpun?”ucap dayang pendampingnya.

“Diam lah jangan mengganggu ku! Tinggalkan aku sendiri” bentak sang ratu.

Tubuh lemah, lesu dan lunglai. Sang ratu memakai gaun tidur menyelimuti tubuhnya rapat-rapat berusaha memejamkan mata. Di dalam alam bawah sadar, ratu berdiri di atas kolam berdarah. Dia melihat para gadis yang telah menjadi tumbal untuk kecantikannya sedang melepaskan kulit mereka. Tatapan tajam melihat Singakasa, sebagian ada yang memegang kaki dan tubuhnya sambil menangis kesakitan.

“Hei, tolong aku. Kembalikan tubuh ku!” jerit gadis berambut pirang.

“Ratu! Kembalikan darah ku! Aku belum mau mati!” teriak gadis lainnya.

Terpopuler

Comments

Yurnita Yurnita

Yurnita Yurnita

mampir thor

2023-03-26

0

bang tan

bang tan

jejak abang

2023-02-24

0

pisang goreng

pisang goreng

pulang malah nyari cwe lain. dasar Toton

2023-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!