“Tolong! Arghh!” teriakan seorang wanita di depan pintu rumahnya.
“Ada ada bu Kamba?”
“Tolong Surmi menghilang! Padahal dia baru saja dari kamarnya”
Kabar mengejutkan itu menggemparkan masyarakat. Kasus pertama kali yang di tangani oleh petugas kerajaan di pimpin oleh penjaga istana Yeti. Dia memeriksa kamar Surmi, semua rapi tidak ada tanda-tanda pelaku masuk ke dalamnya. Kamba menangis meraung-raung, suaminya sedang bekerja di luar wilayah, jika pun harus memberi kabar dengan surat lalu menunggu balasan selama berhari-hari.
“Siapapun orangnya tolong anak ku! Hiks.”
Teriakan selanjutnya mengabarkan anak perempuannya yang hari ini menginjak usia tujuh belas tahun menghilang di dalam kamar pula. Jeritan beruntun di satu malam yang sama.
Beberapa jam lalu
Surmi tidak bisa tidur selama seminggu, dia juga sering melihat hal-hal ganjil mengganggunya. Setiap malam, dia di ganggu sosok wanita tua yang memakai tongkat ular. Kantung matanya bengkak di bagian bawah kehitaman terlihat sangat nyata. Kamba meminta anak gadisnya itu untuk tidur lebih cepat, setelah makan malam keduanya saling tersenyum. Kali ini ada yang berbeda dari Surmi, dia memeluk ibunya lebih erat sampai Kamba menyudahi anaknya untuk segera tidur.
Surmi di curi para pelayan ratu Singkasa melalui sosok Usiga dan Gentra. Mereka menjelma menjadi asap hitam menyusup masuk ke kamar Surmi melalu sela-sela ventilasi udara. Tubuhnya di tutup kain hitam, perempuan itu menghilang menuju penjara kerajaan.
Sebuah tempat berukuran kecil , sempit dan dingin. Ketika tersadar, dia berdiri di balik jeruji besi melihat lorong-lorong panjang gelap gulita. Dari ujung seorang wanita membawa lilin panjang, di belakangnya di susul dua pria bertubuh besar. Mereka membuka pintu, tangan Surmi di ikat dan mulutnya di tutup.
“Mimpi ku yang nyata, sekarang kematian akan datang menjemput ku” gumam Surmi.
“Lepaskan aku!” suara yang tidak bisa di ucap dengan jelas.
Salah satu dari pria besar menampar wajahnya saat dia melakukan pemberontakan. Amarah pria kedua kesakitan, salah satu bola matanya di tusuk Surmi menggunakan tusuk sanggul kayu yang menggulung sanggulnya. Hampir saja kedua pria itu lepas kendali membunuhnya sampai salah seorang dayang istana mengingatkan.
“Cukup atau aku akan menghukum kalian!” ucap dayang kepercayaan sang Ratu.
Melewati sebuah kuil kerajaan, di belakangnya dan jembatan penghubung ke sebuah patung raksasa berwujud mengerikan. Kedua pria itu berhenti, sang dayang menarik Sumurni masuk ke salah satu pintu rahasia bawah tanah dekat patung. Dia terkejut melihat sebuah kolam raksasa di tengah-tengahnya terdapat patung yang mirip dengan patung dekat pintu masuk.
Di bagian tepi kolam, ada seorang wanita tua yang mirip di mimpinya sedang mengasah sebuah pisau. Kakinya di pukul di paksa berlutut menyambut Seorang wanita memakai gaun panjang yang sangat indah, wajahnya tidak menunjukkan kejahatan. Perhiasan memenuhi lehernya yang jenjang dan jemarinya yang lentik.
Satu persatu para gadis lain ikut bersujud pada wanita yang tersenyum di kursi kebesarannya. Wanita tua memakai tongkat menghentakkan tongkatnya ke tepi kolam. Suara aneh menggema di ruangan, satu persatu para gadis di tarik algojo, dia menebas leher mereka dengan senjata tajamnya lalu memasukkan ke dalam kolam. Suara jeritan, rasa sakit mengerang di balas senyuman menyeringai sang ratu.
Wanita berkedudukan penguasa negeri Piramid itu bermandikan darah perawan, membasuh muka hingga meneguk darah seperti meminum air yang sangat manis. Dia tidak memperdulikan mayat-mayat yang mengapung di atas permukaan air.
Nafsunya mempercantik bahkan harus terlihat semakin cantik jelita. Kini setiap malam dia mendambakan pernikahan dengan sang pangeran Eden. Namun pada bisikan malam selanjutnya mengatakan hal yang menggoyahkan pikirannya.
“Engkau adalah ratu tercantik penguasa negeri, seluruh penjuru memuja mu. Apakah hanya pria bergelar pangeran saja yang akan kau dapatkan? Kenapa engkau tidak menempatkan posisi sebagai ratu matahari terkuat dan terhebat?”
Bisikan sosok setan yang terselubung di tengah-tengah kolam. Singkasa memikirkan hal itu berulang kali, dia mendapat pesan kabar burung mengenai sang raja matahari yang terkuat berusia abadi seratus tahun memimpin kerajaan. Usianya terbilang abadi, tubuhnya masih kekar dan wajahnya tidak keriput, namun ketampanan pangeran Eden menandingi wajah sang ayah.
“Jadi mana yang akan aku pilih? Mengapa tidak keduanya! Ahahah.”
Sang penyihir membaca mantra, arwah-arwah para gadis yang keluar dari tubuhnya di cabut paksa di makan oleh para setan yang bertebaran dari dalam patung bermata merah.
“Arghhh!”
......................
Pada hari panjang di dalam gangguan para iblis dan setan. Alam dunia tidak terlepas dari gangguan ghaib. Mereka memainkan peran dalam tipuan. Menembus kota misteri di balik cerita kerajaan ghaib. Di dalam kabut pekat gangguan tidak berhenti sampai jeritan seisi mobil terkejut melihat burung-burung mati membentur kaca jendela mobil.
“Argggh!”
“Pi, kenapa hewan-hewan itu mati tepat di mobil kita?”
“Mas firasat ku tidak baik.”
“Empuni kau tenang saja. Aku akan selalu menjaga mu.”
Panggilan telepon dari rekan perusahaan yang sudah menunggunya di ruang rapat. Toton meminta waktu satu jam lagi untuk sampai kesana. Toton dan Empuni pindah ke mobil pak supir yang dia sewa. Mereka menunda perjalanan bersama pulang ke rumah orang tuanya.
“Ayah, ibu, untuk sementara waktu kami menginap di hotel dekat sini. Setelah pekerjaan ku selesai dan kabutnya menghilang maka aku dan Empuni segera pulang ke rumah” ucap Toton melambaikan tangannya.
“Hati-hati.”
Pak supir menurunkan Empuni ke salah satu hotel yang berada di tempat itu. Kemudian laju mobil meninggalkannya, Toton melambaikan tangan. Di berjanji secepatnya akan segera pulang. Hotel Kalangga yang terletak di kota Gestar.Hotel berlantai tujuh dari luar bangunan itu bernuansa klasik kemodernan. Di dalam kabut putih memudar memperlihatkan suasana di sekeliling bagai kota mati. Tidak ada tanda-tanda kehidupan orang-orang berlalu lalang.
Suara burung hantu jelas terdengar padahal malam belum berganti. Sarwa di ufuk timur masih melayang di sela kilauan silau terik cahayanya. Kecemasan berlanjut, angin seolah bersuara berbisik keanehan pada tempat itu. Wilayah yang cukup luas sejauh mata pemandang perkotaan itu terbilang cukup menjaga kebersihan. Empuni memegang gagang pintu masuk ke dalam, pandangan manik mata tidak bisa terlepas melihat suasana di luar sana.
Dia memesan sebuah kamar yang berada di lantai paling atas, selain agar bisa menikmati pemandangan dari dalam gedung dan mendapat kelas VIP agar mendapatkan fasilitas terbaik. Dia memasuki ruangan,, melihat kabut kembali datang. Dia terkejut melihat banyak burung-burung gagak hitam mati membentuk kaca jendelanya.
“Arrhhh!”
Kejadian ini mirip sekali ketika dia bersama Toton dan orang tuanya saat melakukan perjalanan memasuki kota ini. Dia curiga keganjilan hingga suara bunyi bel mengejutkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Hanum Anindya
minum darah rasanya gimana kak? apalagi mandi darah perawan, iih serem lebih serem dari rambe deh!
2023-02-14
0
Kak wirid
sewot si Lili ini
2023-02-13
0
Yona
itu mulut emak mertua kasih sambel ulek aja deh
2023-02-13
0