Kota mati

Ting tong…

Empuni membuka pintu, ruangan hotel sepi. Tidak ada siapapun di depan pintu nya tadi hingga dia berbalik badan, mendengar suara bunyi bel kembali. Raut wajah marah, dia merasa seolah di permainkan seseorang. Empuni mengunci kamar hotel, dia masuk ke dalam lift menuju ke lobby.

“Permisi tuan, dari tadi saya tidak tenang di ganggu para tamu yang usil” ucap Empuni.

“Sebentar saya periksa CCTV nya non. Tidak siapapun yang mendekati kamar anda.”

Petugas resepsionis itu melihat pada durasi menit dan jam sebelumnya tidak melihat siapapun. Merasa Empuni sedang mengkhayal saja, dia menggertakkan jari ke meja melihat kedatangan tamu lain. Dia memperhatikan CCTV, seorang pria masuk ke dalam dengan mudah mendorong pintu.

“Lihat pak, saya tidak berbohong. Ada yang mengganggu ku, sekarang dia masuk ke dalamnya!”

“Baik nona harap tenang. Saya akan memeriksanya.”

Empuni menunggu di luar, petugas itu melihat sosok makhluk astral melayang di langit-langit ruangan. Mengetahui siapa makhluk itu dia hanya tersenyum keluar menggelengkan kepalanya.

“Nona tidak ada satupun orang di dalam sana. Saya sudah memeriksa berulang kali. Permisi.”

“Tapi___”

Empuni kembali ke kamar, dia kesal menggerutu hingga pandangan beralih mendengar keributan dari balik dinding kamarnya. Dia manjat di atas kursi, melihat dari celah ukiran pembatas kamar yang bersebelahan. Suara aneh dari seorang wanita pengunjung kamar lain yang membalas tatapannya. Sedikit lag dia terjatuh. Empuni keluar kamar melihat sebuah boneka yang bersandar pada sebuah guci raksasa.

Di bagian menuju bawah tangga, terletak sebuah lemari antik terdapat barang-barang antik dan beberapa boneka yang terpajang di dalamnya. Di mengambil boneka yang dia pikir terjatuh itu lalu memasukkan ke dalam lemari.

“Apakah kamu menyukainya?” tanya seorang wanita yang berpakaian sangat seksi.

“Tidak, aku tidak begitu tertarik dengan boneka.”

“Oh, kenalin aku Singka. Kamar ku berdekatan dengan kamar mu. Kalau ada waktu kita bisa minum kopi bersama.”

“Saya Empuni, ya jika ada waktu luang saya akan menyempatkan diri kesana. Terimakasih.”

“Jangan lupa, aku sarankan agar selalu mengawasi suami mu. Kau juga jangan menyentuh benda-benda yang ada di dalam hotel ini” bisiknya lalu tersenyum meninggalkannya.

Empuni masuk ke dalam kamar, dia bahkan melupakan dahaga dan lapar merasakan dari awal tiba di tempat itu merasa tidak tenang terganggu hal-hal aneh. Dia membuka isi tas dan koper, memindahkan baju-baju mereka ke dalam lemari. Pada isi tas terakhir, dia meraih mukenah, beberapa kerudung, yang terakhir adalah sebuah pajangan dinding huruf arab ayat kursi yang terbingkai di dalam kaca.

Sosok makhluk mengintai di langit-langit kamar menghilang melihat tulisan ayat itu.

Empuni meraih sehelai kerudung berwarna coklat yang senada dengan baju yang dia kenakan. Suara bunyi bel terdengar, kali ini dia tidak membuka pintu. Empuni mengintip dari bolongan kaca tipis bagian pintu hotel. Kedatangan ibu mertuanya memasang wajah marah setelah menekan bel di sambung suara ketukan pintu sangat keras. Dia buru-buru membuka pintu mempersilahkan ibu mertua yang kejam itu masuk kedalam.

“Lama sekali kau membukanya, apakah ada pria asing yang sengaja kau sembunyikan?”

“Tidak bu, aku pikir tadi hanya pengunjung iseng yang sedari tadi mengganggu ku.”

“Jangan bergurau, di hotel mewah ini kau masih saja berkhayal yang tidak-tidak. Apak kau sudah siap merencanakan program kehamilan lagi?”

“Bu, aku baru saja mengalami keguguran lagi, bagaimana bisa secepat itu melakukan progam kehamilan?”

Empuni masuk ke dalam kamar, dia menahan amarah atas sikap mertuanya yang keterlaluan. Lili menyusulnya ke dalam. Dia melihat bingkai kaca tertulis ayat suci Al’quran itu membuat langkah kaki berjalan mundur keluar kamar.

“Masuk saja bu, aku masih mencari ponsel genggam. Ada yang ingin ku tanyakan pada Toton.”

“Kau jangan mengganggunya bekerja, ini hanya urusan kita berdua. Bagaimana bisa kau menyebut diri mu sebagai seorang istri yang baik untuk anak ku Toton!”

Banyak pertanyaan pedas membuat Empuni hampir menangis. Wajah ibu mertuanya terlihat berbeda setelah berpisah siang tadi. Hitam legam, kakinya kotor, dia bahkan tidak membawa tas dompet berwarna merah yang selalu menempel di pundaknya.

“Empuni, apakah kau yakin tidak menyembunyikan pria di dalam kamar? Aku akan mencekik mu jika kau berani menyembunyikan rahasia perselingkuhan dari ku!!”

“Ibu ada apa dengan mu? aku tidak pernah berniat sedikitpun untuk menduakan Toton.”

“Oh, sekarang kau sudah berani melawan ku. Kau seharusnya bersyukur tidak di ceraikan anak ku!”

Bentakan Lili memekik suara aneh yang menggema di ruangan. Di berdiri berjalan keluar membanting pintu.

“Bu, biar aku antar ya.”

“Tidak perlu!”

Cepat sekali jalannya meski dia menyusul menaiki lift. Ketika di melewati meja resepsionis yang kosong, terlihat rekaman CCTV yang memperlihatkan sosok aneh masuk ke dalam kamarnya. Dia mengabaikan sosok itu, berlari keluar hotel memanggil ibu mertuanya.

“Mami!”

......................

Pak supir yang di sewa khusus mengantar jemput Toton melajukan mobil membawanya ke perusahaan tempat Toton bekerja. Ini sudah melewat satu jam tapi mereka belum sampai di tempat tujuan. Dia bahkan sempat tertidur hingga terbangun mendengar suara tawa keras di telinganya.

“Pak supir kenapa lama sekali kita sampai?”

“Tuan, kabut pekat tebal menghalangi pandangan. Sebentar lagi setelah melewati pertigaan di ujung sana maka kita akan sampai” jawab supir berwajah pucat melengos melihatnya dari balik kaca mobil.

Di caffee perusahaan, hanya ada beberapa pegawai yang duduk menikmati minuman dengan obrolan ringan mereka. Toton sibuk melihat berkas penting, pelayan caffee mengantar kan pesanan minuman. Saat dia menoleh wajah pucatnya tanpa ekspresi atau mengatakan apapun langsung pergi. Gelas minuman bergeser sendiri sendiri menjauh di depannya.

......................

Rapat pertemuan penting hampir terlewatkan. Setelah bertemu dengan para klien, dia lembur menyelesaikan tumpukan tugas di salah satu meja staf yang dia tempati untuk sementara waktu. Udara dingin menusuk tulang, di depan layar laptopnya tiba-tiba keluar sosok mengerikan. Dia sangat terkejut hingga memutuskan untuk merapikan semua berkas dan pulang ke rumah. Malam yang sepi dan dingin di kota tanpa adanya lalu lalang mobil.

“Masih pukul Sembilan tapi kenapa sudah tidak ada kendaraan satu pun yang melintas?” gumam Toton.

Sambil menunggu jemputan supir, dia menelpon kedua orang tuanya memastikan mereka sudah sampai di rumah. Namun panggilan tidak terjawab, dia beralih menekan nomor Empuni yang tidak terjawab juga. Aungan lolongan suara hewan berkaki empat bertaring bersahutan, di setiap sudut kota tidak di nyalakan lampu-lampu sampai pada gedung pencakar langit.

“Aku tidak mengerti peraturan di kota ini, tadi juga para karyawan dan beberapa staf pegawai bertingkah aneh” gumam Toton.

Terpopuler

Comments

tanduk rusa

tanduk rusa

lili ada erornya tu udah anaknya main tangan ke menantu kok malah bicara kasar

2023-02-14

0

Hanum Anindya

Hanum Anindya

ikut campur mertua kadang bikin pusing, empuni lebih baik Kabir saja tinggalin suami kaya toton

2023-02-14

0

linggis

linggis

aneh kelakuan mamak mertuanya. serem. dia lagi kerasukan atau gimana?

2023-02-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!