Sanggah

Kota Gestar menjadi kota yang misterius, banyak kabar yang beredar mengenai kota yang di nobatkan dalam salah satu bangunan sejarah yang terlupakan. Para penduduk yang tinggal di sekitarnya meyakini ada kerajaan dan penghuni lain yang tinggal berdomisili disana.

Rahasia di makam emas menjadi pusat perhatian para ilmuwan Arkeologi dan para wisatawan terjun mencari tahu lebih lanjut akan kebenarannya. Di dalam hal ini, peran para ilmuwan yang secara resmi dan terbuka itu lebih di majukan serta di perbolehkan meneliti sampai batas waktu yang di tentukan.

Rombongan tim kebudayaan itu terdiri dari lima orang yang salah satunya juga berprofesi sebagai dokter umum. Kedatangan mereka menjadi buah bibir para warga yang tinggal jauh dari kota. Para tim ternyata sengaja mencari lokasi dekat kaki bukit yang di desas-desus kan pada malam-malam tertentu terlihat kerajaan ghaib.

“Pemirsa kami sekarang ada di bukit Maninjau. Disini kalian bisa lihat, ada para ilmuwan yang akan___”

Bla, blaa, blaa

Siaran semua channel TV menayangkan berita tersebut. Kirei menutup siaran beranjak pergi ke basecamp mencari sebotol air mineral. Dia terkejut merasakan ada sesuatu berlari cepat, dia membawa dua botol air mempercepat jalan keluar tenda.

Udara yang sejuk, keheningan menyimpan banyak keanehan. Kirai tidak betah disini, benarnya tidak menentu di tambah gangguan makhluk halus yang dia rasakan. Dia melihat pak Mus sibuk sibuk mengomando para pekerja untuk membantu mengangkut bebatuan alam yang ke dalam tenda yang di sediakan sedangkan tuan Kamal, Duta dan Nyonya Erin memainkan kuas mengarsir usapan lembut pada setiap batu yang menempel di bukit.

Mimpi-mimpi Kirei.

Sudut bumi terbelah, suara jeritan kesakitan orang-orang di dalam istana yang berada di kejauhan. Di balik malam gelap gulita, langit berubah mengerikan. Kirei memakai baju Zirah berperang di dalam medan peperangan. Di tangan menggenggam pedang, gerakan memainkan pedang membunuh musuh bagai menyapu angin.

Di singgah sana, tepat di kolam raksasa berisi lautan darah. Seorang ratu berjalan menuruni tangga kolam sambil tertawa terbahak-bahak. Langit menurunkan makhluk-makhluk hitam tanpa wajah berterbangan di atasnya. Suara jeritan ramai wanita minta tolong, aroma darah anyir menyengat.

“Hiyaa!”

Kirei menancapkan pedang ke perutnya. Wajahnya berubah menghitam, wanita itu melotot menarik pedang dari perutnya.

“Akan ku balas kau!”

......................

Kirei terbangun mengusap keringatnya dia baru saja lima menit duduk di dalam tenda penelitian. Sambungan mimpi beruntun itu seperti sangat nyata. Dia menekan tanda aneh yang terdapat di lengan kirinya . Simbol tanda pejuang yang di wariskan secara turun temurun. Terasa ada yang meraba kakinya, dia membungkuk melihat ke bawah meja. Gerakan kaki berukurang besar berjalan melewatinya. Kirei refleks berdiri namun sosok itu pun menghilang.

“Kirei, kamu di panggil pak Mus” ucap Duta.

“Ya sebentar.”

Kirei mengambil alih pekerjaan pak Mus. Selama berjam-jam hingga sampai senja mereka masih sibuk bekerja. Sementara pak Mus bersama Duta pergi ke salah satu rumah warga yang berada di dekat sana. Rumah sederhana terdapat banyak kandang ayam dan bambu-bambu runcing berwarna hitam di tegakkan. Mereka mengetuk pintu, seorang pria tua membungkuk melihat dengan sorot mata marah. Kemudian masuk membanting pintu menjerit sekuat-kuatnya dari dalam.

“Pergi, aku sibuk!”

“Dasar manusia sombong! ayo Duta, kita segera tinggalkan tempat ini" ajak pak Mus.

......................

Sebelum melakukan ritual di bawah bulan purnama, ratu Singkasa menempatkan para gadis tahanan di penjara bawah tanah. Penjara rahasia itu sudah menampung puluhan gadis dengan penjagaan yang ketat. Banyak para tahanan yang mencoba melarikan diri, berakhir secara tragis. Penjara itu tidak di temukan dimana pintu masuk dan keluar. Para gadis yang di bawa kesana, di bius pingsan melewati pintu masuk.

“Arggh!” suara jeritan dua yang mencoba melarikan diri.

Seorang gadis kepalanya terlepas saat keluar dari celah terowongan. Dia sangat histeris menyaksikan kematian temannya itu. Dia di bawa ke selnya kembali. Tubuhnya tersiram darah, wanita itu terduduk bersandar di depan pintu sel.

“Argghh! Kenapa kalian membawa ku? Belum waktunya aku di makan si ratu iblis itu!” jerit gadis yang satu sel dengannya.

Sosok kepala penjaga bertubuh gemuk itu membawanya di depan sang ratu. Amarah Bunga merontah-rontah melengos membalas tatapannya. Kakinya di tendang , posisi tubuh lebih mendekati sang ratu. Para dayang masih sibuk mempoles wajah dan menata rambutnya. Setelah selesai dia bertanya ke salah satu dayang yang paling dekat dengannya.

“Katakan kepada ku apakah aku cantik?”

“Ratu adalah wanita yang paling cantik di negeri ini.”

“Aku tau kau sedang berbohong.”

“Ampun kan saya wahai ratu yang agung. Mana berani hamba berkata bohong. Saya adalah pelayan rendahan yang mengharapkan belas kasih dari ratu” ucap nya membungkuk.

Selesai mendandaninya, dia menyuruh Bunga lebih mendekat. Sang ratu memperhatikan kulit Bunga yang sangat lembut bagai butiran salju namun sedikit merona. Deskripsi penggambaran kulit wajah yang tidak bisa dia ungkapkan dalam kata-kata. Aroma tubuh Bunga tidak terdeteksi aliran siluman.

“Ku dengar kau adalah tata rias wajah yang paling handal dan penari tradisional. Mau kah kau menjadi dayang inti perias ku?”

“Cuihhh!” Bunga meludah tepat di wajah sang ratu.

Sosok itu tidak menunjukkan amarah, dia tidak mau wajahnya menjadi keriput jika harus mengeluarkan otot-otot halus pada wajahnya. Sang ratu menepuk-nepuk pelan wajahnya. Dia memerintahkan dayang memanggil dua tabib ternama masuk ke dalam ruangan kebesaran.

Bunga di ikat lalu di baringkan di atas meja panjang. Kaki dan tangannya di ikat, dia di suntik setengah sadar. Tabib pertama di sebelah kiri mengeluarkan pisau tipis tajam, tabib kedua berada di sebelah kanan memegang jarum.

“Kalian mau apakan aku? Arghh!”

“Arghhh!”

Suara jeritan kesakitan, kulit wajahnya di kelupas di bagian pipi kanan, kiri, dahi dan dagu. Sang ratu tertawa, dia memegang kaca rias memperhatikan setiap sudut wajahnya. Jari jemarinya yang lentik menari menunggu kulit wajah yang di inginkannya itu segera di tempel di wajahnya.

Dia merintih kesakitan, Wajah Bunga hancur dalam waktu sekejap. Harta yang tidak ternilai di rusak sang ratu. Luka mengerikan menetes di sepanjang dia di kembalikan lagi ke dalam sel. Salah satu penghuni sel tertawa melihat penderitaannya itu. Bahkan dia menyentuh luka di wajah, gemetaran sekujur tubuh Bunga merasakan rasa sakit sehingga dia tidak bertenaga untuk melawan.

“Cukup! Argghh!”

Rintihan kesakitan, permohonan memelas di jawab dengan gelak tawa hingga si wanita itu mau menambah luka di wajahnya dengan kukunya yang tajam.

“Arggh! Tolong!”

Tahanan lain yang berada di dalam sel itu menarik tubuhnya hingga setengah bajunya robek. Dia menampar wanita bertubuh gemuk itu menjauhkannya dari Bunga. Sosok wanita yang memiliki ilmu bela diri itu memperhatikan luka di wajahnya dan berkata :” jika kau mau selamat maka tahan diri mu untuk tidak melakukan hal yang merugikan mu!”

Terpopuler

Comments

🍯Nona yenyen🍯Madu

🍯Nona yenyen🍯Madu

serem cantik dari seetan

2023-02-17

0

gadiah minang

gadiah minang

nggak punya pikiran sikap hewani. dia minum darah dan jadiin orang lain tumbal kok gampang banget!!!

2023-02-16

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

lanjutkan kak ceritanya dong! jangan bikin orang penasaran saja. biarpun takut ya kakak sukses nakutin aku 👻👻👻👻Semangat kak.

2023-02-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!