Alam manusia
Suara jeritan Empuni membangunkan seisi penghuni rumah. Pintu kamar di ketuk keras, panggilan ibu Aida sontak menyadarkannya. Sudah satu minggu wanita itu pulang ke rumah orang tuanya setelah pertengkaran hebat dengan Toton. Dia sudah mengalami tiga kali keguguran hingga akhirnya meminta ijin agar Toton memperbolehkannya melakukan operasi tutup pada rahimnya.
Pertengkaran hebat, adu mulut sampai tanpa sengaja tangannya menampar pipi Aida. Wanita itu langsung mengemasi pakaian membawa dua koper pergi meninggalkan rumah. Kedatangan Toton menjemput Aida pulang malah di sambut lemparan asbak rokok dari pak Amran.
“Dasar menantu biadab! Aku memberi mu amanah untuk menjaga anak perempuan ku tapi kau malah menyakitinya!”
......................
Empuni memeluk Aida erat, mimpi mengerikan terbayang jelas kematian bayi-bayi kecilnya berlanjut pada kematian Toton. Menyadari hanya mimpi belaka, sengugukan dia menerima segelas air dari tangan ibunya.
“Terimakasih bu.”
Kedatangan Ranti bersama anaknya Prem. Dia buru-buru melangkah masuk ke kamar melihat raut wajah Empuni berantakan di samping ibunya. Berita pertengkaran sampai keputusan empuni meminta cerai membuat kakaknya itu khawatir.
“Bu, apa sebaiknya perceraian ini di batalkan. Pertengkaran rumah tangga adalah hal lumrah. Aku tidak mau adik ku secepat ini menjadi janda.”
“Ranti, jika pria sudah berani main tangan maka harus di ambil tindakan keras. Kalau tidak di larang ibu mi sudah bapak penjarakan si Toton!” ucap pak Amran.
“Bu_"
“Kita tinggalkan kakak mu istirahat. Biar dia yang memutuskan sendiri.”
Di sore hari, Ranti masuk ke kamar membujuk dan menasehati Empuni. Dia paham sekali rasa sakit yang di derita adiknya itu, tapi keadaan sudah jauh berbeda. Suara bel berbunyi, terdengar seperti suara Toton. Ranti membujuk kembali Empuni, dia mendandani adiknya itu. Menyisir rambut, mempoles tipis bedak di wajah, memberi lipstick tipis dan membantu berganti baju berwarna biru lengkap dengan aksesori kalung dan anting yang senada.
“Kakak mohon dengarkan kakak sekali ini saja.”
Berjalan menuruni tangga, Toton berdiri menyambut sang istri memperlihatkan senyuman berjalan memeluknya. Toton meminta maaf dan meminta dia agar kembali. Amran melotot bergerak di tahan Aida sambil menggeleng kepala.
Mereka meninggalkan keduanya, obrolan panjang di sela adu otot terdengar sampai Toton membenturkan dahinya sendiri ke lantai sambil bersujud pada Empuni.
“Ku mohon maafkan lah aku."
Keputusan rujuk kembali setelah Empuni puas plong melihat ketulusan pada suaminya itu. Tapi dia tetap mengingat tamparan yang masih membekas di hatinya itu. Mereka berpamitan kepada bu Aida dan pak Amran. Kepergian keduanya di lihat mereka dari depan pintu.
“Sejujurnya perasaan bapak masih tidak terima dengan menantu bejat dan bangsat itu, Bapak sudah mengetahui tingkah binalnya bu. Bapak sudah mengumpulkan semua buktinya.”
“Pak. Sekuat apapun kita memisahkan kalau Empuni masih mencintai Toton tidak akan pernah bisa kita melepaskan mereka.”
......................
Setelah peperangan kemarin, Toton bernisiatif membawa Empuni berlibur ke salah satu objek wisata negara kapur putih dekat rumah orang tuanya yang jaraknya menempuh satu hari satu malam menaiki pesawat terbang.
Menimbang sang mertua perempuan yang tidak menyukainya, wajah Empuni berubah masam. Tapi dia tidka mau pertikaian kembali muncul. Dia terpaksa mengangguk setuju, tangan sebelah Toton merangkul berlanjut usapan pelan dan kecupan.
Mereka mengemasi barang-barang yang di perlukan disana. Toton juga membawa alat kerja, berkas penting dan laptop. Dia sekaligus melakukan kerjasama dengan perusahaan lain di tempat itu. Dering ponsel Toton menyala tertulis nama bu Lili.
“Halo, ya ma kami sedang menuju bandara. Kira-kira besok sampai pada pukul tujuh WIB.”
“Oh ya sudah, hati-hati di jalan. Kabari kalau sudah take off ya biar papi dan mami jemput kalian. Mana Empuni, mama mau bicara sama dia.”
“Ini ada di samping ku Ma.”
“Mami mau bicara sama kamu” bisik Toton.
“Katakan saja aku tidur. Kepala ku sakit sekali.”
“Ma, si empuni tampak tidur pulas. Tunggu biar aku membangunkannya.”
“Tidak usah, katakan saja pesan Mami ke dia supaya segera melakukan program kehamilan kembali.”
Empuni mendengar jelas perkataan mertuanya itu. Dia baru saja mengalami keguguran tapi di tuntut menjadi sosok menantu yang baik. Keinginannya tidak sabar menimang cucu, bahkan kabar duka kegugurannya Cuma di anggap enteng.
Dia tidak ingin mendengar kabar keguguran itu lagi. Dia malah sibuk mempersiapkan ramuan dan pil subur dan vitamin lainnya untuknya. Di sepanjang perjalanan Empuni memikirkan perkataan apalagi yang akan di keluhkan mertuanya itu.
......................
Di bandara mereka sudah di tunggu kedua mertuanya. Lambaian tangan, tebaran senyum merangkul keduanya. Satu mobil yang sengaja di pesan oleh Toton sebagai antar jemput selama mereka berada disana mengikuti mereka dari belakang. Toton dan Empuni satu mobil dengan bu Lili dan pak Deno.
“Empu, bagaimana progam kehadiran cucu ku? Apakah sudah ada tanda-tandanya?”
“Kami masih berusaha semaksimal Mah, berhenti menggoda menantu mu itu” ucap Toton.
“Hey kenapa kau yang menjawabnya. Apakah menantu ku tidak membawa mulutnya? Huh.”
“Ma, maaf badan ku sedang kurang sehat” jawab empuni singkat.
“Benar yang di ucapkan anak kita Toton bu, jangan menggoda menantu kita. Empuni tidur saja nanti Papi dan Mami yang bangunkan kamu."
“Terimakasih pi."
Kata-kata kasar mertua perempuan membuat dia risih, menambah beban pikiran setelah pertengkaran besar akibat ulah anaknya. Empuni mencoba bersabar, dia mengusap dadanya sendiri lalu memejamkan mata menanti sampai tiba di tempat tujuan.
Tiba-tiba saat memasuki pintu masuk ke kota, asap tebal menyelimuti tempat itu. Pak mengerem mendadak terkejut seperti baru menabrak seseorang di depan.
“Ada apa pi?”
“Sepertinya ada orang tertabrak, sebentar biar bapak periksa bu.”
“Tidak biar aku saja pi” ucap Toton.
“Hati-hati mas” ucap Empuni yang sudah terbangun.
Toton memeriksa di sekeliling mobi, begitu pula pada bagian depan. Tidak ada bekas darah setetes pun. Kabut putih semakin tebal menyelimuti sekitar. Empuni khawatir Toton tidak kunjung kembali menyusul lalu memintanya segera masuk.
“Tidak ada apapun pi.”
“Baiklah. Ayo kita lanjutkan perjalanan kembali anak-anak.”
Iringan suara musik yang keras, mereka bersenda gurau menikmati perjalanan. Karena kabut menghalangi pandangan, Toton meminta agar mereka menginap di dekat hotel yang berada di kota itu. Hotel Kalangga yang bersebelahan di Ukraina dekat kota Gestar tempat tinggal kedua orang tuanya.
“Berapa jam lagi kita sampai di hotel itu pi?” tanya Lili.
“Kira-kira satu jam lagi Mami, tapi karena kabut yang menghalangi kemungkinan dua tau tiga jam lagi.”
“Huh lama sekali, seharusnya aku tidak ikut menjemput mereka tadi. Menantu ku yang sombong itu juga seperti enggan berbicara pada ku” umpat Lili di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Hanum Anindya
suami main tangan, minuman, dan selingkuh lebih baik jangan dipertahankan saja, cerai saja empuni mumpung belum punya bayi. apalagi ditambah mertua ikut campur kaya gitu emang gampang bikin anak?
2023-02-14
0
Minahasa
up lanjut
2023-02-12
0
pgri
❤
2023-02-12
0